Judul Tesis : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa
A. Latar Belakang Masalah
Suhu dan Kalor merupakan salah satu materi pokok dalam mata pelajaran fisika yang langsung dapat diamati oleh seorang siswa dalam kehidupannya. Materi Suhu dan Kalor bersifat konkret sehingga untuk memahami konsepnya, seorang siswa dapat melakukan pengamatan langsung dengan eksperimen ataupun demonstrasi. Selain itu materi Suhu dan Kalor ini juga bersifat analisis artinya antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya pada materi tersebut dapat diselesaikan dengan analisis matematis. Suhu dan Kalor dalam ilmu fisika merupakan materi dasar yang mendasari semua konsep-konsep yang ada dalam bidang kajian berbeda dalam cakupan ilmu fisika, sehingga materi tersebut menjadi sangat penting untuk dipahami oleh siswa.
Dari latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikut : “Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa. Studi Kasus pada Materi Suhu dan Kalor Kelas X semester 2 di SMA Negeri 1 Boja Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”
B. Rumusan Masalah
- Apakah ada pengaruh penggunaan model pendekatan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa?
- Apakah ada pengaruh kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar siswa?
- Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa?
C. Kajian Teori
Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992): “Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. (Sadiman dkk, 2005:5) “Pembelajaran dapat diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi, baik karena ada yang secara langsung mengajar maupun tidak langsung”.
Pengertian Inkuiri
Kindsvatter, Wilen dan Ishler (1996) menjelaskan bahwa “Inkuiri sebagai model pembelajaran dimana guru melibatkan kemapuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik”. Yang utama dalam model pembelajaran inkuiri adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan pada siswa. Yang perlu dicatat dalam model pembelajaran inkuiri ini adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu yang bersamaan. Secara umum inkuiri adalah proses dimana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka secara sistematis mencari jawabnya.
Metode Mengajar Eksperimen
Mulyati Arifin (1995: 107) menyatakan :”cara mengajar atau lebih dikenal sebagai metode mengajar menyangkut permasalahan kegiatan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa”. Sedangkan menurut Sudjana (1996: 56) metode mengajar adalah petunjuk tentang apa yang akan dikerjakan oleh guru atau kegiatan guru.
Dengan demikian metode mengajar dapat diartikan sebagi tehnik pengajaran yang dapat dikuasai oleh guru untuk menyajkan bahan pelajaran kepada siswa agar pelajaran tersebut dapat diterima dan dijalani serta dapat digunakan siswa dengan baik.
Metode Mengajar Demonstrasi
Mendemonstrasikan artinya mempertontonkan atau menunjukkan suatu kejadian atau proses (Suharto dkk, 1995: 198). Menurut Mulyati Arifin (1995:114) menyatakan :”metode demonstrasi adalah suatu cara yang menunjukkan suatu peristiwa tertentu”. Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2007:210) menyatakan :”metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata dan tiruannya”. Dengan demikian metode demonstrasi adalah metode mengajar yang dimaksudkan bahwa seseorang pengajar /pemimpin memperlihatkan suatu proses pada seluruh kelompok peserta didik.
Pengertian Kemampuan Awal
Menurut Poerwodarminto dalam Sukatmi (2002:11), kemampuan adalah kesangupan, kecakapan, kekuatan. Kemampuan berasal dari kata ”mampu” yang mempunyai arti sanggup melakukan sesuatu. Sedangkan awal menurut Poerwodarminto mempunyai arti permulaan, yaitu sebelum mendapat pelajaran. Sementara menurut Sudjana (1991:158) pengetahuan awal lebih rendah dari pada pengetahuan baru, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal adalah hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi.
Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan suatu kecenderungan cara belajar siswa dalam suatu kelas ataupun dalam keseharian. Cara belajar siswa berbeda-beda dan semua cara sama baiknya. Sebenarnya siswa mempunyai semua jenis gaya belajar namun memiliki kecenderungan mana yang lebih dominan. Gaya belajar seperti yang ditulis oleh Bobby Deporter dibagi menjadi tiga yaitu visual, auditorial dan kinestetik.
D. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Boja tahun pelajaran 2010/2011.
Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak empat kelas.
Metode pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yaitu kelas X1 dan kelas X2 menggunakan metode eksperimen dan pada kelas eksperimen 2 adalah kelas X3 dan X4 menggunakan metode demonstrasi.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk data prestasi belajar dan kemampuan awal, kemudian metode angket untuk data gaya belajar siswa.
Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2 menggunakan SPSS 17.
E. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat dikemukakan kesimpulan yang pertama ada pengaruh metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi kognitif siswa, yang dilihat dari nilai rata-rata dari kedua metode tersebut, metode eksperimen nilai rata-ratanya adalah 67, 08 dan metode demonstrasi nilai rata-ratanya adalah 47,49. Siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode eksperimen mendapatkan hasil lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan metode demonstrasi. Metode eksperimen memberikan kebebasan yang lebih besar kepada siswa dalam melakukan kegiatan percobaan, dalam pembelajaran siswa lebih antusias dan siswa lebih banyak bekerjasama dengan kelompoknya, sedangkan pada metode demonstrasi siswa hanya mengamati percobaan yang dilakukan oleh guru. Sehingga bisa dikatakan metode eksperimen lebih baik daripada metode demonstrasi.
2. Tingkat kemampuan awal dan penggunaan metode pembelajaran memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi suhu dan kalor. Sehingga tidak ada pengaruh antara kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah siswa terhadap prestasi belajar fisika materi suhu dan kalor kelas X semester II SMA Negeri 1 Boja tahun pelajaran 2010/2011.
3. Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif siswa. Gaya belajar visual tidak memberikan prestasi yang lebih baik daripada gaya belajar kinestesis pada materi suhu dan kalor baik yang menggunakn metode pembelajaran eksperimen dan metode pembelajaran demonstrasi.
Leave a Reply