Latar Belakang Masalah
Problem-posing masih jarang diteliti dibanding problem-solving.
Selama ini penelitian pendidikan matematika di Indonesia lebih banyak menekankan pada pemecahan masalah (problem-solving), sementara pengajuan masalah (problem-posing) relatif terabaikan. Padahal, kemampuan mengajukan masalah mendorong siswa untuk lebih kreatif, reflektif, dan kritis dalam memahami konsep matematika. Hal ini menunjukkan adanya celah penelitian yang perlu diisi.
Budaya kelas di Indonesia cenderung teacher-centered.
Di banyak sekolah, terutama tingkat menengah, siswa terbiasa menjadi penerima pasif materi dari guru. Situasi ini membuat mereka jarang berinisiatif bertanya atau mengajukan masalah. Faktor budaya seperti rasa segan pada guru, takut salah, dan norma sosial di kelas memperkuat kecenderungan ini. Akibatnya, potensi siswa untuk aktif mengeksplorasi pengetahuan matematika menjadi terhambat.
Pengaruh faktor psikologis dan lingkungan belum dipahami secara menyeluruh.
Penelitian sebelumnya banyak menekankan manfaat problem-posing, tetapi sedikit yang mengkaji faktor-faktor yang membuat siswa mau dan sanggup mengajukan masalah. Dalam konteks Indonesia, aspek seperti efikasi diri, kecemasan, keyakinan terhadap matematika, dukungan guru dan teman, serta rasa senang belajar matematika sangat penting, namun masih minim dieksplorasi.
Kebutuhan untuk mengukur niat dan perilaku aktual siswa.
Banyak siswa memiliki sikap positif terhadap matematika, tetapi tidak otomatis berperilaku aktif di kelas. Ada kesenjangan antara niat (intention) dan perilaku aktual (actual behavior). Mengetahui apa yang menjembatani kesenjangan ini akan membantu guru merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif.
Relevansi dengan agenda pendidikan nasional.
Indonesia sedang mendorong literasi numerasi dan pembelajaran berbasis kompetensi (misalnya melalui Kurikulum Merdeka). Problem-posing sangat relevan karena mendorong siswa untuk tidak sekadar menghafal rumus, tetapi mengembangkan pemikiran kreatif, kritis, dan mandiri. Namun, jika faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan siswa tidak dipahami, upaya ini sulit berhasil.
Landasan Teori
-
Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior – TPB, Ajzen 1985)
-
TPB menjelaskan bahwa niat perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap (attitude) terhadap perilaku, norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control).
-
Dalam konteks penelitian ini, TPB digunakan untuk menganalisis bagaimana sikap siswa terhadap pengajuan masalah, pengaruh sosial dari guru/teman/keluarga, serta persepsi kontrol (misalnya efikasi diri, pengetahuan matematika, dan kecemasan) membentuk niat mereka untuk mengajukan masalah di kelas.
-
Niat perilaku kemudian dipandang sebagai prediktor langsung dari perilaku aktual siswa dalam mengajukan masalah.
-
-
Teori Nilai-Kontrol (Control-Value Theory, Pekrun, 2006)
-
Teori ini menekankan bahwa emosi akademik siswa, seperti kenikmatan (enjoyment) dan kecemasan (anxiety), dipengaruhi oleh persepsi kontrol mereka terhadap pembelajaran dan nilai yang mereka berikan pada aktivitas tersebut.
-
Dalam penelitian ini, teori ini dipakai untuk menjelaskan bagaimana kenikmatan belajar matematika meningkatkan kecenderungan siswa untuk mengajukan masalah, sedangkan kecemasan bisa menghambat atau dalam kondisi tertentu justru memotivasi sebagian siswa.
-
-
Konsep Keyakinan Matematika (Mathematical Beliefs)
-
Berakar dari literatur pendidikan matematika, keyakinan matematika adalah pandangan pribadi siswa tentang hakikat matematika (misalnya apakah matematika dianggap penting, dinamis, menarik, atau sekadar kumpulan rumus).
-
Teori ini dipakai untuk menjelaskan bahwa keyakinan positif tentang matematika mendorong siswa untuk lebih aktif dalam eksplorasi, termasuk mengajukan masalah sendiri.
-
-
Teori Efikasi Diri (Self-Efficacy, Bandura 2001)
-
Efikasi diri adalah keyakinan individu tentang kemampuan dirinya untuk melakukan suatu tindakan.
-
Dalam konteks ini, efikasi diri menjelaskan bagaimana rasa percaya diri siswa dalam kemampuan matematikanya memengaruhi kemauan mereka untuk terlibat dalam problem-posing.
-
Kerangka Teori

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajuan Masalah Siswa di Ruang Kelas Matematika
Hipotesis Penelitian
-
H1: Sikap terhadap matematika berpengaruh signifikan terhadap niat siswa untuk mengajukan masalah di kelas matematika.
Semakin positif sikap siswa, semakin tinggi niat mereka untuk mengajukan masalah. -
H2: Norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap niat siswa untuk mengajukan masalah di kelas matematika.
Dukungan guru, orang tua, dan teman sebaya meningkatkan niat siswa untuk bertanya. -
H3: Efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap niat siswa untuk mengajukan masalah di kelas matematika.
Keyakinan siswa akan kemampuan diri mendorong niat untuk mengajukan pertanyaan. -
H4: Pengetahuan matematika berpengaruh signifikan terhadap niat siswa untuk mengajukan masalah di kelas matematika.
Siswa dengan penguasaan konsep matematika yang baik lebih berniat mengajukan masalah. -
H5: Kecemasan matematika berpengaruh signifikan terhadap niat siswa untuk mengajukan masalah di kelas matematika.
Tingkat kecemasan dapat menghambat (atau dalam kasus tertentu mendorong) niat siswa bertanya. -
H6: Kenikmatan belajar matematika berpengaruh signifikan terhadap niat siswa untuk mengajukan masalah di kelas matematika.
Semakin siswa menikmati pelajaran matematika, semakin tinggi niat mereka untuk bertanya. -
H7: Keyakinan matematika berpengaruh signifikan terhadap perilaku aktual pengajuan masalah siswa.
Keyakinan positif tentang matematika membuat siswa lebih aktif mengajukan pertanyaan. -
H8: Niat berperilaku berpengaruh signifikan terhadap perilaku aktual pengajuan masalah siswa di kelas matematika.
Niat yang tinggi akan mendorong siswa benar-benar melakukan pengajuan masalah.
Tabel Operasional Variabel Penelitian
| Variabel | Definisi Operasional | Indikator (contoh item kuesioner Likert) |
|---|---|---|
| Sikap (Attitude, ATT) | Pandangan positif atau negatif siswa terhadap aktivitas mengajukan masalah di kelas matematika. | 1. Menganggap pengajuan masalah bermanfaat untuk belajar. 2. Percaya bahwa bertanya akan meningkatkan pemahaman matematika. 3. Merasa pengajuan masalah penting untuk prestasi akademik. |
| Norma Subjektif (Subjective Norm, SN) | Persepsi siswa mengenai tekanan sosial atau dorongan dari orang lain yang berpengaruh (guru, teman, orang tua) untuk mengajukan masalah. | 1. Guru mendorong siswa untuk mengajukan masalah. 2. Teman sebaya mendukung siswa bertanya di kelas. 3. Orang tua menghargai siswa yang aktif bertanya. |
| Efikasi Diri (Self-Efficacy, SE) | Keyakinan siswa terhadap kemampuan dirinya untuk mengajukan pertanyaan atau masalah matematika yang bermakna. | 1. Percaya diri dalam merumuskan pertanyaan matematika. 2. Merasa mampu bertanya meskipun materinya sulit. 3. Yakin pertanyaan yang diajukan akan relevan. |
| Pengetahuan Matematika (Mathematical Knowledge, MK) | Tingkat penguasaan siswa atas konsep dan keterampilan matematika yang menjadi dasar dalam menyusun masalah. | 1. Pemahaman konsep dasar matematika. 2. Kemampuan menghubungkan konsep dengan soal baru. 3. Kemampuan menggunakan istilah/rumus matematika dengan tepat. |
| Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety, ANX) | Perasaan khawatir, takut, atau tegang ketika menghadapi matematika, khususnya saat harus mengajukan masalah. | 1. Gugup saat harus bertanya di kelas. 2. Takut pertanyaan dianggap salah atau tidak berarti. 3. Merasa tertekan saat diminta mengajukan masalah. |
| Kenikmatan (Enjoyment, ENJ) | Perasaan senang dan antusias ketika terlibat dalam pengajuan masalah matematika. | 1. Merasa gembira ketika bisa mengajukan masalah. 2. Menikmati proses menyusun pertanyaan matematika. 3. Merasa termotivasi karena pengajuan masalah menyenangkan. |
| Keyakinan Matematika (Mathematical Belief, BELIEF) | Pandangan pribadi siswa tentang hakikat, nilai, dan peran matematika. | 1. Percaya matematika penting untuk kehidupan sehari-hari. 2. Melihat matematika sebagai bidang yang dinamis & menarik. 3. Menganggap matematika bukan sekadar hafalan rumus. |
| Niat Berperilaku (Behavioral Intention, BI) | Kecenderungan atau keinginan siswa untuk mengajukan masalah dalam pelajaran matematika. | 1. Niat untuk lebih sering bertanya di kelas. 2. Keinginan untuk mengajukan masalah saat belajar. 3. Rencana untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi matematika. |
| Perilaku Aktual (Actual Behavior, UB) | Frekuensi dan kualitas keterlibatan siswa dalam mengajukan masalah matematika di kelas. | 1. Seberapa sering siswa benar-benar bertanya. 2. Variasi pertanyaan yang diajukan. 3. Kualitas pertanyaan (relevan dengan materi). |
Metode Penelitian
1. Metode Pengambilan Sampel
-
Jenis Penelitian: Kuantitatif dengan pendekatan survei.
-
Populasi: Siswa sekolah menengah
-
Lokasi Studi : Empat sekolah menengah (2 SMP dan 2 SMA).
-
Jumlah Sampel: 582 siswa (setelah pembersihan data dari 792 respon awal).
-
Teknik Sampling: Convenience sampling (sampel kemudahan), teknik ini dipilih karena praktis, murah, dan memungkinkan pengumpulan data dalam jumlah besar dari siswa yang mudah dijangkau.
-
Instrumen: Kuesioner berbasis skala Likert 5 poin (1 = sangat tidak setuju, 5 = sangat setuju), terdiri dari 32 item, mencakup variabel:
-
Sikap,
-
Norma Subjektif,
-
Efikasi Diri,
-
Pengetahuan Matematika,
-
Kecemasan,
-
Kenikmatan,
-
Keyakinan Matematika,
-
Niat, dan
-
Perilaku Aktual.
-
2. Teknik Analisis Data
PLS-SEM (Partial Least Squares Structural Equation Modeling)
-
-
Software: SmartPLS.
-
Alasan pemilihan:
-
Tidak memerlukan asumsi normalitas.
-
Cocok untuk data kompleks dengan banyak variabel laten.
-
Dapat menguji hubungan langsung (direct effect) antarvariabel.
-
-
Langkah analisis:
-
Uji measurement model (validitas & reliabilitas konstruk: factor loading, CR, AVE).
-
Uji structural model (uji hipotesis dengan path coefficient, T-statistic, P-value)
-
-









![Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi [1]](https://idtesis.com/wp-content/uploads/Pengaruh-Teknologi-X1-Organisasi-X2-dan-Lingkungan-terhadap-Kinerja-Organisasi-Berkelanjutan-dengan-Digital-Transformation-dan-Sustainable-Innovation-Capability-sebagai-Mediasi-1-60x60_c.jpg)



