Judul Skripsi : Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa
A. Latar Belakang Masalah
Penerapan KTSP mengubah paradigma guru dalam proses belajar mengajar, guru tidak lagi berperan sebagai aktor tunggal tetapi lebih sebagai fasilitator dan lebih menekankan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.Peneliti berharap jika nantinya guru merubah strategi mengajar dengan menggunakan pembelajaran inovatif seperti metode inkuiri, metode proyek, metode eksperimen dan sebagainya maka prosentase prestasi belajar untuk materi elektrolisis yang memenuhi KKM akan mengalami perubahan. Selain permasalahan tersebut juga penggunaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran seperti penggunaan media berbasis elektronik yang kurang dikuasai oleh guru, juga keterbatasan jumlah laboratorium dan jumlah buku-buku penunjang di perpustakaan.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa agar belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata dan digunakan untuk mengkaitkan keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki hubungan dengan dunia nyata. PBM menggunakan psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Guru lebih memfungsikan dirinya sebagai pembimbing dan fasilitator yang mendampingi siswa agar dapat berfikir dan menyelesaikan masalah sendiri untuk mencapai tujuannya.
B. Perumusan Masalah
- Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan proyek pada materi elektrolisis?
- Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis?
- Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis?
C. Landasan Teori
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Panen, (2001: 89) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma kontruktivisme yang sangat mementingkan siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa (studentcentered learning). Oleh karena itu, pemecahan masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara berkelompok maupun individual, merupakan ciri utama Pembelajaran Berbasis Masalah. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri sehingga proses belajar individu menjadi self-directed learning.
Metode Inkuiri Terbimbing
Dalam pembelajaran bermetode inkuiri permulaan pembelajaran dimulai dari guru yang mengajukan permasalahan kepada siswa, selanjutnya siswa mengidentifikasikan dan merumuskan masalah tersebut untuk dipecahkan. Siswa diberi kesempatan mengumpulkan berbagai informasi melalui hasil pengamatan, selanjutnya dilakukan pengelolaan data untuk dapat diperoleh kesimpulan.
Metode Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang menunjukkan bahwa siswa mengalami dan belajar atas konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dalam pembelajaran kimia guru akan banyak terlibat dalam penggunaan alat dan bahan kimia yang biasanya dilakukan di laboratorium untuk membangun pengertian siswa tentang bahasan tertentu.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta (Purwodarminto, 1984). Menurut Torrance (1988 dalam Munandar 2009: 27), kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang harus ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Isilah sikap dalam bahasa inggris disebut “attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental untuk melakukan kegiatan. Sikap ilmiah terjadi dalam proses kegiatan ilmiah yaitu sesuatu kegiatan untuk mengamati obyek tertentu. Pengamatan terhadap obyek tertentu oleh John Dewey sebagai suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan bila seseorang menemukan sesuatu dalam pengalaman yang menimbulkan pengalaman.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 – Maret 2011. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMAN 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah tujuh kelas.
Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Kelompok eksperimen I diperlakukan dengan metode Inkuiri Terbimbing dan kelompok eksperimen II diperlakukan dengan metode proyek.
Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar kognitif, angket untuk kreativitas, sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif, lembar observasi untuk prestasi belajar psikomotor.
Analisis data penelitian menggunakan anava dengan desain faktorial 2x2x2 dengan bantuan software minitab 15.
E. Kesimpulan
1. Metode inkuiri terbimbing dan proyek dapat digunakan sebagai metode alternatif pada pembelajaran materi elektrolisis sekalipun dapat menghasilkan prestasi belajar yang berbeda. Secara konseptual kedua metode tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaan kedua metode tersebut adalah adanya pembahasan atas masalah, mendiskusikan, mencari sumber belajar, menganalisis dan membuat laporan, sedangkan perbedaannya pada metode proyek, siswa lebih bebas dalam menentukan cara dan unjuk kerja, siswa bekerja secara otonom, sehingga siswa lebih bersemangat mencari sumber-sumber pengetahuan. Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor pada PBM dengan menggunakan metode proyek lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor antara siswa yang diberi metode inkuiri terbimbing dengan siswa yang diberi metode proyek pada pembelajaran materi elektrolisis.
2. Berdasarkan penelitian siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor tidak berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah, sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada pembelajaran materi elektrolisis.
3. Berdasar penelitian siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi prestasi belajar tidak berbeda dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, dengan demikian disimpulkan tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada pembelajaran materi elektrolisis.
Leave a Reply