Judul Tesis : Pembelajaran Kimia Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dengan Metode Proyek dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Kritis
Latar Belakang Masalah
Kreativitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena biasanya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan dan menyukai aktivitas yang kreatif. Dengan memiliki kemampuan kreatif siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, suka bermain dan intuitif. Kemampuan kreatif akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi, ia akan mempunyai semangat yang tinggi pula dalam belajar sehingga prestasi belajar yang dicapai juga akan tinggi.
Selain kreativitas, yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah kemampuan berfikir kritis siswa, kemampuan berfikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah atau proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan. Kemampuan berfikir kritis siswa dalam materi asam basa juga mempunyai peranan penting, terutama pada sub bab pengertian asam basa menurut para ahli yang sering membuat siswa miskonsepsi, peranan berfikir kritis sangat diperlukan agar tidak terjadi banyak miskonsepsi diantara siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi akan dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar akan tinggi pula, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berfikir rendah, diharapkan dengan pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini, prestasi belajar akan meningkat.
Perumusan Masalah Tesis
- Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan pembelajaran STM dengan proyek dan eksperimen?
- Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas Tinggi dan Rendah?
- Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah?
Tinjauan Pustaka
Sains Teknologi Masyarakat
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan adapatasi dari istilah Science Technology Society (STS). Istilah sains teknologi masyarakat pertama kali dikenalkan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society. Pembelajaran science technology society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat. Ziman mencoba mengungkap suatu harapan bahwa konsep dan proses sains yang diajarkan disekolah harus sesuai dengan konteks sosial dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode Proyek
Metode proyek telah dikembangkan sejak tahun tujuh puluhan yaitu pada saat dikembangkannya Integrated Science Teaching oleh UNESCO. Metode ini melatih seseorang untuk kreativ dalam memilih, merancang dan memanipulasi alat serta bahan hingga terjadi produk yang berkaitan dengan topic atau konsep yang sedang dibahas. Disini tampak keterkaitan yang erat antara sains dan teknologi.
Metode Eksperimen
Metode Eksperimen sering dikaburkan dengan kerja laboratorium, eksperimen merupakan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu, hal ini sejalan dengan pendapat Rusyan (dalam Syaiful Sagala 2010:220) “kadang-kadang orang sering mengaburkan pengertian eksperimen dan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya”.
Kreativitas Siswa
Salah satu karakteristik mata pelajaran kimia adalah abstrak, sehingga memerlukan kesiapan intelektual yang memadai seperti berfikir divergen, berfikir konvergen, kreativitas, persepsi, dan pemecahan masalah. Kreativitas menurut Lumsdaine dalam bustama ismail (2010) adalah “mempergunakan imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna”,
Kemampuan Berfikir Kritis
Berfikir merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan suatu pengetahuan. Berfikir dapat terjadi pada seseorang apabila ia mendapat rangsangan dari luar dan melalui berfikir inilah seseorang mengatasi maslah yang dihadapainya. Menurut Hipkin dalam Wahyu Widodo, “berfikir adalah penggunan proses kreatif, kritis, metakognitif, dan reflektif untuk menalar dan mempertanyakan informasi, pengalaman, dan ide”.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
Populasinya terdiri dari siswa kelas XI SMAN 2 N Sragen tahun pelajaran 2011/2012.
Sampel yang diambil adalah 2 kelas yaitu Kelas XI IPA 1 dan XI IPA II dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Kelas XI IPA 1 diberikan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode eksperimen, sedangkan XII IPA II diberikan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode proyek.
Data dikumpulkan dengan tes untuk prestasi kognitif, kreativitas, dan kemampuan berfikir kritis, serta angket untuk prestasi afektif.
Teknik analisis data menggunakan analisis non parametric kruskal wallis.
Kesimpulan
1. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Pendekatan STM menggunakan metode proyek dan siswa yang menggunakan metode eksperimen. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,018 (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis pertama ini, Ho ditolak yang artinya pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan eksperimen mempunyai perbedaan prestasi belajar pada materi asam basa. Hal ini ditunjukkan dari nilai rerata, yang mana siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan STM menggunakan proyek nilai rerata 76,80 sedangkan dengan pendekatan STM menggunakan eksperimen nilai rerata 71,32, hal ini menunjukkan nilai rerata STM proyek > nilai rerata STM eksperimen.
2. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,016 (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis kedua ini, Ho ditolak yang artinya perbedaan prestasi belajar siswa pada materi asam basa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Hasil menunjukkan bahwa, nilai rerata siswa yang memiliki kreativitas tinggi adalah 70,77 dan siswa yang memiliki kreativitas rendah adalah 76.
3. Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,569 (>0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis ketiga ini, Ho diterima yang artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa pada materi asam basa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah. Hasil nilai rerata menunjukkan siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi adalah 74,63 dan siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi 73,83, yang artinya nilai rerata siswa yang memiliki kemampuan berfikir tinggi > dari siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah.
Leave a Reply