Judul Tesis : Hutan Kholifah (Tanah Ulayat): Kajian tentang Pelestarian Hutan pada Masyarakat Mandailing-Pasir Pengarayan, Rokan Hulu, Riau Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
A. Latar Belakang
Berita kerusakan hutan cendrung dibicarakan. Baru-baru ini saja sebuah harian umum pagi yang terkemuka di Indonesia yaitu harian umum Kompas secara berturut-turut pada tanggal 24 dan 25 September 2007 telah menerbitkan pada halaman pertamanya secara umun membahas masalah hutan. Pada tanggal 24 harian kompas membahas kerusakan hutan di Kalimantan, bagaimana kondisi hutan rakyat yang ada di Borneo hanya tinggal pohon-pohon bekas tebangan dan pembakaran.
Kalau ditelusuri diberbagai daerah khususnya di pedalaman, bahwa kerusakan-kerusakan hutan yang terjadi hampir di seluruh Indonesia adalah kerusakan hutan warga berupa tanah ulayat oleh pihak luar baik itu perusahaan, individu maupun pemerintah. Seperti misalnya kejadian di komunitas Tau Taa Wana di kawasan aliran Sungai Bulang Sulawesi Tegah, hutan adatnya ‘dirampas’ dan ‘dirusaki’ oleh Bina Balantak Raya (BBR) dengan cara mengkapling sebagian hutan adat sebagai areal HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan sebagian lagi diberikan kepada Kurnia Luwuk Sejati (KLS) untuk areal perkebunan sawit. Pada areal yang cukup datar, Departemen Transmigrasi mengunakannya sebagai pemungkiman Tranmigrasi. Akan tetapi, masyarakat Tau Taa Wana dapat tetap mempertahankan hutan tanah ulayat dengan berbagai strategi yang dilakukan. Perampasan tanah ulayat dan strategi masyarakat dalam mempertahankan tanah ulayat tidak hanya terjadi di Sulawesi tetapi hampir di seluruh Indonesia.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep masyarakat tentang Hutan Kholifah (tanah ulayat) pada masyarakat Huta Kubu Baru ?
- Apakah ada dan dari apa saja kearifan tardisional berupa mitos, legenda, tempat-tempat keramat, larangan-larangan, dan sebagainya yang berkembang di masyarakat Huta Kubu Baru ?
- Bagaimana peran orang-orang tertentu dalam melestarikan Hutan Kholifah seperti; datuk adat, penjaga hutan, pawang, dukun, dan aparat Negara ?
C. Landasan Teori Tesis
Keadaan Alam Desa
Desa Rambah Samo Barat mempunyai kondisi tanah yang sedikit bergelombang. Menurut warga setempat tanah di sekitar desa cukup subur. Kesuburan tanah ini dapat dilihat dari warna tanah yang berwarna kehitaman, keabu-abuan dan sebagian ada juga yang berwarna kekuningan. Hal ini dikarenakan desa tersebut berada tidak jauh dari gugusan Bukit Barisan. Desa Rambah Samo mempunyai tiga aliran sungai yang melintasi desa tersebut. Ketiga aliran sungai ini bersumber pada Bukit Barisan yang berada pada sebelah utara desa. Sungai-sungai tersebut bernama Sungai Okak yang hulunya berada pada sebuah bentangan rawa yang luas pada daerah perbukitan.
Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat Kubu Baru hidup dari hasil perkebunan dan perladangan. Walaupun ada sebagian kecil dari penduduk yang hidup sebagai pegawai kantoran atau pedagang. Tetapi dibandingkan dengan jumlah warga yang hidup dari hasil petani jauh lebih banyak. Hal ini disebabkan juga oleh keadaan alam yang mendukung untuk mata pencaharian warga setempat.
Akses Informasi
Warga masyarakat tidak terlalu sulit dalam memperoleh informasi. Hampir setiap kepala keluarga mempunyai televisi (TV) di rumahnya masing-masing. Televisi tersebut juga dilengkapi dengan parabola digital. Saat ini warga bisa mengakses siaran lokal maupun siaran mancanegara. Sumber informasi lainnya yang bisa diakses oleh warga adalah surat kabar provinsi seperti; Riau Pos, Pekanbaru Pos, dan Riau Mandiri. Surat kabar ini dapat dibeli pada agen-agen penjualan atau warung yang telah ditunjuk oleh agen surat kabar tersebut.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat mendeskripsikan.
Teknik pegumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola fikir masyarakat Kubu Baru tentang pelestarian hutan.
Untuk ‘melihat’ sebuah konsep masyarakat terhadap hutan yang terdapat di Kubu Baru sebagai satu kawasan milik masyarakat adat.
Untuk melihat pelestarian hutan dengan mengunakan sistem kearifan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Huta Kubu Baru-Pasir Pengarayan.
Untuk mencapai tujuan tersebut tulisan ini menggunakan aliran antropologi kongnitif yang digunakan oleh Spradley dalam mengungkapkan fola fikir masyarakat.
Spradley menggunakan metode ‘folk taxonomy’ untuk menjelaskan pola fikir masyarakat tersebut.
E. Kesimpulan Tesis
Masyarakat Kubu Baru dan Pawan sama-sama memiliki konsep tentang hutan yaitu; hutan dipandang sebagai sekumpulan pohon, tempat hidup berbagai jenis binatang, hutan sebagai kelangsungan kehidupan di bawah bukit, hutan sebagai amanat Sutan, sebagai bukti, sebagai kehormatan, dan juga sebagai pemersatu, pengertian ini lebih menekankan pada aspek histori yang terkait dengan masa lalu. Jadi, masyarakat Pawan dan Kubu Baru memandang hutan dari beberapa aspek seperti; ekologi, biologi, topografi, fungsi, ekonomi dan sebagainya. Hutan juga dikonsepsikan sebagai kawasan menakutkan, seram dan terdapat keajaiban alam yang menekankan pada aspek kearifan lokalnya.
Contoh Tesis Administrasi Negara
- Efektivitas Kerja Karyawan Kebun Karet (Studi Pada PT Perkebunan Nusantara III)
- Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kab Tapanuli Utara)
- Futsal (Suatu Trend dan Bentuk Komunitas Anak Muda Kota Medan)
- Hutan Kholifah (Tanah Ulayat) Kajian Tentang Pelestarian Hutan pada Masyarakat Mandailing – Pasir Pengarayan, Rokan Hulu, Riau
- Implementasi Hukum Tata Ruang Pada Pemkab Samosir (Fokus pada Penataan Ruang dan Permukiman)
Leave a Reply