Judul Tesis : Khitan Perempuan ( Rekonstruksi Pengetahuan dari Praktik Khitan Perempuan pada Keluarga Jawa Medan, Studi Kasus di Daerah Marelan )
A. Latar Belakang
Khitan perempuan kurang diperhatikan karena konteks masyarakat setempat yang cukup memberikan alasan yang tepat untuk mengabaikan persoalan ini. Berbagai macam alasan dapat meyakinkan untuk menyatakan bahwa khitan perempuan tidak sama dengan khitan pada laki-laki. Seperti yang dikemukan oleh Feillard dan Marcoes, 1998 dalam studinya, bahwa perempuan di Indonesia sering diminimalkan hanya pada tindakan simbolis, yaitu terjadi pemotongan yang sesungguhnya pada alat kelamin, dan adanya kerahasiaan dalam praktik khitanan perempuan di Indonesia.2
Khitanan perempuan yang dilakukan di Indonesia umumnya didasari oleh tradisi dan budaya masyarakat yang diwarisi secara turun-temurun. Budaya yang dimaksudkan seperti yang ditekankan oleh Durkheim, yaitu sesuatu yang berbeda diluar kemauan individu, diluar kemampuan perseorangan, dan memaksakan kehendaknya pada setiap individu. Adanya tekanan-tekanan sosial sering menghalangi individu untuk melakukan hal-hal yang sebetulnya diinginkan Sedangkan studi lain yang dilakukan di pulau Jawa mengindikasikan bahwa khitanan perempuan merupakan adat yang hampir punah ( Koenjaraningrat, 1985 ). Hal ini yang menyebabkan orang sering kali menganggap khitanan perempuan tidak cukup relevan untuk di angkat sebagai persoalan dipermukaan. Hal ini di karenakan, dalam praktik khitan perempuan ini terdapat unsur kerahasiaan dan tabu untuk di bicarakan.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana rekontruksi pengetahuan dan keyakinan masyarakat Jawa terhadap praktik khitan perempuan pada suku mereka.
- Seperti apakah peran keluarga terhadap keberlangsungan praktik ini sehingga masih tetap dipertahankan sampai sekarang.
C. Landasan Teori
Kependudukan
Jumlah penduduk di kelurahan rengas pulau adalah 57178 jiwa pada tahun 2007, yang terdiri dari 11041 kepala keluarga dengan luas daerah 10,5 KM dan kepadatan penduduk 5446 yang tersebar kedalam 35 lingkungan atau lorong. Disini dapat dilihat pembagian penduduk menurut jenis kelamin, menurut kewarganegaraan berdasarkan jenis kelamin, dan benyak penduduk yang usia 7-12 yang masih mengecam pendidikan.
Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Marelan Kelurahan Rengas Pulau
Masyarakat Marelan ini memiliki mata pencaharian yang beragam, seperti bertani, buruh, nelayan, pertukangan rumah, pegawai negeri sipil, ABRI, berdagang, wiraswasta, dokter, pegawai swasta, dan lain-lain. Walaupun masyarakat di daerah ini memiliki beragam mata pencaharian yang beragam, tetapi banyak dari mereka yang memiliki mata pencaharian lebih dari satu atau lebih kita kenal dengan pekerjaan sampingan, seperti, salah satu informan, beliau bekerja sebagai guru SD di salah satu sekolah dasar yang ada di Marelan, beliau bekerja sebagai guru mulai dari pagi hingga siang hari, pada siang harinya beliau kembali bekerja mengelolah kebun keluarga yang hasilnya akan dijual di Pasar. Selain itu masih banyak masyarakat di Marelan yang memiliki pekerjaan ganda, tetapi dari mereka banyak yang bekerja sebagai petani di kebun mereka sendiri, hal ini dilakukan untuk menambah pengahsilan dan mencukupi kehidupan keluarga mereka.
Sarana Fisik
Sarana fisik merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarkat. sarana fisik merupakan sarana umumyang digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-sehari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Dikelurahan Rengas Pulau terdapat sarana-sarana fisik yaitu antara lain :
- Sarana Kesehatan
- Sarana Transportasi
- Sarana Pendidikan
- Sarana Ibadah
- Sarana Hiburan
D. Metode Penelitan
Lokasi penelitian ini dilakukan di Marelan Keluarahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Medan.
Tujuan dari penelitian ini juga untuk mendeskripsikan seluk beluk dari praktek khitanan secara tradisional pada permpuan Jawa. Serta untuk mengetahui nilai-nilai sosial budaya dibalik tradisi yang telah ada sejak lama.
Studi ini bersifat etnografis dengan penggambaran analitis yang dilakukan secara kualitatif.
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif.
E. Kesimpulan
Khitan yang dilakukan pada masyarakat Jawa menjadi sesuatu yang harus dilakukan baik itu pada laki-laki maupun pada perempuan, karena masyarakat Jawa menganggap khitan berfungsi untuk membersihkan diri dari penyakit yang ada pada alat kelamin dan sebagai penyucian diri dari sukerto atau hambatan. Khitan yang dilakukan masih dilakukan oleh dukun yang telah dilatih oleh bidan-bidan. Dan ada juga yang langsung membawa ke bidan.
Masyarakat Jawa menganggap khitan sebagai sesuatu yang sakral, walaupun masyarkat Jawa di daerah ini telah bercampur dengan lingkungan sekitar, dimana dalam lingkungan mereka juga terdapat etnik lain, tetapi mereka masih memegang teguh tradisi yang melekat pada suku mereka dan mencoba membatasi budaya luar yang masuk dan bercampur dengan budaya mereka. Bagi orang Jawa budaya dan tradisi yang telah ada harus dijunjung tinggi dan dijaga kelestariannya jangan dilupakan ataupun dihilangkan, karena tradisi atau adat istiadat yang ada merupakan pembentuk jati diri seseorang atau kelompok dalam suatu etnik.
Contoh Tesis Administrasi Negara
- Implementasi Kebijakan Pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat
- Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan di Desa Lapang, Johan Pahlawan, Aceh Barat
- Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)
- Kedudukan Perempuan Etnik Pakpak dalam Memperoleh Pendidikan Formal
- Khitan Perempuan (Rekontruksi Pengetahuan dari Praktik Khitan Perempuan pada Keluarga Jawa Medan, Studi Kasus di Daerah Medan)
Leave a Reply