Latar Belakang Tesis : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Kooperatif Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari Gaya Belajar dan Interaksi Sosial Siswa
A. Latar Belakang Masalah
Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran individual. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif, akan berhasil apabila masing-masing siswa telah menguasai ketrampilan-ketrampilan kooperatif yang merupakan aktivitas belajar dalam kerja kelompok. Materi dalam pembelajaran fisika kelas X di SMA antara lain vektor, kinematika, dinamika, optika, suhu dan kalor, listrik dinamis. Semua materi bisa diterapkan model pembelajaran kooperatif, akan tetapi materi pelajaran fisika yang diambil adalah suhu dan kalor, karena pada materi tersebut terdiri dari beberapa sub bab diantaranya suhu dan pemuaian, perubahan fase zat, kalor, perpindahan kalor.
Pada materi suhu dan kalor banyak berkaitan dalam kehidupan sehari-hari dan siswa mempunyai pengalaman pengetahuan pada jenjang pendidikan sebelumnya. Maka materi suhu dan kalor bisa dijadikan bahan untuk berdiskusi pada pembelajaran kooperatif. Sehingga kesulitan belajar fisika dapat dikurangi apabila siswa dapat melakukan dengan cara saling mendiskusikan diantara siswa dalam kelompok dan saling bekerjasama dalam memecahkan persoalan.
Pemilihan model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan untuk mengurangi sifat egosentris dan individualistis siswa, mengembangkan ketrampilan sosial dan komunikasi sosial siswa, meningkatkan aktifitas belajar, meningkatkan semangat belajar siswa, melakukan kerjasama dalam kelompok-kelompok belajar, lebih efektif dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Gaya belajar siswa perlu diperhatikan karena gaya belajar siswa berbeda-beda. Murat Peker & Seref Mirasyedioglu (2008:22) menyatakan “student learning styles can help us understand students’ difficulties in perceiving and processing mathematical concepts”. Maksudnya, dengan mempelajari gaya belajar siswa guru dapat mengetahui perbedaan– perbedaan para siswa dalam mempresepsi dan memproses konsep-konsep matematika.
Dalam penelitian ini dipilih gaya belajar sebagai variabel moderator karena selama ini guru jarang memperhatikan gaya belajar siswa, padahal setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda beda diantaranya gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik di kelas sangat sedikit dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial sehingga hanya gaya belajar visual dan auditorial yang menjadi tinjauan. Apabila guru memahami gaya belajar siswa maka dapat memudahkan guru dalam mengembangkan strategi belajar bagi siswanya. Untuk variabel moderator yang lain yaitu interaksi sosial dianggap berpengaruh dalam pembelajaran STAD dan Jigsaw, karena di dalam pembelajaran siswa mengadakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing siswa yang terlibat di dalamnya berperan secara aktif.
B. Perumusan Masalah
- Apakah ada pengaruh pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa?
- Apakah ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?
- Apakah ada pengaruh interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa?
C. Kajian Teori
Student Team Achivement Divisions (STAD)
Student Team Achivement Divisions (STAD), merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin tahun 1995 di Universitas John Hopkins, AS. Dalam pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD), siswa di bagi dalam kelompok belajar secara heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam kelompok sampai semua anggota kelompok menguasai pelajaran. Kemudian semua siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru secara individu dan mereka tidak boleh saling membantu.
Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Eliot Aroson tahun 1971. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, setiap siswa menjadi anggota kelompok asal (home group) dan juga sebagai kelompok ahli (expert group). “Siswa dalam kelompok ahli bertanggung jawab terhadap penguasaan materi yang menjadi bagian yang dipelajari dan berkewajiban kepada siswa lain dalam kelompoknya” (Arend, 1997:73). Setelah kelompok ahli berdiskusi, kemudian para ahli itu kembali ke kelompoknya dan menerangkan kepada siswa lain dalam kelompok tersebut secara bergantian.
Gaya Belajar
Gaya belajar siswa yang berbeda-beda menuntut seorang guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya dalam mengajarnya, sehingga dapat menuai hasil yang maksimum. Beberapa manfaat guru memahami gaya belajar siswa, antara lain mengetahui gaya belajar siswa dapat membantu guru memahami dan memudahkan guru dalam menjelaskan perbedaan yang mereka temukan di kalangan para siswa; guru mungkin ingin mengembangkan berbagai strategi mengajar untuk membangun kelebihan individual yang berbeda yang dimiliki siswa; mengetahui perbedaan siswa dapat membantu guru mengembangkan strategi belajar bagi siswanya.
Interaksi Sosial
Interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Adapun indikator interaksi sosial sebagai berikut: siswa dapat mengenali diri sendiri dengan baik, menghargai orang lain, mampu bekerja sama dan tidak bersifat egois.
D. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
Populasi adalah seluruh siswa kelas X semester II SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, sejumlah 10 kelas.
Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen pertama dengan model STAD dan satu kelas ekperimen kedua dengan model Jigsaw.
Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk prestasi belajar, angket untuk gaya belajar dan interaksi sosial.
Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan anava tiga jalan sel 2 x 2 x 2 yang kemudian dilanjutkan uji Scheffe.
E. Kesimpulan
1. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif model Jigsaw lebih tinggi prestasinya dibanding siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif model STAD. Sehingga bisa dikatakan model Jigsaw lebih baik daripada model STAD.
2. Tidak ada pengaruh gaya belajar siswa (visual dan auditorial) terhadap prestasi belajar siswa. Secara umum siswa yang memiliki gaya belajar visual cenderung mendapatkan prestasi lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya belajar auditorial. Sebaliknya siswa yang memiliki gaya belajar auditorial cenderung mendapatkan prestasi di bawah rata-rata.
3. Tidak ada pengaruh interaksi sosial siswa (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar siswa. Secara umum siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi cenderung mendapatkan prestasi lebih baik daripada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah. Sebaliknya siswa yang memiliki interaksi sosial rendah cenderung mendapatkan prestasi di bawah rata-rata.
Leave a Reply