HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Program Masa Persiapan Pensiun Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Masa Persiapan Pensiun pada Karyawan PT Pupuk Kaltim

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan social dengan penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT Pupuk Kaltim. Penelitian ini dilakukan pada karyawan PT Pupuk Kaltim yang sedang menjalani masa persiapan pensiun selama bulan Oktober 2012 sampai Maret 2013 sejumlah 44 orang. Alat pengumpul data berupa kuesioner Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) disusun oleh Sheldon Cohen dan Harry M. Hoberman (1983) terdiri dari 24 butir dengan reliabilitas sebesar 0,883 dan alat ukur penyesuaian diri terdiri dari 27 butir dengan reliabilitas sebesar 0.918. Hasil analisis data yang diperoleh adalah nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT Pupuk Kaltim.

 

BAB I

Masa persiapan pensiun ditujukan untuk ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik. pekerjaan bisa menjadi sumber harga diri bagi memberikan pengalaman kepada karyawan yang akan pensiun, jadi mereka bisa merencanakan apa seseorang, karena orang yang mempunyai pekerjaan dimata orang lain dianggap mandiri dan yang ingin mereka kerjakan saat masa pensiun bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Banyak benar-benar sudah mereka hadapi. Masa persiapan pensiun merupakan masa transisi dari tipe pekerjaan yang bisa dilakukan ada yang bekerja untuk dirinya sendiri maksudnya adalah bekerja menjadi tidak bekerja (pensiun). berwiraswasta, ada yang memilih bekerja didalam prakteknya, transisi dari bekerja ke pensiun adalah sesuatu yang kompleks (Hulme, 2012 dalam Davies suatu instansi pemerintah ataupun swasta. Orang yang berwiswasta akan berbeda & Jenkins, 2013) tetapi juga berhubungan dengan dengan orang yang bekerja di dalam suatu keluarga, kesehatan dan transisi waktu luang perusahaan, masa pensiun yang akan dilaluipun (Phillipson, 2002; Vickerstaff et al., 2008 dalam berbeda jika orang berwiraswasta akan Davies & Jenkins, 2013).

 

Teknik Analisis

Analisis data dilakukan dengan teknik statistic korelasi product moment dari Pearson menggunakan SPSS 16.0.

 

CONTOH TESIS NO.2 Pengaruh Program Persiapan Pensiun Terhadap Kesiapan Pensiun Karyawan di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

Abstrak

Hasil penelitian menunjukan responden menilai bahwa Program Persiapan Pensiun yang diberilan oleh perushahaan termasuk dalam kategori “Sangat Baik”. Begitu pula dengan kesiapan pensiun. Tanggapan responden terkait Kesiapan Pensiun berada dalam kategori “Sangat Baik”. Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa program persiapan pensiun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y yaitu kesiapan pensiun. kontribusi pengaruh program persiapan pensiun sebesar 43,034% sedangkan- sisanya yaitu sebesar 56,97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

 

BAB I

Masa pensiun merupakan hal yang pasti akan dialami dan tidak bisa dihindari bagi seorang pekerja, oleh karena itu perlu adanya persiapan yang matang terkait hal ini. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sadar akan pentingnya mempersiapkan karyawannya dalam menghadapi masa pensiun. Sehingga sebagai tindakan nyata untuk membantu karyawan dalam persiapan pensiunnya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membuat program persiapan pensiun. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui program persiapan pensiun yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, mengetahui kesiapan pensiun peserta program persiapan pensiun,dan mengetahui dampak dari program persiapan pensiun terhadap kesiapan karyawan dalam menghadapi pensiun di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

 

Teknik Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 57 karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang sedang mengikuti proses program persiapan pensiun pada periode terakhir. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana.

 

CONTOH TESIS NO.3 Sikap terhadap Pensiun, Perencanaan Pensiun, dan Kualitas Hidup pada Karyawan dalam Masa Persiapan Pensiun

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara sikap terhadap pensiun, perencanaan pensiun, dan kualitas hidup pada karyawan dalam Masa Persiapan Pensiun (MPP). Partisipan mengisi form demografis standar, skala sikap terhadap pensiun, skala perencanaan pensiun, dan WHOQOL-BREF. Hasil dari analisis regresi menunjukkan bahwa perencanaan pensiun adalah prediktor yang signifikan untuk domain fisik (?=0,22, p=0,01), domain psikologis (?=0,4, p=0,01), dan domain lingkungan (?=0,24, p=0,01) dari kualitas hidup, sementara sikap terhadap pensiun tidak secara signifikan memprediksi kualitas hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pensiun adalah prediktor dari kualitas hidup karyawan yang sedang berada dalam masa persiapan pensiun. Selain itu, pentingnya menyediakan program persiapan pensiun secara adekuat dan mencukupi, memungkinkan para karyawan membuat perencanaan pensiun secara lebih baik.

 

BAB I

Para ahli memiliki pandangan bahwa untuk bisa menghadapi dan menyesuaikan diri dengan masa pensiun secara baik, diperlukan adanya sikap yang positif terhadap pensiun dan juga perencanaan masa pensiun yang baik (Lim, 2003). Sikap terhadap pensiun dapat didefinisikan sebagai preferensi, keinginan, atau keyakinan seseorang yang berkaitan dengan proses pensiun, sedangkan perencanaan pensiun dapat didefinisikan sebagai tindakan atau prosedur yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan berbagai masalah spesifik di masa pensiun (Turner, 1989). Penelitian sebelumnya terhadap 168 karyawan yang mendekati masa pensiun di Amerika menemukan bahwa sikap terhadap pensiun berhubungan secara signifikan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan kesejahteraan psikologis (Foster, 2008). Lebih lanjut, penelitian lainnya mengidentifikasi delapan factor yang berhubungan dengan sikap terhadap pensiun, yaitu tingkat pendapatan, status pernikahan, ekspektasi terhadap masa pensiun, perencanaan pensiun, antisipasi terhadap pensiun, self-competence (kompetensi diri), self-esteem (keberhargaan diri), dan depresi (Mutran, Reitzes, & Fernandez, 1997)

 

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 300 karyawan dalam masa persiapan pensiun di PT. X dijaring dengan menggunakan teknik purposive sampling dalam 3 termin.

 

CONTOH TESIS NO.4 KESIAPAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DITINJAU DARI PERAN GENDER KARYAWAN

Abstrak

Kesiapan pensiun adalah hal penting yang harus dimiliki karyawan demi keberlangsungan hidup di masa tua setelah pensiun. Pada kenyataanya setiap karyawan memiliki orientasi peran gender masing-masing dengan sifat atau karakteristik yang berbeda, sehingga kesiapan karyawan dalam menghadapi pensiun tentunya berbeda pula. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan kesiapan karyawan menghadapi pensiun ditinjau dari peran gender. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan kesiapan karyawan dalam menghadapi masa pensiun ditinjau dari peran gender, bahwa karyawan yang masulin lebih siap dibandingkan dengan karyawan yang feminim dan androgini.

 

BAB I

Pensiun kerap kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan, terlebih lagi pada  karyawan  yang  terbiasa  untuk  bekerja,  dikarenakan  perubahan  drastis  yang  akan dihadapinya  nanti  seperti  perubahan  pendapatan  ekonomi,  aktivitas  sehari-hari,  dan lingkungan  pergaulan  yang  pasti  akan  berubah.  Hal  ini berarti  bahwa  pensiunan  akan menderita  secara  psikologis  dan  tidak  lagi  mampu  melihat  dirinya  sebagai  anggota produktif  dalam  berkontribusi  dengan  masyarakat  (Atchley,dalam  Charles,  2002).Sehingga hal tersebutdapat menyebabkan karyawan menjadi stress karena memikirkan kehidupanya  kedepan.  Permasalahan  ini  biasanya  akan  terjadi  pada  karyawan  yang tidak mempersiapkan dirinya untuk pensiun atau tidak memiliki bekal untuk memasuki masa pensiun. Dari sebuah penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa hanya (2.2% dan  11.1%)  dari  pekerja  menduga  kebutuhan  mereka  untuk  pensiun  aman  secara finansial dalam pre testdan post test(dalam El-din,Mohamed,& Maged,2012)

 

Teknik Analisis

Penelitian ini dilakukan terhadap 92 karyawan yang sedang dalam Masa Persiapan Pensiun (MPP) di PT. Krakatau Steel. Pengumpulan data dilakukan dengan skala peran gender (BSRI) dan skala kesiapan pensiun. Terdapat 18 karyawan yang termasuk kategori orientasi peran gender feminim, 28 karyawan dengan kategori orientasi peran gender maskulin, dan 46 karyawan dengan kategori orientasi peran gender androgini.

 

CONTOH TESIS NO.5 Pengalaman Perawat dalam Menghadapi Masa Persiapan Pensiun di RS Bhayangkara Denpasar

Abstrak

Hasil dari penelitian ini adalah 4 tema yaitu, 1. pemahaman perawat terhadap persiapan pensiun, 2. perasaan perawat terhadap persiapan pensiun, 3. tantangan yang dihadapi perawat terhadap persiapan pensiun, 4. cara menghadapi tantangan persiapan pensiun. . Harapan peneliti Agar perawat yang akan pensiun dapat meningkatkan kemampuan dan pelayanan perawat dalam menghadapi masalah yang dialami klien

 

BAB I
Pensiun adalah pemisahan dari pekerjaan di mana seorang karyawan memilih untuk berhenti bekerja karena usia atau kecacatan. Persiapan pensiun adalah seperangkat rencana bagi karyawan untuk beradaptasi dengan beberapa tantangan untuk masa pensiun mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengalaman perawat terhadap persiapan pensiun. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan desain kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 di RS Bhayangkara Denpasar. Sampel penelitian ini adalah 4 partisipan.

 

Teknik Analisis

Teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan catatan lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode colaizi.

 

CONTOH TESIS NO.6 KEWIRAUSAHAAN DALAM PROGRAM PEMBEKALAN MASA PERSIAPAN PENSIUN (MPP) PENERBANG Studi Kasus Pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Abstrak

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk bekerja sama dengan FORSIBI (Forum Sinergi Bisnis) memberikan pembekalan Masa Persiapan Pensiun (MPP) pegawai darat maupun udara untuk meminimalisir post power syndrome. Kegiatan dalam pembekalan Masa Persiapan Pensiun (MPP) terdiri atas pembekalan kewirausahaan yang tediri dari materi, diskusi dan business field trip, pengelolaan uang pensiun, pola penerapan hidup sehat, siraman rohani, city tour serta pembentukan komunitas FORSIBI (Forum Sinergi Bisnis). Jiwa kewirausahaan terbentuk dengan adanya penddikan kewirausahaan diwujudkan dengan adanya komitmen, toleransi tinggi, fleksibilitas serta kegigihan untuk berwirausaha yang ditunjukkan dengan persentase rata-rata skor tanggapan sebesar 74,49%. Minat berwirausaha muncul setelah terbentuknya jiwa kewirausahaan, ditunjukkan dengan adanya motivasi, kepercayaan diri, serta minat untuk memulai usaha secara serius bidang usaha yang telah mereka pilih. Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata-rata skor tanggapan sebesar 79,03%.

 

BAB I

Masa pensiun adalah masa bebas tugas, menjadi tuan atas diri sendiri dengan diisi berbagai aktivitas hidup yang telah terlewatkan selama bekerja formal. Mempersiapkan pekerjaan atau aktivitas rutin pengganti selama menghadapi datangnya masa pensiun dapat menenangkan diri dari ketakutan mengganggur dan ancaman kebosanan saat pensiun. Kata mutiara dari Perdana Menteri Britania Raya Inggris 1940-1955, Winston Churchill (dalam J. Tito Sutarto dan C. Ismul Cokro, 2008) yang menguatkan seseorang untuk mempersiapkan masa pensiunnya adalah sebagai berikut “Never, never, never retire, change careers, do something entirely different, but never retire”.

 

Teknik Analisis

Penelitian ini fokus pada 74 penerbang yang telah mengikuti kegiatan pembekalan Masa Persiapan Pensiun (MPP). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dan asosiatif. Pendidikan kewirausahaan dalam program pembekalan Masa Persiapan Pensiun (MPP) penerbang sudah memenuhi kebutuhan, ditunjukkan dengan persentase rata-rata skor tanggapan sebesar 75,24%.

 

CONTOH TESIS NO.7 Pelatihan Masa Persiapan Pensiun dan Signifikansinya terhadap Perubahan Sikap Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Kota Bandung

Abstrak

Hasil pelatihan ini akan lebih optimal apabila mengikutsertakan pasangan (suami / istri), agar tercapainya proses penyesuian diri yang lebih baik dalam menghadapi masa pensiun. Pelatihan juga perlu diakhiri dengan kunjungan-kunjungan ke tempat wirausaha yang disesuaikan dengan minat masing-masing. Pelatihan ini dapat juga diperkenalkan pada para PNS di Kota Bandung yang sudah menjelang pensiun kira-kira 5 tahun untuk memberikan kesadaran bahwa masa pensiun itu akan tiba, sehingga PNS dapat merencanakan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi pensiun sejak awal. Terakhir, modul ini sebaiknya diujikan pada PNS di luar Kota Bandung, sehinga lebih jelas apakah model modul seperti ini yang benar-benar dibutuhkan.

 

BAB I

Dalam penelitian ini dilaksanakan evaluasi terhadap kegiatan masa persiapan pensiun pada PNS di Kota Bandung dan mengajukan modul yang kiranya lebih sesuai, dalam arti dapat merubah sikap PNS dalam menghadapi pensiun ke arah yang positif. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah PNS di Kota Bandung yang sedang dalam MPP. Berdasarkan hasil pengumpulan data,dalam rangka evaluasi program MPP terdahulu, ditemukan bahwa program MPP terdahulu memiliki banyak kekurangan. Maka berdasarkan hasil evaluasi, peneliti menyusun program baru. Berdasarkan pengolahan data secara statistik dipreoleh hasil bahwa modul program MPP yang baru dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar responden, baik dalam hal isi materi dan metode penyampaian. Tidak ada program yang keluar dari yang direncanakan. Dari sisi perubahan sikap, terutama aspek kognitif tampak perubahan ke arah yang positif dari PNS. Saran yang diajukan adalah hendaknya pelatihan mengenai persiapan masa pensiun pada PNS di Kota Bandung ini dilakukan secara konsisten oleh pihak Pemerintah Daerah. Disamping itu perlu dilakukan monitoring yang disertai kesempatan konsultasi.

 

Teknik Analisis

Penelitian ini dikelompokkan pada penelitian eksperimental semu (quasi experimental research), yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode pretest dan post-test untuk mengetahui perubahan sikap. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi program MPP adalah kriteria dari Emil J Posavac & Raymond G. Carey(1992). Selanjutnya alat ukur yang digunakan untuk melihat perubahan sikap PNS berbentuk kuesioner.

 

CONTOH TESIS NO.8 KONTRIBUSI HASIL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA : Studi Pada Program Pelatihan Masa Persiapan Pensiun Di Duta Transformasi Insani Bandung

Abstrak

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa:

  1. Pelatihan ini menunjukkan keberhasilannya terbukti dengan kecenderungan skor hasil pelatihan kewirausahaan pada alumni peserta pelatihan yang memiliki skor tinggi;
  2. Kemampuan berwirausaha para peserta pelatihan menunjukkan skor kemampuan berwirausaha yang pada kategori rendah jika dibandingkan dengan responden yang sudah dilatih, yang berarti bahwa pelatihan kewirausahaan dianggap berhasil;
  3. Adanya korelasi yang rendah antara hasil pelatihan kewirausahaan terhadap kemampuan berwirausaha menunjukkan bahwa hasil pelatihan kewirausahaan hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap kemampuan berwirausaha dan hal lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel hasil pelatihan.

 

BAB I

Penulisan ini bertitik tolak pada lembaga pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil pelatihan kewirausahaan di DTI Bandung dilihat dari karakteristik responden, menganalisis kemampuan berwirausaha para peserta pelatihan di DTI Bandung dan menganalisis kontribusi hasil pelatihan kewirausahaan terhadap kemampuan berwirausaha peserta pelatihan di DTI Bandung. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari konsep pelatihan dan kemampuan berwirausaha.

 

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan metode survey. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah pengelola lembaga pelatihan, calon peserta pelatihan, peserta pelatihan, dan alumni pelatihan.

 

CONTOH TESIS NO.9 PENGELOLAAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI SISTEM PEMBELAJARAN DALAM PERSIAPAN MASA PENSIUN

Abstrak

Kebutuhan Indonesia akan peningkatan jumlah manusia yang memiliki sikap kewirausahaan serta potensi orang dewasa madya menjelang pensiun dapat diakomodasi melalui penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. Berdasarkan pendekatan fungsi manajemen pelatihan, pelatihan kewirausahaan masa pensiun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pelatihan.

Penelitian ini didasarkan pada teori dan konsep

  1. Pendidikan Luar Sekolah,
  2. Kewirausahaan,
  3. Pensiunan,
  4. Konsep ADDIE Sebagai Sistem Pembelajaran PLS,
  5. Manajemen Pelatihan, dan
  6. Keberhasilan Pelatihan.

Pada pelaksanaan pelatihan dari 6 tahap yang harus dilakukan, hanya dua yang benar-benar dilakukan yaitu pembinaan keakraban dan proses pembelajaran. Adapun identifikasi kebutuhan, aspirasi dan potensi peserta pelatihan, penyusunan program, tes awal dan akhir pelatihan tidak dilakukan. Pada proses evaluasi, MUVI-Learning Centre hanya melakukan evaluasi pelaksanaan dan itupun dilakukan dengan tidak lengkap. Meskipun banyak tahap manajemen yang tidak dilakukan, dari 7 kriteria keberhasilan proses, 5 kriteria dapat terpenuhi dan dua lainnya tidak. Adapun berdasarkan kriteria hasil, dari 4 kriteria terdapat dua kriteria keberhasilan yang terpenuhi.Dapat disimpulkan bahwa MUVI-Learning Center menerapkan proses perencanaan sama seperti proses pemasaran pada vendor jasa umumnya, demi kepentingan kelangsungan lembaga pelatihan MUVI-Learning Center itu sendiri, dimana salah satu tujuan manajemennya adalah agar lembaga ini dapat terus hidup dan berkembang berdasarkan indikasi penyerapan klien atas program pelatihan yang dikembangkannya. Dalam pelaksanaan, MUVI-Learning Center melakukan tahap pembinaan keakraban dan proses pembelajaran. Hal ini karena kedua proses ini dianggap sebagai inti pelaksanaan. Adapun tahap evaluasi, MUVI-Learning Center melakukan evaluasi pelaksanaan karena dianggap sebagai satu-satunya evaluasi yang memiliki relevansi terhadap peningkatan mutu pelatihan serta kepuasan pelanggan dan dapat mendorong pada perbaikan penyelenggaraan pelatihan berikutnya. Berdasarkan kriteria keberhasilan proses, pelatihan MPP ini dapat dinyatakan berhasil, dan berdasarkan kriteria hasil, peneltian ini dapat dikatalkan berhasil secara terbatas dengan indikator peserta lebih berani membuka usaha dibanding sebelum pelatihan. Oleh karena itu, demi menjaga terlaksananya prinsip andragogi maka peneliti merekomendasikan model sistem pelatihan sebagai suatu proses yang terintegrasi (komponen: proses pengkajian kebutuhan pelatihan, proses perumusan tujuan pelatihan, proses merancang program pelatihan, proses pelaksanaan program pelatihan, dn proses evaluasi program pelatihan) dan panduan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun sebagai solusi.

 

BAB I

Kebutuhan Indonesia akan peningkatan jumlah manusia yang memiliki sikap kewirausahaan serta potensi orang dewasa madya menjelang pensiun dapat diakomodasi melalui penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. Berdasarkan pendekatan fungsi manajemen pelatihan, pelatihan kewirausahaan masa pensiun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pelatihan. Penelitian ini didasarkan pada teori dan konsep

  1. Pendidikan Luar Sekolah,
  2. Kewirausahaan,
  3. Pensiunan,
  4. Konsep ADDIE Sebagai Sistem Pembelajaran PLS,
  5. Manajemen Pelatihan, dan
  6. Keberhasilan Pelatihan.

Pada pelaksanaan pelatihan dari 6 tahap yang harus dilakukan, hanya dua yang benar-benar dilakukan yaitu pembinaan keakraban dan proses pembelajaran. Adapun identifikasi kebutuhan, aspirasi dan potensi peserta pelatihan, penyusunan program, tes awal dan akhir pelatihan tidak dilakukan. Pada proses evaluasi, MUVI-Learning Centre hanya melakukan evaluasi pelaksanaan dan itupun dilakukan dengan tidak lengkap. Meskipun banyak tahap manajemen yang tidak dilakukan, dari 7 kriteria keberhasilan proses, 5 kriteria dapat terpenuhi dan dua lainnya tidak. Adapun berdasarkan kriteria hasil, dari 4 kriteria terdapat dua kriteria keberhasilan yang terpenuhi.Dapat disimpulkan bahwa MUVI-Learning Center menerapkan proses perencanaan sama seperti proses pemasaran pada vendor jasa umumnya, demi kepentingan kelangsungan lembaga pelatihan MUVI-Learning Center itu sendiri, dimana salah satu tujuan manajemennya adalah agar lembaga ini dapat terus hidup dan berkembang berdasarkan indikasi penyerapan klien atas program pelatihan yang dikembangkannya.

 

Teknik Analisis

Penelitian kewirausahaan MPP ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif jenis studi kasus. Adapun subjek penelitiannya adalah penyelenggara pelatihan yang terdiri dari 1 direktur utama, 2 penanggung jawab program, dan 1 fasilitator serta peserta pelatihan yang berjumlah 3 orang.Berdasarkan temuan penelitian, MUVI-Learning Center belum menerapkan sebagian besar pengelolaan pelatihan dengan baik sebagaimana kaidah ilmiahnya. Dalam tahap perencanaan, MUVI-Learning Centre tidak melakukan satupun tahapan yang harus dilakukan.

 

CONTOH TESIS NO.10 Kegiatan Pegawai Negeri Sipil Menjelang Masa Pensiun (Studi pada Pegawai Negeri Sipil Universitas Airlangga Non Dosen Usia 56 tahun)

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan pegawai negeri sipil non dosen di Universitas Airlangga menjelang masa pensiun. Sebagian besar pegawai negeri sipil di kota besar seperti Surabaya banyak mengalami permasalahan menjelang masa pensiun seperti masalah mental, ekonomi maupun sosial. Permasalahan tersebut muncul karena kebanyakan pegawai negeri sipil belum memiliki rencana kegiatan yang akan dilakukan pada saat pensiun. Hal ini terbukti dengan banyaknya pegawai negeri sipil Universitas Airlangga yang tidak mengambil program masa persiapan pensiun setiap tahunnya. Namun tidak semua pegawai negeri sipil memiliki permasalahan menjelang masa pensiunnya, ada pula pegawai negeri sipil yang menanggapi santai status pensiun yang akan didapatkannya. Semua itu tergantung bagaimana pegawai negeri sipil memaknai pensiun itu sendiri. Dalam menjawab fokus penelitian, peneliti menggunakan teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blummer. Adapun setting sosial dalam penelitian ini yaitu Universitas Airlangga. Penentuan informan penelitian menggunakan purposive, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini yaitu pengetahuan, penilaian serta pemaknaan mengenai pensiun dapat melatarbelakangi pegawai negeri sipil untuk melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mengisi masa pensiun. Hal tersebut dibuktikan dengan sedikitnya pegawai negeri sipil non dosen di Universitas Airlangga yang memiliki kegiatan yang ditujukan untuk masa pensiun, khususnya kegiatan yang terkait dengan mencari penghasilan tambahan karena banyaknya pegawai negeri sipil yang memaknai pensiun secara sempit, yakni menganggap pensiun sebagai waktunya untuk berhenti bekerja dan tidak melakukan apa-apa.

 

BAB I

Kesiapan para pegawai negeri sipil dalam menghadapi masa pensiun bergantung pada presepsi pegawai negeri sipil mengenai pensiun itu sendiri bagi kehidupan mereka. Maka dari itu untuk mengurangi permasalahan-permasalahan menjelang dan pasca pensiun pemerintahan telah menyediakan program masa persiapan pensiun atau yang lebih sering dikenal dengan singkatan MPP bagi pegawai negeri sipil atau yang lebih sering dikenal dengan singkatan MPP bagi pegawai negeri sipil yang akan memasuki masa pensiun.

 

Teknik Analisis

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kulitatif dengan tipe penelitian deskriptif, pendekatan fenomenologi dan paradigma interpretatif.

 

CONTOH TESIS NO.11 Suatu Evaluasi Modul dan Signifikansi Modifikasi Modul Pelatihan Masa Persiapan Pensiun (MPP) terhadap Perubahan Sikap Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Golongan Empat di Pemerintah Daerah Kota Bandung

Abstrak

Berdasarkan evaluasi terhadap program MPP sebelumnya, diketahui bahwa program sebelumnya mengalami banyak kekurangan. Data statistik menunjukkan bahwa modul baru yang diusulkan untuk program MPP mampu memenuhi permintaan sebagian besar responden dalam hal isi dan metode penyajian. Dalam hal perubahan sikap, khususnya aspek kognitif, mengalami transformasi positif. Seharusnya Pemerintah Daerah melaksanakan pelatihan MPP bagi PNS di Kota Bandung secara rutin. Pemantauan berkelanjutan dan konsultasi terbuka harus dilaksanakan. Hasil dari pelatihan ini akan lebih efektif jika melibatkan pasangan. Durasi pelatihan khusus ini harus diperpanjang dan diakhiri dengan sesi tur ke lokasi wirausaha. Diklat MPP juga dapat dirancang bagi PNS aktif minimal 5 tahun sebelum pensiun untuk menumbuhkan rasa kesadaran, sehingga dapat merencanakan masa pensiun dengan lebih antisipatif.

 

BAB I

Evaluasi kegiatan Masa Pra Pensiun (MPP) Pegawai Negeri Pemerintah (PNS) di Kota Bandung telah dilakukan, dan modul yang sesuai yang disarankan dalam hal kemampuan mentransformasikan sikap positif PNS menuju tahap pensiun diusulkan. Untuk penelitian khusus ini, sampel diambil dari sekelompok PNS yang berada di dalam MPP mereka.

 

Teknik Analisis

Penelitian ini dikategorikan sebagai Quasi Experimental Research, dimana metode Pre-test dan Post-test diterapkan untuk menilai perubahan sikap. Kriteria yang dikemukakan oleh Posavac & Carey (1992) digunakan sebagai metode evaluasi, sedangkan angket dipilih sebagai metode penilaian untuk mengukur perubahan sikap sampel.

 

CONTOH TESIS NO.12 Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Psychological Well-Being Karyawan Pria yang Memasuki Masa Persiapan Pensiun di PT “X” (Persero) Kota Bandung

Abstrak

Dari hasil penelitian didapat karyawan pria yang memasuki MPP di PT. “X” (Persero) mayoritas memiliki tingkat Psychological Well-Being (PWB) yang tinggi, dan setiap dimensi dari PWB yang dimiliki karyawan pria tersebut hampir seluruhnya berada pada tingkat yang tinggi, hanya pada dimensi Positive Relationship With Others yang menunjukkan karyawan pria dengan tingkat PWB rendah memiliki persentase lebih besar. Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti memberikan saran bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian secara kualitatif. Disarankan juga untuk melakukan penelitian korelasi antar tingkat PWB dan faktor religiusitas (agama). Perlu dipertimbangkan agar alat ukur PWB dari Ryff disesuaikan dengan konteks penelitian yang dilaksanakan dan melakukan penelitian mengenai kontribusi faktor-faktor yang memengaruhi terhadap PWB. Subyek penelitian juga disarankan lebih terarah dalam menentukan perencanaan di masa pensiunnya, meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan diri bahkan sebelum karyawan memasuki MPP, meningkatkan kemampuan untuk berhubungan positif dengan orang lain, melakukan pengembangan hobi, memperluas wawasan mengenai berbagai peluang, dan membangun kepercayaan diri dan keberaniannya.

BAB I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Psychological Well Being (PWB) karyawan pria yang memasuki Masa Persiapan Pensiun di PT. “X” (Persero) Kota Bandung. Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah karyawan yang berjenis kelamin pria memiliki sisa masa kerja sekurangkurangnya 12 bulan sebelum memasuki usia pensiun normal (berusia 55 tahun) dan mengikuti progam Masa Persiapan Pensiun yang ditetapkan PT. “X” (Persero) Kota Bandung sehingga didapatkan subyek penelitian berjumlah 16 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan adaptasi terjemahan Bahasa Indonesia dari The Ryff Scales of Psychological Well-Being (SPWB, 1989).

Teknik Analisis

Dalam penelitian ini validitas alat ukur diukur dengan construct validity menggunakan rumus Product Moment Pearson. Adapun reliabilitas dari alat ukur ini diolah menggunakan alpha cronbach, dan didapatkan hasil 0,936. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik distribusi frekuensi.

 

CONTOH TESIS NO.13 KEGIATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJELANG MASA PENSIUN

Abstrak

Hasil dari penelitian ini yaitu pengetahuan, penilaian serta pemaknaan mengenai pensiun dapat melatarbelakangi pegawai negeri sipil untuk melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mengisi masa pensiun. Hal tersebut dibuktikan dengan sedikitnya pegawai negeri sipil non dosen di Universitas Airlangga yang memiliki kegiatan yang ditujukan untuk masa pensiun, khususnya kegiatan yang terkait dengan mencari penghasilan tambahan karena banyaknya pegawai negeri sipil yang memaknai pensiun secara sempit, yakni menganggap pensiun sebagai waktunya untuk berhenti bekerja dan tidak melakukan apa-apa.

BAB I

Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan pegawai negeri sipil non dosen di Universitas Airlangga menjelang masa pensiun. Sebagian besar pegawai negeri sipil di kota besar seperti Surabaya banyak mengalami permasalahan menjelang masa pensiun seperti masalah mental, ekonomi maupun sosial. Permasalahan tersebut muncul karena kebanyakan pegawai negeri sipil belum memiliki rencana kegiatan yang akan dilakukan pada saat pensiun. Hal ini terbukti dengan banyaknya pegawai negeri sipil Universitas Airlangga yang tidak mengambil program masa persiapan pensiun setiap tahunnya. Namun tidak semua pegawai negeri sipil memiliki permasalahan menjelang masa pensiunnya, ada pula pegawai negeri sipil yang menanggapi santai status pensiun yang akan didapatkannya. Semua itu tergantung bagaimana pegawai negeri sipil memaknai pensiun itu sendiri.

 

Teknik Analisis                

Dalam menjawab fokus penelitian, peneliti menggunakan teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blummer. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kulitatif dengan tipe penelitian deskriptif, pendekatan fenomenologi dan paradigma interpretatif. Adapun setting sosial dalam penelitian ini yaitu Universitas Airlangga. Penentuan informan penelitian menggunakan purposive, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam.

 

CONTOH TESIS NO.14 Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres pada Manager Menengah Atas dalam Menjalani Masa Persiapan Pensiun di Kantor Pusat PT. “X” Bandung

Abstrak

Dari hasil penelitian juga diketahui dukungan keluarga, penghayatan responden terhadap tuntutan lingkungan dan tuntutan dalam diri, kejelasan peran yang akan dijalani, latar belakang alasan bekerja, dan penghayatan terhadap masa pensiun pada karyawan di kantor pusat PT. “X” Bandung mampu menunjang penghayatan derajat stres berada pada moderat cenderung rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran kepada pihak Kantor Pusat PT.”X” Bandung agar dapat mengembangkan program family gathering yang dapat menunjang program stress management sebagai tindak lanjut dari informasi yang diperoleh, serta kepada karyawan yang akan menghadapi masa pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung diharapkan mendapatkan pengaruh yang positif, sehingga stres yang dialami akan tetap berada pada tingkat yang moderat cenderung rendah, bahkan bila memungkinkan berada pada tingkat yang rendah. Peneliti pun mengajukan saran agar dilakukan penelitian serupa namun di organisasi yang berbeda dan dapat pula dilakukan penelitian dengan menghubungkan derajat stres dengan kemampuan penyesuaian diri menghadapi masa pensiun, efektifitas pelatihan pra-pensiun yang diadakan oleh Kantor Pusat PT.”X” Bandung, atau dengan state of anxiety yang dialami oleh karyawan yang akan menghadapi masa pensiun di Kantor Pusat PT.”X” Bandung.

BAB I

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana derajat stres dalam menjalani masa persiapan pensiun pada manager menengah atas di kantor pusat PT. “X” Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Populasi sasaran adalah seluruh karyawan PT “X” Bandung yang akan memasuki masa pensiun dan memenuhi karakteristik menduduki jabatan terakhir setara manager menengah atas, mempunyai anak, masih memiliki pasangan hidup, akan menjalani masa pensiun sesuai ketentuan perusahaan, pensiun karena adanya peraturan yang berlaku dan bukan pensiun atas permintaan sendiri (sukarela), dan berdomisili di Bandung.

Teknik Analisis

Ukuran responden penelitian ini sebesar 30 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner derajat stres yang disusun oleh Aelly (Skripsi, 2005) dan dimodifikasi oleh Peneliti yang mengacu pada teori Tom Cox. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach diperoleh 58 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,313–0,897 dan reliabilitas sebesar 0,97. Data hasil penelitian diolah dengan teknik distribusi frekuensi, dan memperlihatkan bahwa sebagian besar (76,7%) responden menghayati stres pada derajat yang moderat cenderung rendah.

 

CONTOH TESIS NO.15 Peer group support meningkatkan respons penerimaan psikologis pegawai menghadapi masa persiapan pensiun (MPP)

Abstrak

Pendahuluan: Pensiun adalah proses pemisahan individu dari pekerjaannya yang dibayar dari jabatan atau pekerjaannya. Pensiun dapat mengubah respons psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dukungan peer group terhadap perubahan respon psikologis pegawai negeri pada tahap persiapan pensiun. Pembahasan: Hasil penelitian ini menjelaskan pentingnya tahap persiapan pensiun untuk memberikan respon psikologis yang positif. Studi lebih lanjut direkomendasikan untuk memperluas penelitian ini dengan mempertimbangkan respon biologis dan spiritual.

 

BAB I

Memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosial di masyarakat, prestige, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan mengalami perubahan karena kehilangan peran (Eliana, 2003). Dukungan sosial merupakan suatu jaringan keluarga, teman, rekan kerja dan kenalan lain untuk memberikan masukan pada saat terjadi krisis (Mayoclinic, 2005). Peer group support merupakan media yang memungkinkan seseorang melakukan interaksi sosial dan mendapatkan dukungan dari orang lain (Wikipedia, 2006). Di Indonesia, khususnya Rumah Sakit Daerah Mardiwaluyo Kota Blitar, metode peer group support maupun berbagai kegiatan yang melibatkan para pensiunan belum pernah dilakukan.

 

Teknik Analisis

Metode: Penelitian ini menggunakan quasy eksperimental pre-post test purposive sampling design. Populasi dalam penelitian ini adalah 18 responden yang akan pensiun pada tahun 2009 dan 2010 di RSUD Mardiwaluyo Blitar. Sampel berjumlah 16 responden yang dibagi menjadi 8 responden masing-masing untuk kelompok perlakuan dan kontrol. Variabel bebas adalah dukungan kelompok sebaya dan variabel terikat adalah respon psikologis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah intervensi dukungan kelompok sebaya. Data kemudian dianalisis menggunakan Mann Whitney U Test dan Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat signifikansi ??0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan peer group tidak berpengaruh pada respon penolakan (p = 0,301), respon marah (p = 0,317), respon tawar menawar (p = 0,079) dan respon depresi (p = 0,300). Sebaliknya dukungan peer group berpengaruh terhadap respon penerimaan (p = 0,049).

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?