Contoh Tesis– Analisis Sosiologi Sastra Dan Nilai Pendidikan Pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi
A. Latar Belakang
Sastra merupakan sebuah karya seni. Sastra adalah hasil kegiatan kreativitas seorang sastrawan. Sebuah karya sastra mencerminkan berbagai masalah kehidupan manusia. Karya sastra dapat berinteraksi dengan lingkungan, sesama manusia dan dengan Tuhannya.
Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:307) bahwa imajinasi dalam karya sastra adalah imajinasi yang didasarkan atas kenyataan, imajinasi yang juga diimajinasikan orang lain. Karya sastra tidak hanya berupa imajinasi saja, melainkan berupa penghayatan dan perenungan secara sadar. Karya sastra hasil sebuah imajinasi yang didasari atas kesadaran yang menghasilkan kreativitas sebagai karya seni. Karena sebagai hasil imajinasi, karya sastra menciptakan dunia sendiri. Meskipun kita juga menyadari tidak jarang karya sastra yang menyajikan sebuah konteks realitas sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
- Bagaimanakah pandangan pengarang terhadap Pondok Madani dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi?
- Bagaimanakah aspek sosial budaya yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi?
- Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi?
C. Hasil Penelitian
Adanya pemikiran dan pandangan pengarang yang spesifik pada novel baik dari segi sosiologi sastra. Ada nilai pendidikan yang tertuang dalam novel ini. selain itu dalam novel juga terdapat nilai kehidupan, spiritual, moral, yang positif dan negatif sesuai aturan budaya.
C. Saran
Pada penelitian ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
- Pada aspek pendidikan, pendidik bahasa dan sastra sebaiknya melakukan pengajaran dengan sistematika yang runtut dan detail agar mudah dipahami dan mendapatkan makna novel yang mendalam. Pencapaian maksimal terhadap pengajaran apresiasi sastra harus diwujudkan secara baik, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, pengajaran tidak terpatok pada hafalan, tetapi pada proses apresiasi yang mendalam. Di samping itu, pendidik tidak boleh melupakan berkenaan penanaman nilai moral serta kesadaran pelestarian seni budaya kepada siswa.
- Siswa sebaiknya melakukan pengalaman belajar sastra yang lebih intens karena dengan hal ini maka pencapaian prestasi siswa tidak hanya pada akademis, tetapi juga pada perubahan behaviour.
- Peneliti yang memiliki sense terhadap kajian sastra sebaiknya senantiasa melakukan peningkatan kompetensi dan kualitas pengkajian sastra. Pengkajian sastra bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan yang ada juga dengan objek karya sastra mutakhir yang memiliki tingkat kerumitan yang kompleks.
- Masyarakat pembaca sebaiknya melakukan implementasi yang positif sebagai hasil interaksinya dengan sastra sehingga menjadi fakta nyata yang bisa menjadi pengaruh meluas terhadap perwujudan efek-efek potensial di masyarakat.
Leave a Reply