ABSTRAK
Dalam penelitian ini jumlah naskah yang di dapat sebanyak sembilan buah yang terbagi dalam dua versi yaitu prosa dan puisi. Penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah naskah yang berbentuk puisi yang berjumlah tiga buah, yaitu: (i) Sastra Jendra Hayuningrat, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi NB 17. (ii) Sastrajendra – Sastracetha Sekar Macapat, Koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton Surakarta. Nomor koleksi naskah 181 ra. (iii) Sêrat Warni – warni (Kagungan Dalem Gusti Kangjeng Pangeran Hangabehi IV ing Surakarta Adiningrat), Koleksi Yayasan Sastra dengan nomor koleksi naskah 1311, teks SSJH merupakan bagian di dalamnya. Naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi NB 17 adalah data primer penelitian ini.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks naskah Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi? (2) Bagaimana isi yang terkandung dalam Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang berhubungan dengan upaya manusia agar bersatu, mengetahui sangkan paran (asal-usul) agar menjadi sempurna kembali?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan suntingan teks naskah Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi. (2) Mengungkapkan isi yang terkandung dalam Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang berhubungan dengan upaya manusia agar bersatu, mengetahui sangkan paran (asal-usul) agar menjadi sempurna kembali.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu deskripsi isi, komparatif dan interpretasi isi. Yang dimaksud dengan deskripsi isi yaitu naskah diungkapkan apa adanya. Berdasarkan kondisi naskah yang akan diteliti yaitu hanya satu buah, maka teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data tunggal. Yang akan digunakan yaitu teknik analisis metode standar, karena isi naskah dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau bahasa, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa.
Analisis data selanjutnya menggunakan teknik komparatif dan interpretasi isi. Teknik komparatif yaitu membandingkan bagian naskah yang bersifat umum hingga khusus. Analisis berikutnya yaitu interpretasi isi. Teknik interpretasi isi yaitu menginterpretasikan isi naskah dengan kondisi yang di sekitarnya.
Dari ketiga naskah yang berhasil ditemukan meskipun memiliki judul yang hampir sama tetapi jumlah pupuh dari ketiga naskah ini sangatlah berbeda. Selain jumlah pupuh perbedaan juga terdapat pada perbedaan nama tembang dan urutan pupuh, sehingga naskah tidak bisa disejajarkan. Kata – kata dari ketiga naskah tersebut juga sangat berbeda jauh sehingga akan sulit untuk dibandingkan. Hasil analisis dalam penelitian ini yaitu suntingan teks. Setelah melalui cara kerja filologi maka naskah inilah (Sastra Jendra Hayuningrat, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi NB 17) yang dipandang lebih baik. Naskah ini juga terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu adanya beberapa masukan yang penulis tuliskan dalam catatan kaki. Naskah SSJH yang telah diedisikan seperti dalam kajian inilah yang dipandang baik.
Dilihat dari segi isi, manusia dapat manunggal dengan Tuhan berdasarkan prinsip: tetes (keluhuran, mulia), titis (pramana, waspada), tatas (beres), putus (sempurna), lenget (halus bijaksana), layat (kegiatan hidup yang serba cepat), sambil berbakti (mangidhep, manembah) kepada Tuhan. Untuk dapat bersatunya dengan Tuhan maka manusia kemudian menjalankan eneng (menghentikan kejasmanian), ening (memenangkan rohani), dan eling (ingat kepada Tuhan). Manusia yang telah manunggal pun juga masih terdapat perbedaan dengan Tuhan, sehingga walaupun sudah mencapai manunggaling kawula Gusti tidak dapat disebutkan bahwa manusia itu adalah Tuhan. Manusia adalah tetap manusia dan Tuhan adalah tetap Tuhan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Identitas suatu bangsa ditentukan oleh kebudayaan yang membentuk dan melandasi tumbuh, hidup dan berkembangnya. Kebudayaan suatu bangsa yang berakar pada sejarah dalam kurun zaman yang cukup lama akan mudah dikenal kembali apabila bangsa tersebut mewariskan rekaman kebudayaannya secara turun–temurun dari generasi kepada generasi berikutnya. Di antara warisan budaya tersebut adalah karya tulis yang tersimpan pada bahan yang lama seperti batu, logam, kulit binatang, kulit kayu dan kertas (Siti Baroroh Baried, 1983: 1) Banyak sekali keanekaragaman budaya bangsa yang tersimpan, termasuk juga khasanah tentang pernaskahan. Peninggalan suatu kebudayaan berupa naskah memang termasuk dokumen bangsa yang paling menarik bagi para peneliti kebudayaan lama. Dalam hal warisan tertulis dari jaman kuno, Indonesia beruntung sekali, karena masih menyimpan naskah lama dalam jumlah yang cukup banyak. Tentu besar pula jumlahnya yang dapat disesalkan, karena sudah hilang juga (Haryati Soebadio, 1975: 1).
Naskah–naskah bangsa sangat banyak dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan naskah kuna dalam berbagai bahasa daerah (Haryati Soebadio, 1992, 6). Naskah–naskah Indonesia banyak sekali ragamnya. Pembagian naskah di sini dapat dilihat dari golongannya antara lain naskah yang berisi tentang sejarah, silsilah, hukum, bahasa, kesenian, piwulang serta sastra wayang. Dalam naskah kuno tentu memuat mengenai semua seluk beluk kehidupan manusia, sehingga tidak ada salahnya bila kita melestarikan naskah dengan cara mengkaji atau mengungkapkan pelajaran yang termuat dalam naskah tersebut. Dalam hal ini naskah yang akan peneliti sajikan yaitu Serat Sastra Jendra Hayuningrat (yang selanjutnya disingkat SSJH).
Menurut TE Behrent pengelompokan naskah yang berada di katalog PNRI jilid IV berdasarkan pada kolektor, dengan kode–kode tertentu seperti :
1. A (naskah–naskah berbahasa Arab)
2. AS (Artati Soedirdjo)
3. AW (Abdurrahman Wahid)
4. Br (Brandes)
5. CS (Cohen Stuart)
6. G (Pigeaud)
7. H (naskah–naskah berbahasa Belanda)
8. KBG (Koninklijk Bataviasch Genootschap van Kunstenwetenschppen)
9. Kirtya
10. LBR (Lemari Brandes)
11. M (Miscelanius)
12. ML (naskah–naskah berbahasa Melayu)
13. NB (Naskah Baru)
14. SD (naskah–naskah berbahasa Sunda)
15. VT (aneka bahasa Nusantara)
16. W (Von de Wall)
17. ZPG (Zending Protestan Genente)
18. Naskah Peti
Dari penggolongan naskah yang dilakukan oleh TE. Behrent, kedudukan SSJH berada pada bagian NB yaitu Naskah Baru. Menurut Girardet–Soetanto, pengelompokan jenis naskah sebagai berikut:
a. Kronik, Legende dan Mite;
Di dalamnya termasuk naskah–naskah : (1) babad, (2) pakem, (3) wayang purwa, (4) menak, (5) panji, (6) pustakaraja dan (7) silsilah.
b. Agama, Filsafat dan Etika;
Di dalamnya termasuk naskah–naskah yang mengandung unsur–unsur : (1) Hinduisme–Budhisme, (2) Islam, (3) mistik Jawa, (4) Kristen, (5) magic dan ramalan, (6) sastra wulang.
c. Peristiwa Karaton, hukum, peraturan – peraturan
d. Buku teks dan penuntun, kamus, ensiklopedi tentang linguistik, obat–obatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, masak–memasak dan sebagainya.
Dalam hal ini SSJH berada pada kelompok b yaitu Agama, Filsafat dan Etika. Untuk lebih mendetail lagi SSJH termasuk dalam golongan mistik Jawa. Mistik menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (Budya Pradipta) ialah suatu proses yang bertujuan memenuhi keinginan atau hasrat manusia untuk mengalami dan merasakan bersatunya emosi dengan Tuhan dan kekuatan transenden lainnya. Penganut mistik percaya bahwa di balik realitas yang nyata ada realitas yang lebih tinggi, yang merupakan kebenaran sesungguhnya. Mereka yakin bahwa Tuhan meliputi segala sesuatu di alam ini, termasuk diri manusia, sehingga orang dapat mencari kebenaran dan pengertian tentang Tuhan melalui diri sendiri. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut Budya Pradipta adalah mistik (www.wayangkom.com diakses tanggal 11 Maret 2009).
Langkah awal dalam penelitian ini yaitu melakukan inventarisasi melalui penelusuran dari berbagai katalog yang ada, yaitu :
1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet – Soetanto, 1983)
2. Katalog Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A Preliminary Descriptive Catalogus Level I and II (Nancy K. Florida, 1994)
3. Katalog Induk Naskah–Naskah Nusantara Jilid 1 Museum Sanabudaya Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990)
4. Katalog Induk Naskah–Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta
5. Katalog Induk Naskah–Naskah Nusantara Jilid 3A-B (FSUI, 1998)
6. Katalog Induk Naskah–Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Lindstay, Jennifer, 1994)
7. Daftar Naskah Perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta
8. Daftar Naskah Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta
9. Daftar Naskah Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta
10. Daftar Naskah Koleksi Yayasan Sastra Surakarta
Berikut ini adalah informasi daftar judul SSJH yang diperoleh dari katalog:
1. Sastraharjendra
Koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton Surakarta. Nomor koleksi naskah 273 ra. Naskah ini berbentuk prosa yang berisikan tentang suatu teks ilmu kebatinan yang disertai komentar Serat Bimasuci dan Sastraharjendra, mengcopy dari Darmakandha vol XVII no. 63 (Maret 1927).
2. Sastrajendra – Sastracetha Sekar Macapat
Koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton Surakarta. Nomor koleksi naskah 181 ra. Naskah ini berbentuk puisi (tembang macapat). Suatu teks kebatinan, yang berisikan pengajaran Harya Maluya kepada Mas Cabolang tentang pengetahuan jiwa, pikiran, kesusilaan, asal dan tujuan manusia, kesatuan abadi antara guru dan pelayan di dunia, bagaimana cara mencapai suatu hidup, kesempurnaan hidup makmur, hukuman Tuhan, kecemerlangan hidup, maksud/ arti rohani Jawa dan lima pikiran sehat manusia.
3. Serat Pancapranawa tuwin Sastraharjendra
Koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton Surakarta. Nomor koleksi naskah 104 ra. Naskah ini berbentuk prosa dengan tiga teks mistik yaitu Pancapranawa, berisi pengajaran Sang Hyang Girinata kepada putranya Endra dan dewa lain di Gunung Jamurdipa tentang kesempurnaan hidup; Sastraharjendra, berisi tentang kebenaran yang absolut berdasar pada perasaan bagian dalam yang diarahkan oleh jiwa; Bimasuci, berisi pengajaran Drona, Endra, Bayu dan Dewaruci ke Wrekudara tentang kesempurnaan hidup dan bagaimana cara memperolehnya.
4. Serat Warni–Warni (bendel)
Koleksi perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta dengan nomor koleksi naskah 277. Naskah ini berbentuk prosa dan memuat bermacam–macam kumpulan lima puluh buku berbagai subjects, bimbingan hidup, pengajaranagama, wayang, sejarah, dsb. SSJH terdapat dua bagian yaitu urutan ke 16 dan 17.
Leave a Reply