HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Pembahasan Lengkap Teori pengembangan desa wisata menurut Para Ahli dan Contoh Tesis pengembangan desa wisata

Gambaran Umum dari Pengembangan Desa Wisata

Desa Wisata

Pembangunan berkelanjutan (Sustaniable Development) telah menjadi agenda global dalam setiap proses pembangunan. Oleh karenanya, seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah dalam berbagai sektor pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap kebijakan maupun rencana pembangunan yang akan dilaksanakan.

 

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata dikenal dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustaniable tourism Development), yang pada intinya mengandung pengertian pembangunan pariwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan dan keterlibatan langsung dari masyarakat setempat dengan tetap menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya yang berorientasi jangka panjang. Upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan harus diarahkan agar dapat memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika. sekaligus dapat menjaga keutuhan dan atau kelestarian ekologi, keanekaragaman hayati, budaya serta sistem kehidupan. (WTO,1990)

Ada 4 Prinsip Pembangunan Pariwisata

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut pada intinya menekankan empat (4) prinsip , sebagai berikut

  1. Berwawasan lingkungan (Environmentally Feasible)

Dapat diterima secara sosial (Socially Accepable) Dapat diterapkan secara teknologi (Technologically Appropriate) Prinsip Economically Feasible, menekankan bahwa proses pembangunan harus layak secara ekonomi, dilaksanakan secara efesien untuk dapat memberikan nilai manfaat ekonomi yang berarti baik bagi pembangunan wilayah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

  1. Prinsip Environmentally Feasible, menekankan bahwa proses pembangunan harus tanggap dan memperhatikan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan (alam maupun budaya), dan seminimal mungkin menghindarkan dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekologi.
  2. Prinsip Socially Accepable, menekankan bahwa proses pembangunan harus dapat diterima secara sosial, dimana upaya-upaya pembangunan yang dilaksanakan agar memperhatikan nilai-nilai, norma-norma yang ada dilingkungan masyarakat, dan bahwa dampak pembangunan tidak boleh merusak tatanan tersebut.
  3. Prinsip Technologically Appropriate, menekankan bahwa proses pembangunan yang dilaksanakan secara teknis dapat diterapkan, efesien dan memanfaatkan sumberdaya lokal dan dapat diadopsi oleh masyarakat setempat secara mudah untuk proses pengelolaan yang berorientasi jangka panjang.

Sasaran Utama Desa Wisata

  1. Kualitas sumber daya lingkungan (alam dan budaya), dimana pembangunan pariwisata harus tetap menjaga keutuhan sumberdaya alam dan budaya yang ada, serta memperhatikan daya dukung kawasan tersebut apakah masih mampu menerima/mentolerir pembangunan pariwisata
  2. Kualitas hidup masyarakat setempat (sosial ekonomi), dimana pembangunan pariwisata harus mampu memberikan dampak positif (benefit) bagi sosial ekonomi masyarakat setempat, seperti menumbuhkan kesempatan kerja, atau bahkan menjadikannya sebagai masyarakat yang mandiri secara ekonomi.
  3. Kualitas pengalaman berwisata (wisatawan), dimana pembangunan pariwisata harus peka terhadap tingkat kepuasan wisatawan., sehingga menjadikan perjalanan wisata nya sebagai sebuah pengalaman yang berharga. Dalam hal ini, kualitas produk wisata serta interpretasinya memiliki peranan sangat penting bagi kualitas pengalaman berwisata seseorang.

Teori-teori dari gambar model teori Pengembangan Desa Wisata

Langkah-langka mengembangkan potensi desa menjadi desa wisata

  1. Identifikasi potensi desa melalui rembug bersama seluruh komponen desa dari semua kalangan. Potensi yang bisa menjadi komoditas bisa bermacam-macam dari segala aspek. Bisa keindahan alam, hasil bumi, kekayaan flora fauna/hayati, sosio kultural, masyarakat, tradisi atau hal-hal yang bersifat khas/unik yang tak dimiliki daerah lain. Pastikan potensi unggulan yang akan dijadikan komoditas utama
  2. Identifikasi permasalahan yang bisa jadi penghambat bagi pengembangan potensi wisata desa, mulai dari yang bersifat fisik, non fisik atau sosial, internal dan eksternal. Atau bisa saja permasalahan tersebut jika diolah dengan cara tertentu justru permasalahan itu bisa menjadi potensi
  3. Perlunya komitmen yang kuat dari seluruh komponen desa untuk menyamakan pendapat, persepsi dan mengangkat potensi desa guna dijadikan desa wisata. Komitmen ini yang menjadi dukungan terkuat bagi terwujudnya dan keberlangsungan desa wisata
  4. Identifikasi dampak baik dampak positif maupun negatif dari sebuah kegiatan wisata sesuai kekhasan masing-masing desa. Masing-masing desa memiliki karakteristik sendiri akan menghasilkan dampak yang juga berbeda satu sama lain terutama perubahan-perubahan sosial kultural
  5. Komitmen yang kuat dari seluruh komponen desa untuk menggandeng Pemerintah Daerah dan jika perlu menggandeng pihak swasta. Pikirkan dan identifikasi juga dampak jika bekerja sama dengan pihak swasta. Termasuk di sini untuk penganggaran guna pembangunan desa wisata dengan menggunakan seluruh sumber daya ekonomi yang ada
  6. Menyiapkan segala perangkat-perangkat aturan/regulasi norma yang lebih bertujuan untuk mengawal pengembangan desa wisata dan mengawasi potensi-potensi penyimpangan yang mungkin saja bisa terjadi. Regulasi disiapkan agar berjalannya aktivitas wisata beserta dampaknya tetap berada dalam koridor regulasi sebagai payung hukumnya
  7. Melakukan pelatihan-pelatihan bagi seluruh komponen desa, termasuk pemerintah desa tentang manajemen pariwisata, bagaimana mengelola tempat wisata, manajemen tamu/pengunjung, beserta inovasi-inovasi yang perlu dikembangkan mengingat sebagaimana sektor lainnya sektor pariwisata pun mengalami fluktuasi dan bisa mengalami “kejenuhan”
  8. Gunakan segala media untuk memperkenalkan dan mempublikasikan potensi wisata di desa baik media konvensional maupun non konvensional, seperti media internet. Internet kini menjadi sarana publikasi yang sangat efektif yang bisa menjangkau seluruh belahan bumi. Tempat wisata yang lokasinya terpencil pun bisa diketahui oleh orang di belahan dunia lain pun berkat teknologi internet
  9. Belajar pada kesuksesan desa wisata lain atau studi banding. Kita bisa belajar banyak pada keberhasilan desa wisata lain khususnya yang sejenis. Karena tipikal permasalahan dan tantangan masa depan yang bakal dihadapi kurang lebih sama. Hanya dengan manajemen profesional dan inovatif saja desa wisata akan eksis dan kompetitif dan dapat melalui ujian yang bersifat internal, eksternal maupun regional internasional

Identifikasi Potensi Desa

Setiap desa memiliki potensi untuk dijadikan komoditas wisata unggulan. Keindahan dan keunikan alam akan menjadi wisata alam. Jika desa tersebut memiliki keunikan tradisi dan budayanya bisa menjadi destinasi wisata budaya. Jika desa tersebut memiliki menu makanan dan minuman khas tradisional yang unik baik dari bahan, rasa dan penyajiannya, bisa dijadikan destinasi wisata kuliner desa. Jika desa tersebut memiliki kerajinan-kerajinan khas nan unik bisa menjadi destinasi wisata suvenir desa. Atau jika desa tersebut memiliki peninggalan-peninggalan yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi atau situs sejarah/prasejarah bisa menjadi tujuan wisata sejarah desa. Bahkan jika desa itu memiliki keunggulan hasil bumi atau hasil laut misalnya pertanian, perkebunan, perikanan dan lain-lain (contoh wisata petik apel, petik strawberry, petik tomat, cabai dan sayuran lain). Dunia wisata dalam kekinian banyak mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Apapun bisa dijadikan wisata yang mendatangkan keuntungan ekonomi bagi warga sekitar, asal jeli melihat dan memanfaatkan peluang.

Kegiatan Desa Wisata

Beberapa hal/kegiatan yang menjadikan desa tersebut sebagai desa wisata antara lain:

  1. Kerajinan menjadi Desa Wisata Berbasis Kerajinan.
  2. Seni budaya menjadi Desa Wisata Berbasis Seni Budaya.
  3. Pertanian menjadi desa Wisata Berbasis Pertanian.
  4. peninggalan wali/tokoh agama menjadi Desa Wisata Berbasis Ritual.
  5. Keindahan alam lingkungan menjadi Desa Wisata Berbasis Nuasan Alam

Selain basis-basis desa wisata tersebut, desa-desa di Indonesia memiliki keanekaragaman dan keunikan yang luar biasa. Maka diperlukan kemampuan dan pengetahuan serta kreatifitas dalam menggali potensi desa.

Contoh Tesis yang membahas tentang Pengembangan Desa Wisata

Contoh Tesis 1 : Strategi Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus: Desa Wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukkan alternatif strategi pengelolaan yang harus diprioritaskan dalam rangka pengembangan Desa Wisata Limbasari. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Hirarki Proses (AHP) untuk menganalisis alternatif-alternatif kebijakan yang diusulkan oleh keyperson melalui wawancara sebelumnya. Terdapat tiga alternatif kebijakan, yaitu: status quo, community based tourism, dan pengembangan pasar.

Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa kebijakan terbaik dalam pengelolaan Desa Wisata Limbasari adalah mengembangkan Desa Wisata Limbasari dengan melakukan pengembangan wisata berbasis masyarakat (community based tourism). Community based tourism menjadi prioritas utama dibandingkan alternatif kebijakan lainnya, dengan bobot prioritas 0,496 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima yaitu sebesar 0,02.

 

Contoh Tesis 2 : Strategi Pengembangan Desa Wisata Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Ketenger Baturraden

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Informasi mengenai penelitian didapatkan dari teknik-teknik pengumpulan data yang telah dilakukan terhadap subyek penilitian yaitu Pengelola Desa Wisata Ketenger dan tokoh masyarakat Desa Ketenger. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif-kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Ketenger

Baturraden selama November 2016 sampai Mei 2017.

Hasil penelitiannya adalah strategi pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat Desa Ketenger ada 8 strategi yaitu pengkoordinasian antara pengelola desa wisata dengan masyarakat, fasilitas pemerintah memberikan pendanaan untuk mengrelola desa wisata, mengembangkan atraksi wisata, mempromosikan Desa Wisata Ketenger, penyediaan akomondasi, analisis program kelembagaan, pengelolaan souvenir, pengadaan fasilitas umum. Sedangkan dalam perspektif ekonomi Islam, pengembangan desa wisata berfokus menuju kesejahteraan, adil, memanfaatkan lingkungan tanpa merusak lingkungan.

Contoh Tesis 3 : Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo)

Setelah dilakukan analisis teori partisipasi dari Roothman, telah dilakukan ketiga tahapan partisipasi yakni pembangunan lokalitas, perencanaan sosial serta aksi sosial. Walau dari ketiga tahap tersebut telah dilaksanakan mulai dar sosialisasi, promosi, pembentukan Kelompok Sadar Wisata, kerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Solo, namun di masa tertentu hasil yang diinginkan tidak dapat tercapai. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kemajuan pada pengembangan desa wisata Wirun. Karena pengaruh krisis ekonomi dan keadaan politik di indonesia, proses pengembangan dapat dikatakan mandeg dan cenderung mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dan hal tersebut menjadikan daerah tersebut semakin jarang dikunjungi wisatawan, dan secara langsung dapat menurunkan pendapatan masyarakat Wirun, sehingga masyarakat lebih memilih pekerjaan lain daripada pekerjaan lamanya dalam program pengembangan desa wisata. Selain itu masalah-masalah yang terungkap di atas, masalah sosialisasi masih dirasa kurang, sehingga membuat warga tidak begitu bersemangat dalam mengembangkan Desa Wirun sebagai desa wisata. Sedangkan partrisipasinya dirasa masih rendah, hal itu dikarenakan pihak yang mengusulkan pencanangan Desa Wirun sebagai desa wisata adalah pihak birokrat yakni pihak Propinsi jateng dan Kabupaten Sukoharjo, bukan dari m,asyarakat Desa Wirun sendiri.

Contoh Tesis 4 : Strategi Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus di Desa Pulesari)

Penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus di Desa Pulesari)”, bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan Desa Wisata Pulesari di Kecamatan Turi, Sleman. Dalam penelitian ini teknik pengambiln sampel menggunakan purposive sampling dan random sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT. Tahap pada dalam penelitian adalah observasi, wawancara dengan pengelola Desa Wisata Pulesari dan dilakukan penyebaran kuesioner pada 11 pengelola dan 100 pengunjung.

Hasil analisa pada penelitian ini untuk strategi SO dengan meningkatkan dan mempertahankan daya tarik wisata, meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan, mengaktifkan kembali Museum Salak sebagai daya tarik wisatawan, dan peningkatan variasi produk penunjang wisata. Sedangkan untuk strategi ST dengan menawarkan produk-produk wisata yang berkuaitas, mengembangkan atraksi-atraksi wisata yang menarik, peran Key Person menjasi penting ditingkatkan untuk mempertahankan budaya lokal, dibuat Early Warning System (EWS), dan pengembangan desa wisata tidak mengganggu ekosistem. Untuk strategi WO dengan meningkatkan kuaitas SDM, meningkatkan promosi desa wisata,meningkatkan dan mengembangkan fasilitas pendukung desa wisata, dan menambah infrastruktur pendukung wisata. Sedangkan untuk strategi WT dengan penambahan fasilitas wisata sesuai dengan aspek lingkungan, merubah pemikiran masyarakat pedesaan menjasi masyarakat pariwisata, meningkatkan promosi wisata yang menarik, dan peningkatan SDM terkait pariwisata.

 

Contoh Tesis 5 : Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Jatimulyo antara lain: 1) Bantuan modal, bantuan dari PNPM Mandiri Pariwisata; 2) Bantuan pembangunan prasarana, meliputi gardu pandang, mushola, kamar mandi, joglo, ruang aula, permainan anak, panggung teater, dan lain-lain. Namun sebagian dananya berasal dari swadaya masyarakat; 3) Bantuan pendampingan, pelatihan pemandu wisata, manajemen wisata, pembukuan tentang wisata, struktur organisasi, pengelolaan obyek wisata goa, bahasa asing, kuliner, dan manajemen pengelolaan wisata pedesaan; 4) Penguatan kelembagaan, pokdarwis dan kesekretariatan pengelola Desa Wisata Jatimulyo, RT, RW, pemerintah Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, pemerintah daerah kabupaten Kulon Progo dan Provinsi DIY dan desa wisata lain; 5) Penguatan kemitraan, antara masyarakat, pemerintah, dan swasta yakni pemerintahan Desa Jatimulyo, Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, perguruan tinggi di DIY, organisasi di bidang rescue, PLN, Indosat, dan lainnya. Faktor pendukung diantaranya adalah potensi wisata yang melimpah, semangat dan respon positif dari masyarakat, serta bantuan dari PNPM Mandiri Pariwisata. Sedangkan faktor penghambat yang muncul yakni kualitas SDM yang masih rendah dan kurang profesional, belum ada peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang desa wisata khususnya Desa Wisata Jatimulyo, dan pencatatan kepariwisataan yang belum jelas.

Contoh Tesis 6 : Pengembangan Desa Wisata Melalui Konsep Community Based Tourism

 

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan pariwisata, sehingga industri pariwisata semakin berkembang pesat di Indonesia. Pariwisata di Indonesia saat ini sudah menjadi salah satu pilar perekonomian Indonesia. Indonesia juga saat ini sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata yang semakin terkenal bukan hanya di kalangan wisatawan lokal, namun keindahan pariwisata Indonesia sudah melanglangbuana hingga masyarakat-masyarakat di berbegai Negara di dunia. Kemajuan pariwisata beriringan dengan semakin pesatnya pembangunan yang dilakukan di wilayah pariwisata tersebut untuk menunjang infrastruktur pariwisata. Namun, saat ini keberadaan pariwisata dan kemajuannya masih belum bisa memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di sekitarnya. Pada kenyatannya beberapa provinsi yang menjadi primadona pariwisata di Indonesia masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, ini bisa jadi disebabkan oleh masyarakat yang belum mampu mengelola pariwisatanya sendiri sehingga sektor pariwisata lebih banyak dikuasai oleh para investor. Community based tourism merupakan konsep pariwisata yang berbasis masyarakat, dalam CBT masyarakat di berdayakan untuk mengelola objek wisatanya sendiri. salah satu bentuk dari CBT adalah pengembangan desa wisata.

 

Contoh Tesis 7 : Model Desain Pengembangan Potensi Desa Wisata Di Kab. Bandung-Jawa Barat Berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda

 

Penelitian yang berjudul “Model Desain Pengembangan Potensi Desa Wisata di Kab. Bandung-Jawa Barat Berbasiskan Arsitektur Tradisional Sunda” ini diharapkan menjadi jembatan (penghubung) antara keinginan pemerintah serta implementasinya oleh pemda. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan arsitektur tradisional daerah di Tatar Sunda, mengungkap potensi wisata arsitektur tradisional, membuat model desain dan pola pengembangan potensi wisata arsitektur tradisional, serta mengaplikasikannya dalam rangka pengembangan potensi desa wisata berbasiskan arsitektur tradisional Sunda di Jawa Barat. Lokasi penelitian yaitu di Kab. Bandung, dengan keragaman arsitektur tradisionalnya, yaitu: Kampung Adat Cikondang, Mahmud, dan Naga. Metoda penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk mengetahui pengembangan potensi daerah wisatanya dilakukan melalui analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Penelitian ini diharapkan mampu merumuskan usulan strategi pengembangan potensi daerah wisata berdasarkan strategi kekuatan dan peluang, strategi kelemahan dan peluang, strategi kekuatan dan ancaman, serta strategi kelemahan dan ancaman. Untuk kepentingan implementasinya, dirancang satu model desain pengembangan wisata daerah yang didasarkan kepada pendekatan arsitektur lokal-tradisional. Oleh sebab itu, penelitian ini juga akan menghasilkan model desain perancangan dan penataan desa wisata di salah satu kawasan potensial dengan mengambil bentuk-bentuk bangunan khas Tradisional Sunda, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Kab. Bandung (khususnya) dan Jawa Barat (umumnya) dalam rangka mendukung Visit Indonesia Year 2012.

 

Contoh Tesis 8 : Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat Kampung Dolanan Dusun Pandes Panggungharjo Sewon Bantul

 

Citra Dusun Pandes sebagai sentra penghasil mainan tradisional kini telah memudar seiring dengan perkembangan jaman dan menurunnya minat masyarakat terhadap mainan tradisional tersebut, sebagian warga yang tergabung dalam komunitas Pojok Budaya melalui kegiatan wisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) berusaha untuk tetap melestarikan nilai-nilai tradisi yang ada di mainan tradisional ini agar tidak punah, namun faktanya pengelolaan dan pengembangannya belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan formulasi strategi pengembangan wisata yang mengedepankan masyarakat lokal dalam pengelolaannya.

Lokasi penelitian ini adalah Kampung Dolanan, Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan kuantitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara, dan kuesioner SWOT, metode analisis yang digunakan adalah analisis Strength, Weakness, Opportunities, dan Threat (SWOT).

Hasil analisis data mengindikasikan bahwa strategi pengembangan yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan adalah efisiensi dengan menekan jumlah volunteer, diversifikasi konsentrik dengan menambah produk baru untuk mendukung produk yang sudah ada, serta joint venture dengan desa wisata di sekitar Kampung Dolanan.

Contoh Tesis 9 : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa Wisata Mandiri Di Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang

 

Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian ini : 1) strategi pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata mandiri di Desa Wanurejo dilaksanakan melalui berbagai pelatihan seperti pelatihan blangkon dan pelatihan seni tari di Sanggar Avadana, strategi juga dilakukan dengan promosi yang di laksanakan melalui pagelaran rakyat atau yang dikenal dengan gelar budaya setiap tanggal 17 Mei yang juga diperingati sebagai hari jadi Desa Wanurejo, selain itu Desa Wanurejo juga menjalin kerjasama dengan pihak-pihak tertentu yang mendukung kegiatan pariwisata desa. 2) Faktor pendorong dalam pelaksanaan strategi pemberdayaan masyarakat yaitu letak Desa Wanurejo yang srategis sebagai pintu gerbang masuknya Candi Borobudur, selain itu pelaku seni yang masih mempertahankan dan mengembangkan budaya dan seni tradisional serta didukung dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan cukup tinggi. Selain itu beberapa faktor yang menghambat strategi pemberdayaan dalam desa wisata yaitu munculnya mafia pariwisata, semakin besarnya sifat egosentris yang muncul pada individu untuk memperoleh keuntungan sendiri, dan fasilitas pelaku wisata yang masih sangat terbatas.

 

Simpulan yang dapat diambil yaitu strategi pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata dilakukan melalui pelatihan, promosi dan kerjasama. Saran yang disampaikan : pemerintah, pengelola dan masyarakat lebih tanggap dan bijak dalam mengatasi permaslahan pariwisata untuk meningkatkan taraf ekonominya.

 

Contoh Tesis 10 : Model Akselerasi Pengembangan Sambi Sebagai Desa Wisata Di Yogyakarta Melalui Rintisan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Bidang Pariwisata

 

Pengembangan yang dipercepat dalam pariwisata Sambi sebagai desa wisata tela dilakukan dengan menerapkan konsep partisipasi komunitas. Keduanya dalam memberikan peran penting kepada masyarakat sebagai aktor utama dan memberdayakan mereka dalam kegiatan pengembangan pariwisata juga. Aspek keberlanjutan juga merupakan hal yang penting. Peneliti menemukan model baru pengembangan yang dipercepat dalam pariwisata tentang Pariwisata Berbasis Masyarakat pengembangan. Dari pengamatan visual dan wawancara mendalam dengan Pak Haryono sebagai pengelola Sambi desa wisata, Bapak Sutarjo sebagai koordinator kelompok kerja masyarakat dan Bapak Hariman Yudo Raharjo sebagai Ketua Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sleman, penelitian ini sampai pada pariwisata yang dipercepat secara aplikatif model pengembangan pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Sambi sebagai desa wisata yang berlaku satu.

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?