Gambaran dari Pengelolaan Konflik
Definisi Konflik
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang berkembang.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Transformasi Konflik
Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan, yaitu:
- Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras
- Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
- Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
- Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
- Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik. Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Proses Manajemen Konflik
Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan merupakan proses. Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal.
Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik perencanaan meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.
Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
Teori-teori dari gambar model teori Pengelolaan Konflik
Penyebab Konflik
Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi karena alternatif yang bersifat integrative dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam ini terjadi, maka ia akan semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan menetap.
Aspirasi dapat mengakibatkan konflik karena salah satu dari dua alasan, yaitu masing-masing pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek bernilai untuk diri mereka sendiri atau mereka percaya bahwa berhak memeiliki objek tersebut. Pertimbangan pertama bersifat realistis, sedangkan pertimbangan kedua bersifat idealis.
Faktor Manusia: Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya, Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku, dan timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
Interdependensi Tugas. Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
Perbedaan Nilai dan Persepsi. Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
Kekaburan Yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
Hambatan Komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen.
Akibat Konflik
- Dampak Negatif: Menghambat komunikasi, Mengganggu kohesi (keeratan hubungan), Mengganggu kerjasama atau “team work”, Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi. Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan. Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme. Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.
- Dampak Positif: Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis, Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi, Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat. Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan: Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka, Memberikan saluran baru untuk komunikasi, Menumbuhkan semangat baru pada staf, Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi, Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.
Strategi Mengatasi Konflik
Munculnya konflik tidak selalu bermakna negatif, artinya jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka konflik dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan sebuah organisasi.
- Beberapa strategi mengatasi konflik antara lain adalah: Contending (bertanding) yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai salah satu pihak atau pihak lain;
- Yielding (mengalah) yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari apa yang sebetulnya diinginkan;
- Problem Solving (pemecahan masalah) yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak;
- With Drawing (menarik diri) yaitu memilih meninggalkan situasi konflik baik secara fisik maupun psikologis. With drawing melibatkan pengabaian terhadap kontroversi.
- Inaction (diam) tidak melakukan apapun, dimana masing-masing pihak saling menunggu langkah berikut dari pihak lain, entah sampai kapan.
Contoh Tesis yang membahas tentang Pengelolaan Konflik
Contoh Tesis 1 : Pengelolaan Konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi
Penelitian ini mempunyai tiga tujuan. (1) Mendeskripsikan pengelolaan sumbersumber konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi. (2) Mendeskripsikan pengelolaan Jenis-jenis konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi. (3) Mendeskripsikan pengelolaan penanganan konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumen. Hasil penelitian ini ada tiga. (1) Pengeloaan sumber-sumber konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi tidak bisa dilepaskan dari peranan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sebagai mediator sekaligus motor penggerak pengelolaan konflik yang efektif dan berdampak positif bagi kemajuan sekolah. (2) Pengelolaan jenis-jenis konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi melingkupi macam-macam segi konflik terdiri dari konflik siswa, konflik guru sampai konflik karyawan. Pada dasarnya konflik yang terjadi di SMK Negeri 1 Purwodadi adalah jenis konflik yang melibatkan segi antar guru maupun guru dengan karyawan sedangkan konflik antar siswa atau yang melibatkan siswa lebih sedikit atau minim.(3) Pengelolaan Penanganan Konflik di SMK Negeri 1 Purwodadi, untuk mengatasi konflik mempunyai delapan strategi yang dilakukan kepala sekolah 1) dengan strategi manajemen SWOT yang merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu lingkup pembelajaran di sekolah; 2) Penanaman nilai TOP (tangguh optimis dan pemberani); 3) mediasi; 4) mengundang guru tamu; 5) majelis pengajian; 6) reorganisasi struktur; 7) In House Training (IHT); dan 8) penyusunan job description.
Contoh Tesis 2 : Implementasi Manajemen Konflik di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Pengalihan Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui implementasi manajemen konflik dan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Pengalihan Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Subjek penelitian ini adalah Kepala Madrasah dan para Guru Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin yang berjumlah tiga orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah implementasi manajemen konflik dan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Pengalihan Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2011. Teknik pengumpulan data ada 3 yaitu wawancara, observasi, dokumentasi. Dengan menggunakan analisis domain, dan analisis taksonomi. Selanjutnya untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi manajemen konflik di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin dapat dikatakan baik sebab : Kepala madrasah mengidentifikasi gejala konflik, memahami bagaimana mengetahui gejala konflik, memahami gejala konflik, memahami bagaimana cara mengetahui sumber-sumber konflik, mengetahui penyebab konflik, mengelompokkan sumber-sumber konflik, mengelompokkan konflik yang bersifat fungsional dan disfungsional, memahami konflik yang termasuk penting dan mendesak untuk diselesaikan, mengetahui pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian konflik , mengevaluasi untuk mengoreksi ataupun pemantapan pada langkah-langkah sebelumnya. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Pengalihan Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir adalah salah paham, perbedan pendapat dari masing-masing pihak merasa benar yang berdampak pada ketegangan antar individu, terlalu sensitif, kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi, terlalu berlebihan dalam berkomunikasi pada salah satu pihak sehingga pihak lain hanya sebagai pendengar, dan adanya friksi antar pribadi.
Contoh Tesis 3 : Manajemen Konflik Untuk Menciptakan Komunikasi Yang Efektif (Studi Kasus Di Departemen Purchasing PT. Sumi Rubber Indonesia)
Perilaku buruk yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam sebuah organisasi akan menghambat komunikasi yang terjadi antar anggotanya. Perilaku buruk yang kerap terjadi disebuah perusahaan adalah memeras, suap, menggertak, menipu, ketidakjujuran, intimidasi, pelanggaran privasi, pelecehan seksual, ancaman, pencurian, diskriminasi, pemberian informasi yang salah. Di departemen Purchasing PT. Sumi Rubber Indonesia terdapat beragam perilaku buruk yang ditemukan, diantaranya adalah agresi kejahatan, penipuan, ketidaksopanan, sabotase dan pencurian. Komunikasi berarti memberikan informasi dan mendistribusikannya kepada para anggota organisasi, jika distribusi tersebut terhambat karena adanya perilaku buruk yang dilakukan oleh seseorang atau salah satu karyawan maka komunikasi yang terjalin menjadi tidak efektif. Dalam jangka panjang komunikasi yang tidak efektif tersebut akan mengakibatkan timbulnya kesalahpahaman penafsiran sehingga menimbulkan prasangka dan akhirnya berujung pada konflik dalam internal perusahaan atau organisasi. Peran manajemen sangat dibutuhkan untuk mengatasi konflik yang terjadi karena dampak dari konflik tersebut akan berimbas pada kinerja dan efektifitas pekerjaan diperusahaan khususnya di PT. Sumi Rubber Indonesia.
Contoh Tesis 4 : Pengaruh Manajemen Konflik Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Manajemen konflik pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta (2) Kinerja karyawan pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta (3) Pengaruh manajemen konflik terhadap kinerja karyawan pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah karyawan di PT. Taspen (Persero) Cabang Yogyakarta yang diambil sebanyak 26 karyawan. Data dikumpulkan dokumentasi dan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana, koefisiensi determinan, dan analisis korelasi product moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingkat manajemen konflik pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta yaitu sebesar 82,3% pada terletak pada daerah sangat baik (SB), artinya manajemen konflik pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta sangat baik. (2) Tingkat kinerja karyawan pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta yaitu sebesar 70,9% pada terletak pada daerah baik (B), artinya kinerja karyawan pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta baik. (3) Manajemen konflik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Yogyakarta ditunjukan oleh hasil perhitungan dari analisis linier sederhana dimana Y= -0.1943+0,0661X, ini menunjukan bahwa manajemen konflik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan tingkat pengaruh 39,69%. Berdasarkan nilai t hitung sebesar dari t tabel (3,8875 > 2,064) sehingga hiotesis dapat diterima.
Contoh Tesis 5 : Strategi Pengelolaan Konflik Internal Partai Politik (Studi terhadap Pembekuan Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan)
Konflik dalam tubuh partai politik menjadi fenomena unik di era reformasi ini. Umumnya, partai gagal melakukan konsensus untuk menyelesaikan konflik. Akibatnya interaksi dalam kepentingan politik kerap menggunakan metode konflik. Konflik elite partai ini menjadi bukti tidak adanya konsesnsus bersama para elite partai. Salah satu konflik yang terjadi dalam internal partai politik adalah konflik yang terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan di Jawa Timur. Dimana Dewan Perwakilan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Timur mengeluarkan surat keputusan untuk membekukan kepengurusan partai di Kabupaten Bangkalan yang dianggap tidak berfungsi dengan maksimal dalam pemilu tahun 2009. Bahkan ada indikasi adanya “perlawanan” dari pengurus DPD Kabupaten Bangkalan dalam pemenangan pemilu tahun 2009, sehingga Dewan Perwakilan Wilayah memutuskan untuk membekukan kepengurusannya. Disisi lain, unjuk rasa ratusan kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memprotes pembekuan Dewan Pimpinan Daerah PPP Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, berakhir ricuh. Massa saling dorong dan baku pukul dengan petugas keamanan. Aksi saling dorong dan saling pukul antara demonstran dan aparat keamanan tidak terhindarkan ketika massa memaksa masuk ke Kantor DPW PPP Jatim. Petugas menghalangi demonstran karena khawatir mereka akan bertindak anarkisme.
Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik oleh Dahrendorf, yang menyatakan bahwa kebanyakan konflik yang melibatkan massa tidak terlepas dari salah satu faktor kebijakan yang dianggap diskriminasi dan menjadi motivator untuk melakukan konflik, baik itu secara langsung ataupun sebaliknya. Hal ini telah dijelaskan oleh Dahrendorf yang telah menjelaskan tentang kondisi-kondisi dimana kepentingan laten itu menjadi manifest dan kelompok semu dapat diubah menjadi kelompok-kelompok kepentingan yang bersifat konflik. Kondisi-kondisi ini diklasifikasikan sebagai, kondisi teknis, politik, dan sosial.
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskripstif melalui pendekatan kualitatif, dengan adanya penelitian tersebut dapat memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap objek peneliti, dari pelaksanaanya peneliti berhasil mengumpulkan data serta informasi yang akurat dari informan, sedangkan perspektif yang digunakan adalah bahwa data yang dikumpulkan di upayakan untuk di deskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berpikir dan pandangan subjek penulis.
Contoh Tesis 6 : Perbedaan Gaya Manajemen Konflik Berdasarkan Karakteristik Demografi Kepala Ruangan Rumah Sakit di Medan
Konflik merupakan perselisihan internal atau eksternal akibat adanya perbedaan gagasan, nilai, atau perasaan antara dua orang atau lebih yang akan terjadi secara alami di dalam organisasi. Menangani konflik secara efektif akan meningkatkan pertumbuhan personal dan sangat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gaya manajemen konflik berdasarkan karakteristik demografi kepala ruangan Rumah Sakit di Medan dengan menggunakan desain komparatif. Sampel penelitian berjumlah 54 orang kepala ruangan di Rumah Sakit. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik demografi dan gaya manajemen konflik. Perbedaan gaya manajemen konflik obliging, avoiding dan dominating diuji dengan menggunakan uji one way ANOVA dan uji t tidak berpasangan, sedangkan untuk menguji perbedaan gaya manajemen konflik integrating dan compromising dilakukan uji Kruskal-Wallis dan Mann Whitney. Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik demografi kepala ruangan Rumah Sakit di Medan mayoritas berumur 41-50 tahun (64,8 %), berjenis kelamin perempuan (94,4 %), mayoritas memiliki masa kerja ? 16 tahun (77,8 %), dan mayoritas berpendidikan Sarjana (69,8 %). Pada rentang rerata 1,00-5,00 maka ditemukan bahwa gaya manjemen konflik yang digunakan oleh kepala ruangan secara berurutan rerata paling tinggi sampai paling rendah adalah integrating (mean 4,42), compromising (mean 4,37), obliging (mean 3,36), avoiding (mean 2,78), dan dominating (mean 2,44). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan (p<0,05) gaya obliging berdasarkan jenis kelamin kepala ruangan Rumah Sakit di Medan. Akan tetapi tidak ada perbedaan secara signifikan gaya integrating, dominating, avoiding, dan compromising berdasarkan umur, masa kerja, dan tingkat pendidikan. Disarankan kepada kepala ruangan agar secara terus-menerus mempelajari gaya manajemen konflik, sehingga dapat menerapkannya pada situasi yang tepat selama menjalankan tugas dan perannya sebagai kepala ruangan.
Contoh Tesis 7 : Strategi Kepala Sekolah dalam Manajemen Konflik di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 10 Palembang
Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa strategi kepala sekolah dalam manajemen konflik merupakan langkah dalam peningkatan manajemen sekolah, yang mana salah satu komponen terpenting yang harus diperhatikan dalam lingkungan sekolah adalah manajemen konflik, konflik dalam lingkungan sekolah terdiri dari konflik dalam diri individu, konflik antar individu, konflik antar individu dengan kelompok, konflik antar kelompok, dan konflik antar organisasi. Oleh karena itu kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat berat yaitu memanajemen konflik, sehingga kepala sekolah harus menyusun strategi dalam mengatasi konflik, dengan terkelolanya konflik dengan baik akan berdampak positif dalam kelangsungan proses pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan. Adapun masalah yang diteliti penulis yaitu: apa saja penyebab konflik di SMP Muahmmadiyah 10 Palembang?, bagaimana strategi kepala sekolah dalam manajemen konflik di SMP Muhammadiyah 10 Palembang?, dan faktor apa saja yang mempengaruhi strategi kepala sekolah dalam manangani konflik di SMP Muhammadiyah 10 Palembang?, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab konflik di SMP Muhammadiyah 10 Palembang, mengetahui strategi kepala sekolah dalam manajemen konflik di SMP Muhammadiyah 10 palembang, dan faktor apa saja yang mempengaruhi strategi kepala sekolah dalam manajemen konflik di SMP Muhammadiyah 10 Palembang, adapun informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa SMP Muhammadiyah 10 palembang. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan untuk analisa dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif. Hasil penelitian ini adalah : pertama, penyebab konflik di SMP Muhammadiyah 10 Palembang yaitu, adanya komunikasi yang tidak efektif, struktur oragnisasi dimana ada salah satu guru yang merangkap jabatan, faktor individual/ personal, serta kondisi emosi. Kedua, strategi kepala sekolah dalam manajemen konflik yaitu, menggunakan strategi sama-sama merugi, kalah menang, dan strategi menang-menang atau win-win solution. Ketiga, faktor yang mempengaruhi strategi kepala sekolah dalam manajemen konflik yaitu, faktor kepribadian individu yang terlibat konflik, faktor situasional, faktor interaksi, dan isu konflik.
Contoh Tesis 8 : Pengaruh Komunikasi Dan Manajemen Konflik Terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus Guru SDN Kecamatan Galang Kota Batam
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau terdapat gejala-gejala yang dialami guru-guru dan pegawai dalam berkomunikasi dengan kepala sekolah khususnya pada sekolah dasar negeri,diantaranya kurang jelasnya isi pesan yang disampaikan kepala sekolah, kurang adanya umpan balik terhadap kesalahan pesan yang disampaikan, kurang diperhatikannya kesiapan dalam menerima pesan baik lisan maupun tulisan dan tiadanya umpan balik agar pesan lebih bermakna dalam pelaksanaan proses pendidikan. Kepala sekolah SDN di Kecamatan Galang Kota Batam juga terlihat kurang memahami bahwa konflik adakalanya positif tidak selalu negatif, kepala sekolah dalam melihat konflik yang terjadi kurang menggunakan pendekatan pendekatan semestinya sedangkan sumber konfliknya jelas kelihatan, akibat kurang kepedulian ini dapat dibayangkan keharmonisan hubungan antara anggota sekolah akan terganggu dan aktivitas pembelajaran dan kinerja guru kurang sesuai seperti yang diharapkan. manajemen konflik dan kinerja merupakan suatu kajian. Administrasi Pendidikan , karena komunikasi pimpinan, manajemen konflik dan kinerja merupakan salah satu topik dalam Perilaku Organisasi, sedang perilaku organisasi merupakan salah satu bahasan pokok dalam Administrasi Pendidikan tepatnya dalam kajian Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu,bahasan mengenai komunikasi kepala sekolah dan manajemen konflik dan kinerja guru tercakup dalam bahasan Administrasi Pendidikan.
Komunikasi kepala sekolah berdasarkan perolehan skor maksimal 70,4% berada pada kategori cukup baik dan memberi kontribusi positif dan berarti terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Galang Kota Batam sebesar 18,1 %, Gay a manajemen konflik kepala sekolah berdasarkan skor maksimal 58,9% berada pada kategori rendah dan memberi kontribusi positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Galang Kota Batam sebesar 13,1%, Kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Galang Kota Batam berdasarkan skor maksimal 78,9%, berdasarkan kategori yang telah ditetapkan adalah cukup baik, Komunikasi kepala sekolah memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap gaya manajemen konflik kepala sekolah Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Galang Kota Batam sebesar 8,3%, Komunikasi kepala sekolah dan gaya manajemen konflik secara bersama-sama memberi kontribusi positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Galang Kota Batam sebesar 24,4%.
Contoh Tesis 9 : Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik (Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga)
Organisasi PAVESA adalah sebah wadah untuk berkumpulnya para pecinta vespa dalam menjalin kebersamaan satu sama lain yang tercipta karena kecintaan anggotanya kepada vespa itu sendiri . PAVESA berdiri pada tanggal 27 Juli 1997 Pada tahun 2003 organisasi ini mengalami sebuah dinamika. Bentuk dinamika tersebut adalah konflik internal antar anggota organisasi. Penelitian ini membahas pola komunikasi organisasi PAVESA dalam mengelola konflik khususnya pada tahun 2003. Penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi Dalam Menangani Konflik (Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga) ini bertujuan untuk menggambarkan pola komunikasi organisasi PAVESA dalam mengelola konflik. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebelum terjadi konflik pola komunikasi organisasi yang digunakan oleh PAVESA adalah pola komunikasi roda karena ketua berperan besar dalam organisasi dan penyebab konflik dalam organisasi PAVESA adalah organisasi PAVESA berafiliasi dengan salah satu partai politik dan perbedaan persepsi anggota tentang aturan boleh atau tidak meminum minuman keras. Kemudian pola komunikasi yang digunakan dalam proses manajemen konflik antar anggota PAVESA adalah pola komunikasi roda dan pola komunikasi bintang.
Contoh Tesis 10 : Pengaruh Konflik Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PP. Lonsum (London Sumatera) Tbk. Balombissie Division Estate Kabupaten Bulukumba
Adanya konflik antara atasan dan bawahan (konflik interpersonal) dan konflik antara perusahaan dengan organisasi masyarakat (konflik interorganisasi) pada PT. Lonsum berakibat adanya penurunan kinerja karyawan berdasarkan pada produksi karet dalam kurun waktu 5 tahu terahir (2010-2015) mengalami penurunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konflik interpersonal dan konflik interorganisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. PP. LONSUM (London Sumatera) Tbk Balombissie Estate Division Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini tergolong kuantitatif.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan hipotesis uji-t, uji –f koefisien determinasi, pada variabel yang diteliti. Konflik interpersonal dan konflik interorganisasi secara simultan signifikan berpengaruh terhadap kinerja dan yang dominan berpengaruh adalah konflik interpersonal dengan kontribusi 1,247. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik interpersonal dan konflik interorganisasi signifikan berpegaruh secara parsial terhadap kinerja.hasil determinasi (R2) menggunakan nilai adjusted r square dengan nilai 0,518, artinya konflik iterpersonal dan konflik interorganisasi memberikan pengaruh sebesar 51,8% terhadap kinerja dan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Leave a Reply