Gambaran Pengembangan Desa Wisata
Definisi Pengembangan Desa Wisata
Pengembangan desa wisata merupakan sebuah perubahan terencana yang di dalamnya membutuhkan partisipasi masyarakat lokal secara holistik. Penelitian ini bertujuan mengkaji keterlibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat lokal.
Pembangunan berbasis masyarakat (community based tourism-CBT) merupakan model pembangunan yang memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata.
Faktor-faktor Pengembangan Desa Wisata
- Faktor pendorong pengembangan Desa Wisata Nganggring dikategorikan menjadi dua yaitu faktor internal (berupa kesadaran dan kemauan masyarakat, banyaknya potensi yang ada baik potensi ekonomi maupun potensi lingkungan, serta terdapat banyak atraksi wisata), faktor eksternal (berupa dukungan dan bantuan dari Pemerintah Desa, Kabuapaten serta Provinsi);
- Faktor penghambat pengembangan Desa Wisata Nganggring berupa keterbatasan SDM serta adanya konflik kepentingan antara anggota masyarakat serta pengurus desa wisata yang menghambat pelaksanaan program-program desa wisata.
Langkah-langkah Pengembangan Desa Wisata
Petakan wilayah dengan mengidentifikasi potensi alam, sosial, budaya yang ada di desa serta dengan mengatur peruntukan wilayah desa dengan membagi wilayah menjadi Utama, Madya dan Nista
Menata wajah desa dengan memperbaiki fasilitas umum, pemukiman, Pura, kuburan serta yang lebih penting membaskan wilayah kita dari sampah terutama plastik.
Siapkan Sumber Daya Manusia, Kelembagaan, dan Jaringan
- Buat aturan main pengelolaan Desa Wisata
- Bentuk Badan Pengelola
- Rancang program kerja (pendek, menengah dan panjang)
- Kembangkan jaringan dan kerja sama
Aplikasi Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Informasi Penanggulangan Kemiskinan adalah aplikasi sistem informasi data kemiskinan dan proses kependudukan yang terpadu dan terintegrasi, yang dikembangkan dengan teknologi berbasis web (client server) untuk mendukung program penanggulangan kemiskinan sehingga menjadi lebih cepat, mudah efisien, dan tepat sasaran.
Dengan penerapan teknologi informasi seperti sistem informasi penanggulangan kemiskinan ini, pemerintah daerah akan lebih mudah dalam menentukan arah kebijakan berkaitan dengan usaha – usaha pengentasan kemiskinan. Data yang akurat dan terstruktur, menjadikan pemerintah daerah bisa mengambil kebijakan yang tepat sasaran yang pada akhirnya nanti menurunkan angka kemiskinan.
Contoh Tesis Pengembangan Desa Wisata
Contoh Tesis 1 : Evaluasi Pogram Pengentasan Kemiskinan Menggunakan Metode Rappoverty
Meskipun berbagai metode untuk menilai kinerja program pengentasan kemiskinan telah diterapkan, namun sebagian besar penilaian yang ada umumnya bersifat kualitatif, mendasarkan penilaian pada kriteria tunggal, dan berfokus pada program tertentu atau di daerah tertentu saja. Mengingat program pengentasan kemiskinan meliputi banyak dimensi dan kriteria guna menghadapi kemiskinan yang multidimensional, maka menggunakan penilaian tunggal akan menghambat efektivitas evaluasi program itu sendiri. Penelitian ini mengusulkan pendekatan baru dalam mengevaluasi program pengentasan kemiskinan dengan menggunakan teknik Rappovertyberdasarkan skala multi-dimensi (MDS) dan teknik utilitas multi atribut (MAUT). Pendekatan ini tidak hanya berkaitan dengan aspek multidimensi kriteria pengentasan kemiskinan, tetapi juga menetapkan faktor pengungkit program pengentasan kemiskinan. Kriteria dan data untuk analisis diperoleh melalui metode world cafe, wawancara dengan pemerhati kemiskinan, pengelola, dan penerima program, serta observasi terhadap data-data kemiskinan dan sumber-sumber lain. Temuan penelitian menunjukkan bahwa faktor perbedaan antarprogram, ketepatan program dengan kebutuhan masyarakat sasaran, keakuratan data calon penerima program, biaya manajemen, mekanisme penentuan target, kepraktisan organisasi, koordinasi antarlembaga, keberadaan lembaga-lembaga publik serta jumlah penerima manfaat program adalah faktor-faktor yang berperan sebagai pengungkit status keberlanjutan program pengentasan kemiskinan. Artinya jika di antara salah satu faktor-faktor ini dihilangkan maka akan berdampak pada status keberlanjutan program. Penelitian ini juga menunjukkan hasil evaluasi terhadap status keberlanjutan program pengentasan kemiskinan dan menyatakan bahwa program-program berbasis zakat adalah program dengan status keberlanjutan terbaik.
Contoh Tesis 2 : Peran Dinas sosial Kabupaten Bone dalam Menanggulangi kemiskinan(Perspektif Undang-Undang nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial)
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui peran Dinas Sosial Kabupaten Bone dalam menanggulangi kemiskinan Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; (2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Dinas Sosial Kabupaten Bone dalam menanggulangi kemiskinan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan yuridis empiris yang menggunakan sumber data primer dan sumber data skunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tersier. Adapun teknik pengumpulan data yakni dengan cara melakukan wawancara dan melakukan studi dokumen kepustakaan yang erat kaitannya dengan objek yang diteliti, kemudian dianalisis dengan cara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Sosial Kabupaten Bone telah melaksanakan perannya dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bone berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial namun belum optimal, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka kemiskinan di Kabupaten Bone setiap tahunnya.Adapun kendala yang dihadapi oleh Dinas Sosial Kabupaten Bone dalam menanggulangi kemiskinan yakni kurangnya anggaran daru pemerintah, kurangnya sumber daya manusia dan tingginya angka kemiskinan.
Contoh Tesis 3 : PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DI DESA WISATA LINGGARJATIKUNINGAN, JAWA BARAT
Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat akan cenderung memarginalkan masyarakat itu sendiri. Namun pada kenyataannya sering terjadi pengabaian partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat masih menjadi objek dari pelaksanaan pembangunan.Pengembangan desa wisata merupakan sebuah perubahan terencana yang di dalamnya membutuhkan partisipasi masyarakat lokal secara holistik. Penelitian ini bertujuan mengkaji keterlibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat lokal. Pengembangan desa Linggarjati Kabupaten Kuningan, Jawa Barat menjadi desa wisata belum melibatkan partisipasi masyarakat. Tantangan dalam proses pengembangan desa wisata di Linggarjati adalah dominasi pemerintah dalam keseluruhan proses. sehingga masyarakat tidak memiliki kesempatan dan kemauan untuk berpartisipasi penuh. Padahal bila mengacu pada pendekatan tata kelola pemerintah yang bersih dan berkelanjutan peran pemerintah diharapkan menjadi fasilitator dengan memberikan peran dan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat lokal. Diperlukan kemauan politik pemerintah untuk mengurangi perannya dalam pengembangan desa wisata dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi.
Contoh Tesis 4 : STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA (Studi Kasus: Desa Wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga)
Desa Wisata Limbasari merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Purbalingga yang memiliki beragam potensi wisata baik potensi wisata alam dan budaya yang layak untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata yang menarik dan potensial di masa yang akan datang. Perkembangan Desa Wisata Limbasari dapat dikatakan belum dikelola secara optimal karena masih lemahnya pengelolaan sehingga perkembangan Desa Wisata Limbasari lambat. Hal ini ditunjukan dengan sedikitnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Limbasari pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan dua desa wisata lain yang dikembangkan secara bersamaan pada tahun 2013. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pengelolaan yang tepat dengan melibatkan para stakeholder yang ada guna mengembangkan kawasan Desa Wisata Limbasari menjadi salah satu alternatif pilihan wisata bagi wisatawan
Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa kebijakan terbaik dalam pengelolaan Desa Wisata Limbasari adalah mengembangkan Desa Wisata Limbasari dengan melakukan pengembangan wisata berbasis masyarakat (community based tourism). Community based tourism menjadi prioritas utama dibandingkan alternatif kebijakan lainnya, dengan bobot prioritas 0,496 dan indeks inkonsi tensi keseluruhan yang dapat diterima yaitu sebesar 0,02.
Contoh Tesis 5 : ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA MELALUI KEARIFAN LOKAL GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi di Desa Kunjir Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan)
Desa wisata menjadi salah satu bentuk penerapan pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan. Melalui desa wisata, pariwisata membuktikan keberpihakannya kepada semangat pro job, pro growth, dan pro poor. Artinya, pariwisata sebagai penyerap tenaga kerja pedesaan, sebagai generator pertumbuhan ekonomi wilayah, dan sebagai alat pengentasan kemiskinan.
Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Konsep pengembangan desa wisata Kunjir menggambungkan konsep wisata alam, wisata budaya masyarakat setempat dan wisata hasil buatan masyarakat berupa kuliner dan lainnya. Dalam pengembangan Desa wisata kunjir nilai-nilai kearifan lokal merupakan modal utama dalam membangun kreatifitas manusia yang memiliki nilai ekonomi dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat tanpa merusak tatanan social dan lingkungan alam sekitarnya. Ada beberapa faktor yang mendukung Desa Kunjir menjadi Desa wisata kunjir yaitu memiliki potensi yang beragam serta kearifan lokal yang khas seperti wisata alam, kerajinan, budaya, dan kuliner. Akan tetapi pengelolaan potensi wisatanya belum maksimal sehingga kurang menarik wisatawan untuk berkunjung dan pemerintah kurang mendukung dalam pengembangan desa wisata kunjir tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan perbaikan dalam penataan kawasan dan pengembangan kegiatan wisata. Adapun dalam upaya kegiatan pengembangan desa wisata kunjir tidak keluar dari jalur syariat islam karna mayoritas masyarakat desa kunjir beragama islam dan kegiatan tersebut diisi dengan dzikir dan makan bersama.
Contoh Tesis 6 : ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KABUPATEN SLEMAN
Hasil penelitian ini menunjukan adanya faktor pendukung dan penghambat dari masing-masing desa wisata tersebut dari faktor pendukungnya adalah dapat menikmati keindahan alamnya, atraksi budayanya yang sangat menarik, keramahan masyarakatnya, kondisi keamanannya yang sudah baik, dan yang pasti aksesibilitasnya yang dapat dicapai dengan kendaraan pribadi sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya promosi obyek wisata tersebut sehingga tidak semua wisatawan mengetahui keberadaan tempat tersebut dan kurangnya komunikasi anatara pengelola dengan dinas terkait. Hasil analisis SWOT untuk arah pengembangan desa wisata tersebut adalah dengan cara berkoordinasi atau bekerja sama dengan dinas terkait yaitu Dinas Kepariwisataan untuk segera membenahi segala kekurangan yang ada dan memanfaatkan teknologi yang berkembang untuk dapat mempromosikan desa wisata yang terdapat di Kabupaten Sleman.
Contoh Tesis 7 : KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BLIMBING KABUPATEN BONDOWOSO
Sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan pemerataan kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat utamanya masyarakat di kawasan perdesaan yang seringkali tertinggal pesatnya laju pembangunan. Kabupaten Bondowoso yang berada dalam status daerah tertinggal memiliki berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata untuk dinikmati oleh wisatawan. Kebudayaan menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Kabupaten Bondowoso. Desa Blimbing sebagai tempat lahirnya salah satu kebudayaan asli Bondowoso telah ditetapkan menjadi sebuah desa wisata sekaligus sebagai kawasan pariwisata budaya. Hingga saat ini, perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat tergolong lambat sehingga manfaat yang dihasilkan belum benar-benar dirasakan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan yang telah dilakukan oleh stakeholders serta melihat sejauh mana perkembangan yang telah terjadi untuk selanjutnya menghasilkan sebuah kajian terkait pengembangan Desa Blimbing sebagai Desa Wisata. Data yang diperoleh berasal dari hasil wawancara, observasi menggunakan daftar periksa serta studi dokumen yang diperoleh dari sumber-sumber yang turut berpengaruh dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata. Berbagai kekurangan dalam pengembangan seperti perencanaan, keterlibatan masyarakat serta infrastruktur yang kurang memadai menjadi penyebab lambatnya perkembangan Desa Blimbing dan hal tersebut harus segera dibenahi agar manfaat dari pembangunan sektor pariwisata di Desa Blimbing dapat segera dirasakan oleh masyarakat.
Contoh Tesis 8 : PENGELOLAAN DESA WISATA OLEH PEMUDA DI DESA WISATA KEMBANG MADU KELURAHAN KEDU KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) pengelolaan di Desa Wisata Kembang Madu dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pengorganisasian, tahap penggerakan, dan tahap pengawasan; 2) output dari peran pemuda dalam pengelolaan Desa Wisata Kembang Madu adalah meingkatnya keterampilan dan kemandirian pemuda; 3) faktor yang mendukung yaitu dukungan dari pemerintah; tingginya tingkat partisipasi pemuda dan masyarakat; semangat dari pengelola Desa Wisata Kembang Madu; sikap gotong royong dan kerjasama anatara masyarakat, pemuda; dan pengelola Desa Wisata Kembang Madu; dan potensi alam yang mendukung. Faktor penghambatnya yaitu kurangnya akomodasi dari dinas pariwisata; kurangnya lahan parkir untuk kunjungan wisata di Desa Wisata Kembang Madu; ketersediaan fasilitas yang terbatas.
Contoh Tesis 9 ; PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA (Studi di Desa Wisata Jembangan, Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen)
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan Desa wisata Jembangan ialah dengan memanfaatkan adanya sumber daya alam yaitu keindahan alamnya dengan menjadikan potensi wilayahnya menjadi sebuah obyek wisata. Sehingga masyarakat Desa Jembangan muncul partisipasi terhadap pengembangan Desa wisata yaitu masyarakat turut berpartisipasi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk pengembangan Desa wisata seperti bergotong royong, meramaikan dengan berdagang, membantu kebersihan, menjadi pekerja, menjaga keamanan; 2) Faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan Desa wisata ialah dilatarbelakangi oleh rasa solidaritas karena memang mempunyai tujuan yang sama yaitu “Mewujudkan Desa yang Agamis, Moderen, Berkepribadian, Makmur dan Sejahtera.” Sesuai dengan Visi Desa Jembangan. Masyarakat Desa wisata Jembangan ini ternyata melakukan usaha-usaha pendekatan yang persuasif yang dilakukan secara sungguh-sungguh, tulus dan sabar akan dapat menimbulkan kemauan, keberanian, minat dan semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Contoh Tesis 10 ; Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat Kampung Dolanan Dusun Pandes Panggungharjo Sewon Bantul
Citra Dusun Pandes sebagai sentra penghasil mainan tradisional kini telah memudar seiring dengan perkembangan jaman dan menurunnya minat masyarakat terhadap mainan tradisional tersebut, sebagian warga yang tergabung dalam komunitas Pojok Budaya melalui kegiatan wisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) berusaha untuk tetap melestarikan nilai-nilai tradisi yang ada di mainan tradisional ini agar tidak punah, namun faktanya pengelolaan dan pengembangannya belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan formulasi strategi pengembangan wisata yang mengedepankan masyarakat local dalam pengelolaannya.
Lokasi penelitian ini adalah Kampung Dolanan, Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan kuantitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara, dan kuesioner SWOT, metode analisis yang digunakan adalah analisis Strength, Weakness, Opportunities, dan Threat (SWOT).
Hasil analisis data mengindikasikan bahwa strategi pengembangan yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan adalah efisiensi dengan menekan jumlah volunteer, diversifikasi konsentrik dengan menambah produk baru untuk mendukung produk yang sudah ada, serta joint venture dengan desa wisata di sekitar Kampung Dolanan.
Leave a Reply