Sejarah Metode Pembelajaran Talking Stick
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Pengertian Metode Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah Model Talking Stick
- Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
- Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
- Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
- Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
- Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
- Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
- Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
- Guru memberikan kesimpulan.
- Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
- Guru menutup pembelajaran.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Praktek Pembelajaran
Menurut Sri Widayati metode pembelajaran talking stick mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
Kelebihan
- Dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa tidak tegang dan bisa belajar dengan baik, sehingga siswa merasa termotivasi dan senang untuk dapat mengikuti pelajaran serta dapat menguasai materi pelajaran.
- Dapat sekali dayung dua pelajaran yaitu pelajaran beryanyi dan mapel yang dipakai.
- Siswa menjadi termotivasi untuk kreatif dalam berbagai macam lagu.
Kekurangan
- Model pembelajaran ini tidak efektif jika siswa tidak bisa bernyanyi.
- Pemberian sanksi yang kurang pas akan menghambat proses pembelajaran.
- Membutuhkan waktu yang agak lama.
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa metode talking stick sedikit banyak membuat siswa untuk selalu siap dalam mengikuti pembelajaran. Sebab semua mempunyai kesempatan untuk ditunjuk dan menjawab pertanyaan.
Selain itu, kegiatan estafet sambil bernyanyi membuat siswa merasa gembira dan tidak tegang selama menunggu giliran menjawab pertanyaan. Saya pribadi berpendapat bahwa metode ini cocok digunakan untuk penguatan materi, sehingga siswa tidak bosan dengan materi yang diajarkan.
Leave a Reply