Judul : Perbandingan Efek Rangsang Elektroakupunktur antara Frekuensi 4 Hz dan 100 Hz Untuk Terapi Nyeri Osteoarthritis Lutut Di Poli Akupunktur RSO Prof. Dr R Soeharso
ABSTRAK
Osteoarthritis merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kondisi ketidakmampuan beraktifitas dan lutut merupakan sendi yang sering terkena. Nyeri merupakan keluhan yang paling dominan dan merupakan penilaian utama dalam pengobatan osteoarthritis. Akupunktur adalah pilihan pengurang atau penghilang nyeri tanpa efek samping dan biasa dilakukan dengan stimulasi elektrik (elektroakupunktur) dengan frekuensi yang berbeda, diantaranya adalah frekuensi 4 Hz dan juga 100 Hz yang merangsang pelepasan neurotransmiter penghambat nyeri yang berbeda pula. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek rangsang elektroakupunktur antara frekuensi 4 Hz dan 100 Hz untuk terapi nyeri osteoarthritis lutut di Poli Akupunktur RSO Prof. Dr R. Soeharso.
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis. Populasi penelitian adalah pasien osteoarthritis lutut di Poli Akupunktur RSO Prof. Dr R. Soeharso. Data penelitian ini dianalisa dengan uji nonparametrik Mann-Whitney untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, menggunakan 19 sampel yang terbagi menjadi dua kelompok, 10 pasien mendapat rangsang elektroakupunktur frekuensi 4 Hz dan 9 pasien rangsang elektroakupunktur frekuensi 100 Hz masing-masing menjalani 3 kali kunjungan. Dilakukan pengukuran nyeri dengan VAS setiap sebelum dan sesudah perlakuan Simpulan dari penelitian ini adalah tidak didapatkan perbedaan efek antara rangsang elektroakupunktur frekuensi 4 Hz dan elektroakupunktur frekuensi 100 Hz untuk terapi nyeri osteoarthritis lutut di Poli Akupunktur RSO Prof. Dr R. Soeharso.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan Masyarakat
- Daftar Contoh Tesis Keperawatan
- Daftar Contoh Tesis Kedokteran
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Contoh Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoarthritis, juga disebut penyakit sendi degeneratif, merupakan salah satu penyebab kondisi ketidakmampuan beraktifitas dan merupakan penyakit sendi yang paling umum di negara berkembang (Rosenberg ,2005). Berdasarkan survey dari The US National Health and Nutrition Examination, menunjukkan bahwa prevalensi osteoarthritis lutut jarang terjadi (0,1%) pada usia 25-34, dan meningkat hingga 30% saaat mencapai usia 75 tahun, dan pada wanita angka kejadiannya dua kali lipat daripada pria (Scott, 2006).
Masalah osteoarthritis di Indonesia tampaknya lebih besar dibandingkan negara barat kalau melihat tingginya prevalensi penyakit osteoarthritis di Malang, dimana prevalensi pada usia 49-60 mencapai 21,7%. Lebih dari 85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktifitasnya (Adnan,2006; Nasution dan Sumariyono,2007), sedangkan prevalensi osteoarthritis lutut berdasarkan studi di Jawa Tengah cukup tinggi , yaitu mencapai 15,5% pada pria ,dan 12,7 % pada pada wanita (Sujatno,2007). Sendi lutut merupakan sendi penopang berat badan yang sering terkena (Hartono,2000). Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien osteoarthritis ke dokter, meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya (Scott,2006;Soeroso et al.,2007). Sebagai keluhan yang paling dominan dalam osteoarthritis dan belum adanya Nterapi yang dapat mengobati penyakit ini, maka terapi nyeri adalah penilaian utama dalam pengobatan osteoarthritis (Scott,2006).
Terapi penanggulangan nyeri pada osteoarthritis ini salah satunya dapat dilakukan dengan upaya non-farmakologis. Salah satunya adalah akupunktur sebagai pilihan pengurang atau penghilang nyeri tanpa efek samping dan pengurangan penggunaan narkotika sebanyak 80%, walaupun pemberian induksi akupunktur membutuhkan waktu yang cukup lama (NCAAM, 2004). Telah banyak penelitian yang membuktikan tentang efektifitas akupunktur dalam terapi nyeri pada osteoarthritis ( Vas et al.,2004 ; Witt et al., 2005). Efek analgesi dari metode akupunktur ini telah diakui oleh WHO dan mendapat lisensi oleh FDA tahun 1996 (NCAAM, 2004).
Stimulasi elektrik atau elektroakupunktur merupakan metode yang lebih disukai dalam memberikan rangsang akupunktur (Miles, 2004). Frekuensi yang dapat digunakan adalah frekuensi rendah (<10 Hz) maupun tinggi (100 Hz dan 200Hz). Perbedaan frekuensi yang digunakan dapat mempengaruhi pelepasan jenis neurotransmiter ( Sudirman , 2008) , dimana pada frekuensi rendah yang dilepaskan adalah endorfin dan methionin enkefalin sedangkan pada frekuensi tinggi yang dilepaskan adalah dinorfin ( Ulett dan Han, 2002 ).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang perbandingan efek rangsang elektroakupunktur antara frekuensi 4 Hz dan 100 Hz untuk terapi nyeri osteoarthritis lutut di Poli Akupunktur RSO Prof. Dr. R. Soeharso .
Leave a Reply