Perbandingan Efektivitas Analgesi Antara Akupuntur dan Fentanil Pada Nyeri Pasca Bedah Fraktur Tungkai Bawah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di sebagian besar negara di dunia mengalami epidemi trauma, tetapi peningkatan jumlah tertinggi terjadi di negara berkembang. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang menyebabkan laju jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat. Diantara korban-korban tersebut didapatkan korban dengan fraktur tungkai bawah yang harus menjalani penanganan dengan pembedahan, dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri pasca bedah (PTC, 2004). Nyeri pasca bedah adalah sebuah bentuk nyeri akut oleh karena trauma operatif dengan reaksi inflamasi dan inisisasi dari neuron aferen. Dan nyeri pasca pembedahan akhir–akhir ini mendapat perhatian khusus dari dokter spesialis anestesi (Dahl and Kehlet, 2006).
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan Masyarakat
- Daftar Contoh Tesis Keperawatan
- Daftar Contoh Tesis Kedokteran
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Contoh Skripsi
Nyeri ini pada dasarnya adalah reaksi fisiologis karena merupakan reaksi protektif tubuh sebagai mekanisme untuk menghindari stimulus yang membahayakan tubuh (Wirjoadmodjo, 2000). Tetapi apabila nyeri tetap berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan patofisiologis yang justru dapat merugikan tubuh. Sebagai contoh, nyeri ketika pembedahan masih sering dirasakan pada masa pasca bedah. Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan perasaan menderita, tetapi juga reaksi stress (Aalund, 2004) yaitu merupakan rangkaian reaksi fisik maupun biologis yang dapat menghambat proses penyembuhan (Wirjoadmodjo, 2000).
Oleh karena itu analgesi yang efektiv sangat dibutuhkan pasien pasca pembedahan supaya efek yang merugikan bisa diminimalisir (Rahmatsyah, 2008).Nyeri patologis atau nyeri klinik ini memerlukan terapi intensif (Wirjoadmodjo, 2000), tetapi penanggulangan nyeri akut pasca operasi masih tetap belum optimal, sekitar 80% penderita mengeluhkan masih merasakan nyeri sedang sampai berat pasca operasi dan disertai hiperalgesia (Aznan, 2004). Terapi intensif penanggulangan nyeri pasca bedah ini dapat dilakukan dengan upaya analgesia :
a. Pemberian obat anti nyeri ( Farmakologi )
Obat anti nyeri yang digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu berasal dari golongan opioid dan non opioid (Muhardi, 1989). Dan obat anti nyeri yang biasanya digunakan dalam mengurangi nyeri pasca bedah yaitu fentanil, ketamin, morfin, dll. Fentanil adalah sebuah analgesik opioid yang potensial umtuk mengurangi nyeri pasca bedah. Nama kimianya adalah N-Phenyl-N-(1-2 phenylethyl-4- piperydyl) propanamide. Fentanil mempunyai besar potensi 80 kali lebih kuat daripada morfin dan mula kerjanya cepat, tetapi efek samping seperti depresi pernapasan, bronkospasme masih didapatkan (Medicine and Linux, 2007 ; Tjay dan Raharjo, 2002).
b. Pemberian terapi non-farmakologis
Telah dikembangkan teknik non-farmakologis dalam pencegahan nyeri pasca bedah. Salah satunya adalah akupunktur sebagai pilihan pengurang atau penghilang nyeri tanpa efek samping dan pengurangan penggunaan narkotika sebanyak 80%, walaupun pemberian induksi akupunktur membutuhkan waktu yang cukup lama. Efek analgesi dari metode akupunktur ini telah diakui oleh WHO dan diberikan lisensi oleh FDA tahun 1996 (NCAAM, 2004). Berdasarkan uraian diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang perbandingan efektivitas akupunktur dengan fentanil pada nyeri pasca bedah fraktur tungkai bawah.
Leave a Reply