ABSTRAK
Buah kemukus (Piper cubeba L.) merupakan salah satu simplisia dari ramuan jamu keputihan yang digunakan untuk mengatasi infeksi jamur pada vagina oleh Candida albicans. Kandungan aktifnya adalah minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada efek antifungi minyak atsiri buah kemukus (Piper cubeba L.) tersebut terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium dengan subjek penelitian biakan Candida albicans pada Agar Sabouraud Dekstrosa sebanyak 12 cawan petri untuk 10 kelompok perlakuan. Tiap cawan petri tersebut dibuat 4 sumuran dengan 2 sumuran pada petri pertama masing-masing diisi minyak atsiri buah kemukus konsentrasi 2% dan 4%, 2 sumuran pada petri kedua masingmasing diisi konsentrasi 6% dan 8%, 2 sumuran pada petri ketiga masing-masing diisi konsentrasi 10% dan 20%, dan 2 sumuran pada petri keempat masing-masing diisi konsentrasi 40% dan 60%, semuanya diulangi 3 kali. Sedangkan 2 sisa sumuran tiap petri masing-masing diisi etanol 70% sebagai kontrol negatif dan flukonazol 25 ?g sebagai kontrol positif. Seluruh petri dibiarkan selama 24 jam pada suhu ruangan. Data yang diperoleh berupa diameter zona hambat yang dianalisis dengan uji ANOVA satu arah kemudian dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya perbedaan rata-rata diameter zona hambat seluruh kelompok perlakuan. Setelah dianalisis dengan uji LSD, dapat diketahui bahwa semua kelompok perlakuan berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif, kecuali kelompok perlakuan 60%, semua kelompok perlakuan berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif, dan selain itu antar kelompok perlakuan tidak ada perbedaan signifikan, kecuali kelompok perlakuan 8% dengan 40%, dan kelompok perlakuan 60% dengan 4%, 6%, 8%, dan 10%. Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, yaitu ada efek antifungi minyak atsiri buah kemukus (Piper cubeba L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro pada konsentrasi 2 – 40%.
Kata kunci: efek antifungi, minyak atsiri buah kemukus, Candida albicans
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan Masyarakat
- Daftar Contoh Tesis Keperawatan
- Daftar Contoh Tesis Kedokteran
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Contoh Skripsi
- Bagian I : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Bagian II : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Bagian III : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Daftar Contoh Skripsi Kebidanan
- Daftar Contoh Skripsi Kedokteran
- Daftar Contoh Skripsi Keperawatan
- Daftar Contoh Skripsi Kesehatan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun belakangan ini, insidensi penyakit infeksi oleh jamur meningkat secara dramatis (Sheppard dan Lampiris, 2001). Insidensi kejadiannya yang paling tinggi adalah kandidiasis (Adiguna, 2001). Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh genus Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru. Infeksi Candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen (Kuswadji, 2002).
Infeksi Candida pada vagina atau kandidiasis vaginalis dapat menyebabkan gejala keputihan. Gejala keputihan tersebut adalah keluarnya cairan atau lendir putih kekuningan pada permukaan vulva. Selain itu, kandidiasis vaginalis juga menyebabkan keluhan yang sering dijumpai pada wanita, seperti rasa gatal, panas dan lecet di daerah vulva vaginalis, kadangkadang sampai terjadi udema (Sundari dan Winarno, 1996). Obat-obat untuk infeksi jamur telah banyak dikembangkan. Pada infeksi Candida albicans, obat antijamur yang paling banyak digunakan adalah golongan azol, misalnya flukonazol (Arnita, 2007). Namun, akses masyarakat terhadap pengobatan yang baik tergolong kurang, antara lain karena harganya yang relatif mahal. Hal tersebut menyebabkan masyarakat cenderung beralih kembali ke tanaman obat alami (Hidayat, 2005). Selain itu, telah dilaporkan adanya resistensi Candida albicans terhadap obat golongan azol pada penderita HIV/AIDS (Duffalo, 2006).
Sebagai upaya alternatif secara empirik, antara lain digunakan obat tradisional berupa jamu keputihan. Jamu keputihan dimanfaatkan karena sifat antiradang, analgesik, dan antifunginya. Jamu keputihan tersebut merupakan gabungan beberapa simplisia, yang antara lain adalah batang pulosari (Alyxia reinwardtii B. I.), daun jungrahab (Baeckea frutescens L.), buah ketumbar (Coriandrum sativum L.), buah adas (Foeniculum vulgare Mill), buah merica (Piper nigrum L.), dan buah kemukus (Piper cubeba L.) (Sundari dan Winarno, 1996). Dari beberapa simplisia tersebut, telah dilaporkan bahwa buah ketumbar (Coriandrum sativum L.) tidak mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri gram positif maupun efek antifungi terhadap Candida albicans (Saeed dan Tariq, 2007). Selain itu, hanya buah adas (Foeniculum vulgare Mill) yang telah dilaporkan mempunyai efek antifungi terhadap Candida albicans (Gulfraz dkk., 2008). Buah kemukus (Piper cubeba L.) akan menjadi fokus untuk penelitian ini karena kurang mendapat perhatian dibandingkan tanaman-tanaman lainnya (Elfahmi, 2006).
Di Indonesia, Piper cubeba L., yang dikenal sebagai kemukus, sangat berharga sebagai tanaman obat. Piper cubeba L. merupakan tanaman genus Piper, famili Piperaceae dengan lebih dari 700 spesies di sepanjang daerah tropis dan subtropis di dunia. Banyak spesies dari genus Piper tersebut digunakan dalam pengobatan tradisional menunjukkan efek antifungi, insektisida, antihelmintik, dan antitumor (Sastroamidjojo dalam Elfahmi, 2006). Sebagai contoh, telah dilaporkan bahwa Piper betle L., salah satu tanaman genus Piper, telah terbukti mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans, walaupun secara in vivo masih perlu dibuktikan (Sundari dan Winarno, 1996).
Sebagai salah satu simplisia jamu keputihan, buah kemukus (Piper cubeba L.) mempunyai kandungan aktif minyak atsiri (Sundari dan Winarno, 1996). Komponen minyak atsirinya terutama adalah ?-elemena (9,4%), sabinena (9,1%), kubebol (5,6%), epi-kubebol (4,6%), dan kariofilena (3,1%) (Elfahmi, 2006). Walaupun telah dilaporkan bahwa kebanyakan minyak atsiri bersifat sebagai antibakteri dan antifungi yang kuat, tetapi sejauh ini belum pernah dilaporkan tentang ada atau tidaknya efek antifungi minyak atsiri buah kemukus (Piper cubeba L.) terhadap Candida albicans sebagai penyebab keputihan (Agusta, 2000). Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada efek antifungi minyak atsiri buah kemukus (Piper cubeba L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dan dasar untuk penelitian lebih lanjut baik secara in vitro maupun in vivo.
Leave a Reply