CONTOH TESIS NO.1 HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA ANAK USIA 12–24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTOLO I KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2019
Abstrak
Latar Belakang : Kekurangan energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Riskesdas 2018 melaporkan prevalensi KEP di Indonesia sebesar 17,7% Sedangkan target dari RPJMN tahun 2019 adalah 17 persen. Dampak anak yang mengalami KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Salah satu faktor penyebab terjadinya KEP adalah pemberian MP-ASI. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian KEP pada anak usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I tahun 2019. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I dengan sampel yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 102 anak. Variabel dalam penelitian ini adalah pemberian MP-ASI dan Kejadian KEP. Analisis data menggunakan chi-square. Hasil Penelitian : Hasil penelitian diperoleh anak yang diberikan MP-ASI tidak sesuai 36,7% mengami KEP. Hasil uji variabel pemberian MP-ASI dan kejadian KEP diperoleh nilai p value = 0,00 < 0,05. Kesimpulan : Ada hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian KEP pada anak usia 12-24 bulan.
BAB I
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi / anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan prilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada usia di bawah 2 tahun (baduta).
Teknik Analisis
Melakukan analisis untuk mendeskripsikan karakteristik subjek penelitian dengan gambaran distribusi frekuensi.
CONTOH TESIS NO.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MEMBERIKAN MP – ASI DI RSKDIA PERTIWI MAKASSAR TAHUN 2017
Abstrak
MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga yang dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI. Studi MP-ASI tahun 1997 yang dilakukan di Bogor, Indramayu (Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah), Jombang (Jawa Timur), dan Barru (Sulawesi Selatan) ternyata menunjukkan bahwa antara 7-40% (rata-rata 21%) ibu telah memberikan MP-ASI Komersial (SUN, Nestle, Milna) setiap hari pada bayinya di bawah 5 bulan.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran praktek pemberian MP-ASI. Jenis penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional dengan populasi penelitian merupakan ibu yang memiliki anak di RSKDIA Pertiwi Makassar. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling dengan total sampel berjumlah 50 ibu. Metode yang digunakan dengan membagikan kuesioner kepada responden yang berlangsung pada bulan November 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada praktek pemberian MP-ASI berdasarkan variable Pengetahuan Ibu, Pekerjaan Ibu, Pendidikan Ibu dan Keaktifan Petugas Kesehatan, didapatkan 11 (22%) ibu yang memberikan MP- ASI pada usia < 6 bulan dan 39 (78%) ibu yang memberikan MP-ASI pada usia > 6 bulan.
BAB I
Adanya praktek pemberian MP-ASI kepada bayi yang salah dan terlalu dini tidak terlepas dari keyakinan masyarakat bahwa bayi-bayi yang diberikan makanan dengan cara demikian tetap baik-baik saja, dan kepercayaan ini telah berlangsung secara turun temurun. Seberapa besar kerugian dari pektek demikian terhadap pertumbuhan dan merbiditas bayi di kemudian hari layak diketahui bagi perencana program gizi, dan hal ini akan dapat menambah pengertian tentang kemanfaatan (benefit) dari program peningkatan pemberian ASI secara eksklusif sampai minimal 6 bulan pertama kehidupan bayi.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
CONTOH TESIS NO.3 POLA ASUH PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA IBU BADUTA DI TANAH ADAT KAJANG AMMATOA KABUPATEN BULUKUMBA
Abstrak
Pemberian MP-ASI yang tepat waktu, adekuat dan aman merupakan investasi kesehatan bagi baduta di masa depan yang tidak terlepas dari emik yang ada di suatu ismasyarakat. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi tentang pola asuh pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada ibu baduta di Tanah Adat Kajang Ammatoa, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma etnometodologi. Teknik pengumpulan data adalah indepth interview dan observasi. Pengolahan data dilakukan secara manual menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian menunjukkan pola asuh pemberian MP-ASI di masyarakat Adat Ammatoa berasal dari pemahaman ibu yang merupakan konsep ibu sendiri yang dipengaruhi oleh sanro yang bertindak sebagai dukun atau ahli dalam memberikan informasi dalam segala hal perikehidupan di dalam masyarakat Ammatoa. Tindakan dalam pemberian MP-ASI tidak terlepas dari pengaruh sanro, beberapa ada yang sesuai dengan standar kesehatan serta berisiko bagi kesehatan. Makanan anjuran adalah nasi yang merupakan hasil pertanian utama dengan nilai adat tinggi. Makanan pantangan didasarkan pada rasa makanan.
BAB I
Keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) tidak bisa terlepas dari emik yang ada di suatu masyarakat. Menurut Mead perilaku individu itu ditentukan dari internalisasi perilaku-perilaku sebelumnya yang dilihat dan atau dialami oleh individu dari orang tuanya (significant other) dan dari masyarakatnya (generalized other). Berdasarkan hasil penelitianpada etnik Bugis, menyimpulkan bahwa semua perilaku ibu di Pekkae mulai dari masa hamil sampai anak lahir, proses menyusui dan pemberian makan, tidak terlepas dari ininnawa madeceng (harapan yang baik) kepada anak, sehingga untuk merubah perilaku yang membahayakan kesehatan bayi (prelaktal feeding) tidaklah mudah, karena terkait dengan nilai normatif budaya etnis masyarakat Bugis.
Teknik Analis
Analisis data dilakukan dengan analisis isi (content analysis).
CONTOH TESIS NO.4 Pengetahuan, sikap, motivasi ibu, dan praktik pemberian MP-ASI pada anak usia 6-23 bulan: studi formatif di Aceh
Abstrak
Latar belakang: Pengetahuan, sikap, dan motivasi ibu yang kurang akan menentukan praktik pemberian MP-ASI pada anak dan berdampak terhadap pemenuhan gizi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengetahuan, sikap, motivasi ibu, dan hubungannya dengan praktik pemberian MP-ASI pada anak usia 6-23 bulan. Metode: Desain cross-sectional terhadap 392 ibu yang mempunyai anak usia 6-23 bulan di Kabupaten Aceh Besar dan diambil secara cluster random sampling. Pengetahuan, sikap, dan motivasi ibu dikumpulkan dengan kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Kualitas praktik pemberian MP-ASI menggunakan indikator kesesuaian waktu pemberian MP-ASI (timely introduction complementary feeding), frekuensi makan (minimum meal frequency), keragaman (minimum dietary diversity), dan pemberian MP-ASI yang adekuat (minimum acceptable diet) sesuai rekomendasi WHO. Analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan motivasi ibu dengan kualitas praktik pemberian MP-ASI digunakan regresi logistik biner pada tingkat kepercayaan 95% (?=0,05). Hasil: Hanya sebagian kecil ibu yang mempunyai pengetahuan, sikap, dan motivasi yang baik dalam praktik pemberian MP-ASI (20,2%; 8,7%; 33,9%). Kurang dari seperempat (23,4%) anak usia 6-23 bulan yang memperoleh praktik pemberian MP-ASI yang tepat sesuai rekomendasi (appropriate complementary feeding). Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap (r=0,606; p<0,01) dan motivasi ibu (r=0,103; p<0,05). Tingkat pendidikan dan motivasi ibu merupakan faktor risiko praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat (OR=4,25; 95% CI:1,10-16,36; p=0,035 dan OR=1,83; 95% CI: 1,05-3,16; p=0,031). Simpulan: Pengetahuan, sikap, dan motivasi ibu di Aceh dalam praktik pemberian MP-ASI pada anak usia 6-23 bulan masih tergolong kurang dan terlihat pada sebagian besar praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Perlu upaya peningkatan melalui program edukasi gizi yang spesifik, terstruktur, dan tepat sasaran oleh petugas kesehatan.
BAB I
Salah satu penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi dan stunting pada anak khususnya pada anak usia 6-23 bulan adalah praktik pola pengasuhan yang tidak tepat, salah satu indikatornya adalah praktik pemberian MP-ASI yang tidak optimal. Data WHO menunjukkan hanya sepertiga dari anak balita di negara berkembang yang mendapatkan MP-ASI yang adekuat, yaitu frekuensi dan keragaman sesuai standar, sementara di Indonesia sebagian besar atau dua dari tiga anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI yang tepat karena pola asuh yang salah (4). Praktik pemberian MP-ASI yang tidak optimal mempengaruhi asupan energi dan zat gizi. Hasil survei diet total (SDT) tahun 2014 menunjukkan hampir 1 dari 4 anak atau 24,7% anak balita di Aceh mempunyai asupan protein kurang dan 6 dari 10 anak atau 60,4% mempunyai asupan energi kurang dari angka kecukupan energi (AKE) yang dianjurkan.
Teknik Analisis
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling yaitu desa atau posyandu sebagai cluster.
CONTOH TESIS NO.5 Pola Pemberian MP-ASI pada Balita Usia 6-24 Bulan
Abstrak
Pola Pemberian MP-ASI pada Balita Usia 6-24 Bulan.WHO dalam WHA melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak.Berdasarkan hasil PSG tahun 2016, Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung memiliki masalah gizi masyarakat akut dan kronis (prevalensi pendek ?20% dan kurus ?5%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberian MP-ASI pada balita usia 6-24 bulandi wilayah kerja Puskesmas Susunan Baru Kota Bandar Lampung tahun 2017.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam, FGD dan observasi.Informan dalam penelitian ini terdiri dari 5 informan utama, 2informan triangulasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk MP-ASI yang diberikan untuk usia6-8 bulan dan 12-24 bulan telah sesuai namun untuk usia 9-11 bulan belum sesuai. Jumlah yang diberikan masih kurang dari kebutuhan dengan frekuensi pemberian 2-3 kali sehari ditambah 2 kali selingan.Jenis MP-ASI adalah MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan.Cara penyajian dalam bentuk encer dan berkuah yang disuapi oleh ibu.Bahan makanan mentah disimpan secara terpisah dengan makanan matang.Makanan pantangan dan anjuran berasal dari ibu sendiri.Saran untuk konselor MP-ASI agar dilakukan pemberian konseling secara berkala dan tercatat sehingga tahapan dan keberhasilan konseling dapat dievaluasi.
BAB I
Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh kecukupan asupan gizi, status infeksi dan pola asuh. Kota Bandar Lampung termasuk kota yang memiliki masalah gizi masyarakat akut dan kronis dengan prevalensi gizi kurang 10,9% dan kurus 7,7%. Puskesmas Susunan Baru merupakan puskesmas dengan prevalensi balita 2T dan BGM diatas target yaitu sebesar 6,2% dan 1%. Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui dan menganalisa pola pemberian MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Susunan Baru Kota Bandar Lampung.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam, FGD dan observasi. Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, terdiri dari informan kunci yaitu Konselor MP-ASI, informan utama yaitu ibu dan informan tambahan yaitu kader.
CONTOH TESIS NO.6 Perilaku Ibu pada Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) di Kelurahan Pegirian
Abstrak
Target pemberian ASI eksklusif yang belum tercapai disebabkan oleh pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang diberikan lebih awal. Bayi usia 0-6 bulan seharusnya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan pendamping apapun. Tujuan: Tujuan penulisan ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) di Kelurahan Pegirian. Metode: Desain penelitian menggunakan observasional cross sectional. Populasi pada penelitian adalah seluruh ibu dan pengasuh balita di kelurahan Pegirian dan sampel penelitian sebanyak35 ibu dan pengasuh balita di RT 06 RW 02 Kelurahan Pegirian Kota Surabaya. Teknik sampling dengan menggunakan sampling jenuh atau metode sensus karena total populasi kurang dari 100.Variabel penelitian adalah latar belakang pendidikan, pendapatan,dan tindakan dalam pemberian MPASI. Data dianalisis dengan uji korelasi untuk melihat faktor yang hubungan.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwaada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemberian MPASI (P value=0,001 dan 0,015) dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan perilaku pemberian MPASI pada bayiusia kurang 6 bulan (P value=0,425 dan 0,134). Kesimpulan:pengetahuan dan sikap ibu dan pengasuh balita dapat berpengaruh pada pemberian MPASI pada bayi usia kurang 6 bulan.
BAB I
Salah satu wilayah dengan pencapaian pemberian ASI yang kurang adalah Kecamatan Semampir Kelurahan Pegirian (54%). Data Puskesmas Pegirian Tahun 2017 menunjukkan cakupan ASI eksklusif sebesar 72,9% dengan rincian yaitu anak yang diberikan ASI Ekslusif sebanyak 148 anak, sementara yang tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak 55 anak. Secara keseluruhan, pencapaian pemberian ASI eksklusif 6 bulan belum mencapai target yang ditetapkan oleh Indonesia yaitu 80% (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016).
Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan cara uji korelasi dengan fisher exactuntuk melihat hubungan antar variabel dan disajikan secara deskriptif yaitu dalam bentuk distribusi frekuensi.
CONTOH TESIS NO.7 HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN BERAT BADAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN WONOREJO KABUPATEN KARANGANYAR
Abstrak
Latar Belakang: Pola pemberian makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayi. ASI saja tidak bisa memenuhi semua kebutuhan energi dan zat gizinya, karena pemenuhan gizi bayi dari ASI hanya sebesar 65 –80 %. Pola pemberian makanan pada bayi sangat berhubungan dengan berat badan bayi, karena pola tersebut memberikan gambaran frekuensi pemberian makan, jenis/ bentuk makanan maupun jumlah takaran yang diberikan.Tujuan penelitian ini yaituenganalisis hubungan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan berat badan bayi usia 6-12 bulan. Metode penelitian:Desain penelitian adalah cross sectional.Penelitiandilakukan di posyandu kelurahan Wonorejo Kabupaten Karanganyar. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan di posyandu kelurahan Wonorejo. Teknik cluster random sampling. Alat ukur kuesioner, lembar wawancara, timbangan bayi dan KMS. Analisis data dengan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian:Mayoritas responden yang diteliti memberikan MP-ASI secara tepat, baik dalam hal bentuk MP-ASI (65%), frekuensi pemberian (72.2%), dan jumlah takaran (70%). Pada variabel berat badan yaitu mayoritas berat badan bayi meningkat (17.5%). Selanjutnya, terdapat hubungan bentuk MP-ASI terhadap berat badan (OR= 18.75; p=0.02); terdapat hubungan frekuensi pemberian MP-ASI terhadap berat badan (OR= 11.25; p=0.04); serta terdapat hubungan jumlah takaran MP-ASI terhadap berat badan (OR= 27; p<0.001).Kesimpulan:Pada penelitian ini, mayoritas responden yang diteliti telah memberikan MP-ASI sesuai pola yang dianjurkan. Pada variabel berat badan yaitu mayoritas berat badan bayi meningkat. Selanjutnya, terdapat hubungan bentuk, frekuensi, serta jumlah takaran MP-ASI terhadap berat badan.
BAB I
Pertumbuhan bayi dapat dipantau dengan melihat hasil penimbangan yang tercatat pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak hanya bergantung pada proses kelahiran maupun perawatan tetapi juga dipengaruhi oleh pola pemberian makanan. Memasuki 6 bulan keatas bayi mulai membutuhkan tambahan makanan pendamping selain ASI.
Teknik Analisis
Desain penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di posyandu kelurahan Wonorejo Kabupaten Karanganyar. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan di posyandu kelurahan Wonorejo. Teknik cluster random sampling. Alat ukur kuesioner, lembar wawancara, timbangan bayi dan KMS. Analisis data dengan uji statistik Chi Square.
CONTOH TESIS NO.8 PRAKTIK PEMBERIAN MPASI (MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU) PADA ANAK STUNTING DAN TIDAK STUNTING USIA 6-24 BULAN
Abstrak
Latar Belakang: Praktik pemberian MPASI berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dan anak. Pemberian MPASI yang tidak tepat dapat menyebabkan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik pemberian MPASI pada anak stunting dan tidak stunting usia 6-24 bulan. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di Kabupaten Cirebon. Subjek terdiri dari 42 subjek stunting dan 42 subjek tidak stunting yang diambil dengan metode consecutive sampling. Praktik pemberian MPASI meliputi waktu pemberian MPASI pertama, variasi bahan MPASI, frekuensi pemberian MPASI, dan asupan zat gizi, didapatkan dari kuesioner food recall 3×24 jam. Stunting ditentukan dengan perhitungan Z-Score PB/U <-2 SD, sedangkan tidak stunting ditentukan dengan PB/U -2 s/d +2 SD. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square, Independent T-Test, dan Mann Whitney. Hasil: Rerata kecukupan asupan energi pada kelompok stunting adalah 70.14±21.91% total kebutuhan, sedangkan pada kelompok tidak stunting adalah 106.4±35.26% total kebutuhan. Total subjek pada kelompok stunting yang memiliki asupan energi kurang sebanyak 88.1%, asupan energi cukup sebanyak 9.5%, dan asupan energi berlebih sebanyak 2.4%, sedangkan asupan energi yang rendah, cukup, dan berlebih pada kelompok tidak stunting masing-masing sebanyak 33.3%. Asupan energi, protein, besi dan seng menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok stunting dan tidak stunting (p<0.05). Terdapat perbedaan variasi bahan MPASI antara kelompok stunting dan tidak stunting (p=0.008), sedangkan waktu pemberian MPASI pertama dan frekuensi pemberian MPASI tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p>0.05). Simpulan: Terdapat perbedaan variasi bahan MPASI dan rerata asupan energi, protein, besi, dan seng pada praktik pemberian MPASI antara anak stunting dan tidak stunting usia 6-24 bulan.
BAB I
Bayi dan anak berisiko mengalami stunting sejak usia enam bulan dan seterusnya yaitu saat ASI saja tidak cukup memenuhi kebutuhan semua zat gizi dan perlu dimulainya memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Pemberian MPASI sering diberikan dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan serta seringkali memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ASI.9 Kualitas MPASI dipengaruhi oleh variasi bahan makanan yang digunakan, sedangkan kuantitas MPASI berkaitan dengan frekuensi pemberian dalam sehari. Kualitas dan kuantitas MPASI secara positif dapat mempengaruhi pertumbuhan linear, namun dengan hanya meningkatkan kuantitas makanan tidak akan efektif jika kualitas makanan buruk
Teknik Analisis
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek, responden, dan variabel penelitian.
CONTOH TESIS NO.9 Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) bukan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan
Abstrak
Latar belakang: Stunting merefl eksikan kegagalan proses mencapai potensi pertumbuhan linear sebagai akibat dari kondisi kesehatan dan gizi yang tidak optimal. Salah satu penyebab kejadian stunting adalah kuantitas dan kualitas MP-ASI yang rendah. Tujuan: Untuk mengidentifi kasi risiko praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan MP-ASI, keragaman MP-ASI, dan frekuensi MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Metode: Rancangan penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan perbandingan 1:1 dan menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif model concurrent embedded. Kasus adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U <-2SD. Kontrol adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U ?-2SD yang tinggal berdekatan dengan kelompok kasus. Analisis data menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (uji chi-square) dan multivariat (uji regresi logistik berganda). Hasil: Analisis bivariat menunjukkan usia pengenalan MP-ASI (OR=1,07), keragaman MP-ASI (OR=1,17), dan frekuensi pemberian MP-ASI (OR=1,69) bukan faktor risiko kejadian stunting (p>0,05). Skor keragaman MP-ASI yang lebih rendah (kelompok makanan ?2, 3, 4) berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian stunting berturut-turut OR=2,24, 95% CI:1,00-5,01; OR=1,82, 95% CI:0,96-3,45; OR=1,66, 95% CI:0,81-3,46. Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko kejadian stunting adalah tinggi badan ibu (OR=1,86) dan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) (OR=3,23,). Kesimpulan: Praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan, keragaman, dan frekuensi pemberian MP-ASI bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan yang bermakna adalah tinggi badan ibu dan riwayat BBLR.
BAB I
Masalah gizi kurang yang paling banyak diderita anak balita saat ini adalah masalah stunting (tubuh yang pendek). Stunting menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang dibandingkan underweight dan wasting (1,2). Stunting merefleksikan kegagalan proses mencapai potensi pertumbuhan linear sebagai akibat dari kondisi kesehatan yang buruk dan gizi yang tidak optimal dalam kurun waktu yang lama (3,4,5). Stunting memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan fungsi kognitif anak sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas dan pendapatan di masa dewasa serta lebih rentan mengalami penyakit degeneratif (5-7).
Teknik Analisis
Analisis data kuantitatif terdiri dari analisis univariat (deskriptif), analisis bivariat dengan uji chi-square dan perhitungan OR dan 95% interval kepercayaan serta analisis multivariate dengan uji regresi logistik berganda.
CONTOH TESIS NO.10 HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN KURANG PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOARJO
Abstrak
Pemberian makan dan pola pemberian ASI pada anak usia 6-24 bulan yang kurang sesuai dengan anjuran semestinya, masih sering terjadi, misalnya dalam hal pemberian ASI yang tidak eksklusif 6 bulan, prelactal food, pengenalan makanan halus, semi padat dan padat yang kurang tepat usia, serta masih rendahnya keragaman pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara praktik pemberian makan dengan berat badan kurang pada anak di bawah usia 2 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan dengan rancangan cross sectional. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuesioner terstruktur pada 51 ibu atau pengasuh baduta yang memiliki anak berusia 6-24 bulan yang dipilih dengan teknik simple random sampling di Desa Bluru Kidul dan Magersari, Sidoarjo. Status gizi dinilai secara antropometri dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U). Pengukuran berat badan diukur dengan baby scale atau digital scale. Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifkan antara berat badan kurang dengan usia pertama pengenalan MP-ASI, keragaman pangan, dan frekuensi makan maupun dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, dan durasi lama waktu menyusui. Kesimpulan penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara praktik pemberian makan dan pola pemberian ASI dengan berat badan kurang (BB/U) anak usia 6-24 bulan. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara praktik pemberian makan dengan berat badan kurang pada anak usia 6-24 bulan dengan memperbaiki metodologi yaitu dengan standarisasi alat ukur dalam pengukuran antropometri dalam hal ini menggunakan alat yang sama bagi semua subjek untuk mengonfi masi hasil penelitian ini di lokasi yang sama.
BAB I
Pengasuhan yang berkaitan dengan pemberian makan pada baduta dan batita masih menjadi isu penting di Indonesia karena masih cukup banyak praktik pemberian makan yang berkaitan dengan sosial budaya yang kurang sesuai dengan anjuran semestinya, misalnya dalam hal pemberian ASI eksklusif dan prelactal food, pengenalan makanan halus, semi padat dan padat yang kurang tepat usia, serta masih rendahnya keragaman pangan. Hasil pengumpulan data awal melalui wawancara dengan petugas gizi di Puskesmas Sidoarjo menunjukkan bahwa salah satu faktor yang kemungkinan berperan besar dalam memengaruhi status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sidoarjo adalah faktor pengasuhan yang terkait pemberian makan oleh karena sebagian besar Ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Sidoarjo adalah Ibu yang bekerja dan mempunyai kebiasaan menitipkan balitanya pada tetangga atau keluarganya.
Teknik Analisis
Pengelompokan pada pendapatan keluarga dilakukan atas pembagian tersil. Data penelitian dianalisis dan diuji secara statistik dengan menggunakan uji statistik chi square untuk menganalisis hubungan antar variabel. Signifi kansi ditentukan jika p < ? (p < 0,05)
CONTOH TESIS NO.11 Perbedaan Praktik Pemberian Makan dan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga pada Balita Status Gizi Kurang dan Normal
Abstrak
Latar Belakang: Gizi kurang adalah masalah gizi pada balita yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang secara langsung berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi dan riwayat penyakit infeksi. Sementara itu, faktor tidak langsung yang mempengaruhi diantaranya praktik pemberian makan, status ketahanan pangan rumah tangga dan kesehatan lingkungan. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan praktik pemberian makan dan status ketahanan pangan rumah tangga pada balita status gizi kurang dan normal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 80 balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya dengan masing-masing balita gizi kurang dan normal berjumlah 40 balita. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner, FFQ dan recall 24 jam untuk praktik pemberian makan serta US-HSFFM (United State of Household Food Security Survey Module) untuk ketahanan pangan rumah tangga. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Praktik pemberian makan yang baik pada balita gizi normal sebesar 15% sedangkan pada balita gizi kurang sebesar 7,5%. Balita gizi normal yang berasal dari keluarga tahan pangan yaitu 62,5% sedangkan gizi kurang yaitu 32,5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan praktik pemberian makan (p=0,032) dan status ketahanan pangan rumah tangga (p=0,012) pada balita status gizi kurang dan normal. Kesimpulan: Terdapat perbedaan praktik pemberian makan dimana balita dengan status gizi normal mendapatkan pemberian makan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan balita gizi kurang. Terdapat perbedaan status ketahanan pangan rumah tangga, balita dengan status gizi normal lebih banyak berasal dari rumah tangga tahan pangan.
BAB I
Ketahanan pangan di Jawa Timur telah meningkat dari tahun 2010 hingga 2015, adanya peningkatan status ketahanan pangan merupakan dampak dari perbaikan pada indikator ketahanan pangan dan gizi. Kota Surabaya termasuk wilayah dengan risiko kerawanan pangan yang rendah. Namun demikian, ketahanan pangan di tingkat individu dan rumah tangga belum bisa terjamin meskipun pada tingkat nasional dan regional dikategorikan tahan pangan. Demikian pula di Surabaya, masih ada beberapa wilayah yang berisiko mengalami kerawanan pangan akibat kemampuan rumah tangga dalam mengakses dan menyediakan pangan rumah tangga belum merata.
Teknik Analisis
Analisis data dilakukan untuk melihat perbedaan variabel pada kelompok balita gizi kurang dan normal menggunakan uji mann-whitney dengan tingkat kepercayaan 95% (?=0,05). Penelitian ini telah lolos uji etik dengan nomor 447-KEKP dari komisi etik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya dengan nomor 070/4319/436.8.5/2018 tanggal 25 Mei 2018.
CONTOH TESIS NO.12 Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) bukan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan
Abstrak
Latar belakang: Stunting merefl eksikan kegagalan proses mencapai potensi pertumbuhan linear sebagai akibat dari kondisi kesehatan dan gizi yang tidak optimal. Salah satu penyebab kejadian stunting adalah kuantitas dan kualitas MP-ASI yang rendah. Tujuan: Untuk mengidentifi kasi risiko praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan MP-ASI, keragaman MP-ASI, dan frekuensi MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Rancangan penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan perbandingan 1:1 dan menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif modelconcurrent embedded. Kasus adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U <-2SD. Kontrol adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U ?-2SD yang tinggal berdekatan dengan kelompok kasus. Analisis data menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (uji chi-square) dan multivariat (uji regresi logistik berganda).Hasil: Analisis bivariat menunjukkan usia pengenalan MP-ASI (OR=1,07), keragaman MP-ASI (OR=1,17), dan frekuensi pemberian MP-ASI (OR=1,69) bukan faktor risiko kejadian stunting (p>0,05). Skor keragaman MP-ASI yang lebih rendah (kelompok makanan ?2, 3, 4) berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian stunting berturut-turut OR=2,24, 95% CI:1,00-5,01; OR=1,82, 95% CI:0,96-3,45; OR=1,66, 95% CI:0,81-3,46. Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko kejadian stunting adalah tinggi badan ibu (OR=1,86) dan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) (OR=3,23,).Kesimpulan: Praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan, keragaman, dan frekuensi pemberian MP-ASI bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan.Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan yang bermakna adalah tinggi badan ibu dan riwayat BBLR.
BAB I
Masalah gizi kurang yang paling banyak diderita anak balita saat ini adalah masalah stunting(tubuh yang pendek). Stunting menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang dibandingkan underweight dan wasting(1,2). Stunting merefleksikan kegagalan proses mencapai potensi pertumbuhan linear sebagai akibat dari kondisi kesehatan yang buruk dan gizi yang tidak optimal dalam kurun waktu yang lama (3,4,5). Stunting memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan fungsi kognitif anak sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas dan pendapatan di masa dewasa serta lebih rentan mengalami penyakit degeneratif (5-7).
Teknik Analisis
Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko kejadian stunting adalah tinggi badan ibu (OR=1,86) dan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) (OR=3,23,).
CONTOH TESIS NO.13 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BALITA USIA 6-12 BULANDI BPM ERNAH KEBON KOPI CIMAHI SELATAN
Abstrak
Kurang gizi pada anak salah satunya dapat disebabkan sikap atau perilaku ibu dalam praktik pemberian makan yang kurang tepat. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan ibu tentang makanan, gizi dan praktik dalam pemberian makan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan pengetahuan gizi ibu dengan praktik pemberian MP-ASI balita usia 6-12 bulan di BPM Ernah kebon kopi Cimahi.Jenis penelitian adalah deskriptif analitikdengan pendekatan cross sectional, pengambilan sampel dengan cara proposive sampling. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai balita berusia 6-12 bulan sebanyak 69orang. Data pengetahuan gizi ibu dan praktik pemberian MP-ASI diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Analisa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menggunakan Chi Square. Tingkat pengetahuan gizi responden tinggi sebanyak 46 orang (66,7%) dan praktik pemberian MP-ASI sudah dilakukan dengan baik oleh 41 orang (59,4%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan pengetahuan gizi ibu dengan praktik pemberian MP-ASI (p<0,05). Diharapkan PBM Ernah kebon kopi Cimahi lebih aktif memberikan informasi melalui penyuluhan dan konseling kepada kader dan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita tentang peningkatan gizi dan keterampilan dalam praktik pemberian MP-ASI.
BAB I
Kekurangan gizi menjadi salah satu masalah kesehatan utama di masyarakat. Lebihdari 2/3 kematian balita terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada balita (Semahegn, 2014). Kurang gizi pada balita salah satunya dapat disebabkan sikap atau perilaku ibu dalam praktik pemberian makan yang kurang tepat. Hal ini terjadikarena masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan ibu tentang makanan, gizi dan praktik dalam pemberian makan anak.
Teknik Analisis
Teknik analisa data univariat yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan praktik pemberian MP-ASI dengan cara menghitung persentase (%). Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square.
CONTOH TESIS NO.14 Penerapan Penyuluhan tentang MP ASI terhadap Praktek Pemberian MP ASI 4 Bintang pada Bayi Umur 6-12 Bulan di BPM Jemanis Kabupaten Kebumen
Abstrak
Latar Belakang : Pemenuhan ASI eksklusif diberikan pada bayi sampai usia 6 bulan. Setelah bayi umur 6 bulan, bayi diberikan MP ASI menu 4 bintang yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran. Pemberian MP ASI menu 4 bintang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi agar bayi terhindar dari mal nutrisi, berat badan rendah/ stunting di kemudian hari. Tujuan : Melakukan penerapan penyuluhan tentang MP ASI terhadap praktek pemberian MP ASI 4 bintang pada bayi umur 6-12 bulan di BPM Jemanis Kabupaten Kebumen. Metode : Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Partisipan penelitian ini berjumlah 5 orang ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Instrumen penelitian berupa lembar observasi praktek pemberian mp asi bayi umur 6-12 bulan, kuesioner pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP ASI dan SAP penyuluhan tentang MP ASI 4 bintang. Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan data primer berupa hasil wawancara dan observasi. Hasil : Setelah melakukan penyuluhan tentang makanan tambahan ASI, terdapat peningkatan pengetahuan peserta tentang makanan tambahan ASI, yaitu 3 peserta dalam kategori pengetahuan yang baik (60%), 2 peserta berada dalam kategori pengetahuan yang cukup (40%). Selain itu, semua peserta menerapkan menu tambahan ASI 4-bintang. Kesimpulan: Penerapan penyuluhan tentang MP ASI meningkatkan praktek pemberian MP ASI 4 bintang pada bayi umur 6-12 bulan
BAB I
Resiko pemberian MP ASI dapat terjadi pada bayi apabila terjadi kesalahan dalam prosedur pemberian MP ASI yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Keterlambatan dalam pemberian MP ASI dapat menghambat pertumbuhan bayi. Energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan ke atas, akibatnya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga dapat mengakibatkan defisiensi zat besi dan gangguan imunitas pada anak
Teknik Analisis
Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari hasil observasi wawancara, pemeriksaan fisik, dan study dokumentasi. Subyek terdiri dari 5 orang ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.
CONTOH TESIS NO.15 Pengaruh Penyuluhan Metode Partisipatif Tentang MPASI Terhadap Praktek Pemberian MPASI Bayi 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Brangsong 02 Kendal
Abstrak
Makanan Menyapih (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada anak usia 6-24 bulan bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan gizi. Masih banyak kesalahan tentang pemberian MP-ASI untuk bayi usia 6-12 bulan. Penjelasan partisipatif adalah modifikasi metode penyuluhan lain dengan praktek langsung membuat penyapihan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh elusidasi partisipatif metode praktik pemberian MP-ASI pada anak usia 6-12 bulan. Penelitian ini merupakan Penelitian Eksperimental Murni dengan Eksperimen Sering Program atau Desain Kelompok Kontrol Pretest-Posttest. Tujuh puluh enam responden dari 6-12 Anak bulan dibagi menjadi 2 kelompok dengan masing-masing 38 responden. Kelompok pertama adalah target metode eludikasi partisipatif (kelompok perlakuan) dan yang kedua adalah kelompok kontrol. Uji beda Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan rata-rata skor praktik pemberian sapih, antara kelompok perlakuan dan kelompok kelompok kontrol. Meningkatnya nilai rata-rata praktik penyapihan pada perlakuan kelompok lebih tinggi dari yang lain (kelompok kontrol). Meningkatnya nilai rata-rata pada kelompok perlakuan 2,39% ± 0,755% dan pada kelompok kontrol 0,29% ± 0,515%. Terdapat perbedaan peningkatan skor rata-rata pemberian MP-ASI latihan antara ibu bayi usia 6-12 bulan yang diberikan eludikasi partisipatif metode dan siapa yang tidak (p = 0,000). Kelompok perlakuan lebih baik dalam menyapih makanan memberikan latihan daripada kelompok kontrol. Kehadiran metode eludikasi partisipatif dapat meningkatkan penyapihan secara signifikan Latihan memberi makan ibu anak usia 6-12 bulan dan lebih baik dari ceramah.
BAB I
Pemberian MP-ASI yang cukup, baik kualitas dan kuantitasnya dapat memberikan jaminan terhadap pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak selanjutnya. Terdapat beberapa syarat universal yang harus dipenuhi MP- ASI antara lain adalah mempunyai komposisi sesuai kebutuhan, baik zat gizi makro (energi, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
Teknik Analisis
Analisis univariat dilakukan untuk menunjukkan nilai rata-rata, standar deviasi dan tabel distribusi frekuensi. Uji bivariat yang digunakan adalah t-test yaitu membandingkan dua rata-rata berpasangan apabila data berditribusi normal, atau uji Mann-whitney apabila data tidak berdistribusi normal.
Leave a Reply