CONTOH TESIS NO.1 Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis Adi Kabupaten Tanger ang Tahun 2016
Abstrak
Hepatitis A adalah penyakit hati akibat virus hepatitis A yang dapatmenyebabkan kesakitan ringan sampai berat. Di Indonesia Hepatitis Asering muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2014 tercatat 3Provinsi dan 4 Kabupaten terjadi KLB dengan jumlah penderita 282.Penyelidikan epidemiologi ini bertujuan untuk mengetahui gambaranKLB dan mengidentif ikasi faktor risiko KLB Hepatitis A di KabupatenTangerang tahun 2016. Desain studi yang digunakan dalam penelitian iniadalah desain kasus kontrol. Penyelidikan dilaksanakan pada bulan Maret2016 di Kabupaten Tengerang. Besar sampel yaitu 44 kasus dan kontrolsebanyak 95. Data yang dikumpulkan dalam penyelidikan ini berupa dataprimer dan sekunder. Data primer meliputi identif ikasi responden danfaktor risik o Hepatitis A. Penyelidikan dilakukan dengan metodewawancar a menggunakan kuesioner ter str uktur ser ta obser vasilingkungan. Data sekunder diambil berdasarkan laporan puskesmas,catatan dinas kesehatan Kabupaten Tangerang dan data demograf i. Datadianalisis dengan Stata menggunakan uji bivariate: Chi Square (X2) danmultivariate; regresi logistik. KLB terjadi pada bulan Februari-Maret 2016dengan kasus sebanyak 44, kasus terbanyak terjadi pada minggu ke-10pada bulan Maret 2016. KLB hepatitis A berdasarkan kelompok umur 6-10 tahun sebesar 3 orang (6.82%) lebih sedikit dibanding umur 11-16tahun yaitu 41 orang (93.18%), KLB hepatitis A berdasarkan jenis kelaminlebih banyak pada perempuan yaitu 24 orang (54.55%) dibanding laki-laki yaitu 20 orang (45.45%) dengan OR 0.71 (CI95% 0.32-1.56). Faktorrisiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis BAB OR 7.90 (CI 95% 3.14 -19.88) dan jenis kantin yang digunakan (Warung 2) OR2.92 (CI 95% 1.21 – 7.02). KLB hepatitis A terjadi karena berbagai faktorrisiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis bab dan jeniskantin yang digunakan (Warung 2). Selain itu PHBS penjamah makanankurang baik dan sanitasi lingkungan juga buruk. Upaya pencegahan bisadilakukan melalui perbaikan sanitasi sekolah dan penyuluhan tentangPHBS dan imunisasi hepatitis A.
BAB I
Di Indonesia Hepatitis A sering muncul dalamKejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2010 tercatat 6 KLBdengan jumlah penderita 279, sedangkan tahun 2011tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550. Tahun 2012sampai bulan juni telah terjadi 4 KLB dengan jumlahpenderita 204. Telah terjadi KLB Hepatitis A berdasarkanpenyataan Kepala Dinas Kabupaten Tangerang di salahsatu SMP Kabupaten Tangerang pada 18 Maret 2016.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risikoyang berhubungan dengan Hepatitis A pada KLBHepatitis A di Kabupaten Tangerang 2016. Dilakukaninvestigasi terhadap KLB tersebut dengan tujuanmenggambarkan kasus hepatitis A yang terjadi danidentif ikasi faktor risiko terjadinya KLB tersebut.
Teknik Analisis
Analisis data dilakukan dengan analisis bivariatdan multivariat. Analisis bivariat bertujuan untukmenyeleksi variabel yang akan masuk ke analisismultivariat yang diduga sebagai karakteristik respondendan faktor risik o kejadian hepatitis A denganmenggunakan uji chi-square (X2), yang selanjutnyaakan dilakukan analisis multivariat untuk mengetahuibesar pengaruh beberapa faktor secara simultanterhadap Hepatitis A dengan uji regresi logistik denganmenggunakansoftware Stata versi 12. Variabel yangdipilih menjadi kandidat dalam analisis multivariatadalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,25 dalamanalisis bivariat.
CONTOH TESIS NO.2 STUDI KASUS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) CAMPAK DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019
Abstrak
Hasil penelitian dengan wawancara diketahui pengetahuan ibu tentang campak sudah baik, pelaksanaan imunisasi campak sudah terlaksana namun capaian imunisasi masih kurang, pencegahan dan penanggulangan KLB campak dilakukan ibu balita dengan membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi campak dan pelaksanaan surveilans campak sudah baik, tetapi masih mengalami kendala yaitu jumlah petugas dan kondisi sarana jalan yang kurang mendukung.
BAB I
Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan Merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Immunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak di dunia, meskipun tersedia vaksin yang aman dan efektif. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Pada tahun 2013, sekitar 145.700 orang meninggal akibat campak, sekitar 400 orang kematian/hari atau 16 orang kematian/jam dan sebagian besar terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Sampai saat ini cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan immunisas. Immunisas campak berhasil menurunkan 15,6 jutaorang (75%) kematian akibat campak di seluruh dunia selama 13 tahun mulai tahun 2000-2013 (1).
Teknik Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan deskriptif kualitatif.
CONTOH TESIS NO.3 ANALISIS KEJADIAN LUAR BIASAHEPATITIS ADI SMA XKABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2018
Abstrak
Kejadian Luar Biasa(KLB)Hepatitis Adilaporkan terjadi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan kepada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya pada tanggal 16 Januari 2018yangditandaidenganadanya peningkatan kasus hepatitis A di Dusun G dan S, Kelurahan B. Salah satu penderitaawaladalah siswa SMA X.Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik epidemiologi KLB Hepatitis A yang terjadi di lingkungan SMA Xdan gambaran faktor risikonya. Metode:Penyelidikan dilaksanakan secara observasionaldengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengumpulan data melalui wawancara terstruktur, pengujian antibodi hepatitis A padasampel darah, observasi lingkungan, dan pengujian sampel air, dengan penentuan responden secara purposive. Hasil: KLB hepatitis Adi SMA X Kabupaten Lamongan berlangsung mulai dari November 2017 hingga Januari 2018,dengan sasaran kelompok siswa sebanyak 33 orang. Bentuk kurva epidemi cenderung common sourceyang berkepanjangan. Faktor risiko yakni riwayat kontak dengan penderita, kebiasaan makan bersama disatu tempat, saling tukar dan pemakaian bersama alat makan,tidak memiliki kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada siswa dan penjamah makanan, tidak tersedianyafasilitascuci tangan, pengaplikasian sanitasi dan higiene makanan oleh penjamah makanan yang kurang, sertakondisi penempatan sumursumber airyang kurang memadai. Kesimpulan: KLBhepatitis A terjadi secara berkepanjangan dengan faktor risiko terpenting yaitu kurangnya personal hygienedan sanitasi sumber air.
BAB I
Penyelidikan Epidemiologi (PE) pun dilakukan oleh petugas surveilans puskesmas dibantu dengan pihak dinas kesehatan, sekaligusmelaksanakan pengujian beberapa sampel yakni 3 sumber air sumur bor Dusun G, Kelurahan B dan 1 sumber air bersih milik warga pribadi. Hasil menunjukkan seluruh kualitas air tersebut tidak memenuhi syarat secara bakteriologis (> 1600 bakteri koliform/ 100 ml sampel). Hasil pengujian pada makanan yang paling banyak dikonsumsi kasus yaitu memenuhi syarat untuk pempek (< 1x104koloni per gram) dan tidak memenuhi syarat untuk kecambah mentah (> 103koloni ALT per gram) dan tahu bacem (>104 koloni ALT per gram). Penderita pertama di awal periode KLB di Dusun G, Kelurahan Bmerupakan siswa SMA X, sehingga pengujian kualitas sumber air juga dilakukan di sekolah tersebut, dengan hasil tidak memenuhi syarat secara bakteriologis (> 1600 bakteri koliform/ 100 ml sampel).
Teknik Analisis
Hasil observasi lingkungan meliputi kondisi lingkungan kantin, toilet sekolah, keberadaan fasilitas sanitasi, dan aktivitas sosial di kantin sekolah, sertahasil pemeriksaan PCR pada sumber air bersih. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dan dipaparkan secara deskriptif meliputi gambaran epidemiologi KLB hepatitis A (orang, tempat, dan waktu) untuk mendapatkan karakteristik KLB dan faktor risiko penularan.
CONTOH TESIS NO.4 GAMBARAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) ANTRAKS YANG TERJADI DI DESA KARANGMOJO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUN 2011
Abstrak
Antraks merupakan penyakit zoonosis yang perlu ditangani secara strategis karena berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Pada tahun 2011 ditemukan KLB antraks pada manusia di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali. KLB antraks kemudian akan diatasi melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terjadi di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali pada tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini terbagi dua yaitu subyek penelitian utama dan triangulasi. Subyek penelitian utama dipilih berdasarkan metode purposive sample yaitu petugas surveilans yang berada di Puskesmas Klego II, Dinas Kesehatan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali yaitu 5 petugas dan subyek penelitian triangulasi 2 orang. Hasil penelitian ini adalah keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi disebabkan oleh transportasi dan SDM yang kurang memadai, kesalahan diagnosa penyakit oleh Dinas Kesehatan, dan kendala dalam proses peminjaman sarana pengambilan sampel. Kendala dalam pelaksanaan epidemiologi adalah kurangnya SDM, tidak adanya transportasi yang tersedia selama 24 jam, dan tidak adanya sarana pengambilan sampel di Dinas Kesehatan. Vaksinasi tidak pernah dilaksanakan sebelum KLB terjadi di desa Karangmojo dan dilaksanakan setelah KLB terjadi oleh Dinas Peternakan. Disinfeksi dilaksanakan di seluruh lingkungan desa Karangmojo kecuali pada sungai. Dapat disimpulkan bahwa penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan KLB antraks telah dilaksanakan sesuai dengan tata laksana namun terjadi keterlambatan. Saran bagi Puskesmas Klego agar selalu menghimbau masyarakat untuk segera melaporkan hewan sakit agar mencegah terjadinya KLB antraks kembali.
BAB I
KLB antraks adalah terjadinya satu kasus baru antraks atau lebih pada manusia dengan sebagian kasus menunjukkan tandatanda patogomonik atau adanya bukti laboratorium. Apabila ditemukan kriteria-kriteria tersebut maka kemudian akan dilaksanakan suatu kegiatan penyelidikan epidemiologi.5 Kegiatan penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh puskesmas, Dinas Kesehatan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan. Dari hasil penyelidikan epidemiologi tersebut kemudian akan dilakukan penanggulangan kasus berupa kegiatan vaksinasi, disinfeksi dan pencegahan dengan menambah pengetahuan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan petugas.
Teknik Penelitian
Data penelitian dianalisis dengan menyajikan dalam bentuk matriks hasil wawancara mendalam yang kemudian diambil hal-hal pokoknya dan diambil kesimpulan.
CONTOH TESIS NO.5 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DBD BERDASARKAN TIME, PLACE, PERSON DI PUSKESMAS BOYOLALI 1 (2011-2013)
Abstrak
Salah satu penyakit potensial wabah yang selalu berkembang di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue. Oleh Angka kejadian Demam Berdarah lebih tinggi, yaitu sebanyak 497 kabupaten terserang DBD di 2012. Jumlah penderita sekitar 90.245 dan yang meninggal sekitar 816 orang. Kabupaten Boyolali adalah salah satunya Daerah endemik Demam Berdarah Dengue di Jawa Tengah menurut angka kejadiannya pada tahun 2005 sekitar 140 kasus. Dilaporkan dari 19 kabupaten dan selalu meningkat sekitar 1,5% setahun. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan waktu, tempat, dan orang penderita Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Boyolali 1. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan data sekunder dari SIMPUS Puskesmas. Berdasarkan variabel waktu, Demam Berdarah Dengue terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni dengan curah hujan setiap bulan adalah 468,5 Mm-20 Hh, 232,5 Mm-11 Hh, 5,5 Mm-2 Hh. Untuk Variabel tempat, kasus Demam Berdarah Dengue terbanyak terjadi di Desa Karanggeneng oleh pihak ketinggian sekitar 430 meter di permukaan dan curah hujan 150 – 200 mm / tahun. Namun, variabel Orang penderita Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Boyolali 1 dibuang ke perempuan (67%).
BAB I
Kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia masih cukup menjadi perhatian dunia kesehatan. Hal ini dikarenakan oleh tingginya angka KLB menjadi salah satu indikator kesuksesan upaya preventif bidang kesehatan dalam bidang surveillans epidemiologi. Apabila KLB terjadi di suatu daerah, maka tim surveillans epidemiologi harus cepat melaksanakan penyelidikan epidemiologi (PE) guna untuk mencegah distribusi penyakit.
Teknik Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mengetahui KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan penanggulangan KLB di Kabupaten Tangerang; dan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta kendalanya.
CONTOH TESIS NO.6 KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN TANGERANG
Abstrak
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Permasalahannya, berbagai kebijakan pusat maupun daerah telah dibuat untuk merespons KLB tersebut, namun belum efektif menekan laju prevalensi penyakit DBD. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mengetahui KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan penanggulangan KLB di Kabupaten Tangerang; dan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta kendalanya. Dari tahun 2013 hingga 2015, tercatat sebanyak 373, 412, dan 371 kasus DBD. Jumlah tersebut mengalami peningkatan drastis pada tahun 2016 menjadi 1.253 kasus DBD dengan kejadian meninggal sebanyak 22 orang. Peningkatan yang drastis tersebut membuat Kabupaten Tangerang dinyatakan dengan status KLB oleh Menteri Kesehatan. Upaya penanggulangan difokuskan pada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, penyelidikan epidemiologi, fogging, dan penanganan penderita DBD. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala seperti kurangnya epidemiolog kesehatan di tingkat puskesmas dan kedinasan setempat. Hal ini berdampak pada belum maksimal pelaksanaan kegiatan penyelidikan epidemiologi dalam mendeteksi KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang. Selain itu, upaya penanggulangan KLB DBD terhambat oleh kesadaran masyarakat yang belum mengutamakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dibanding upaya fogging.
BAB I
Penyebaran penyakit DBD hingga menjadi KLB sangat terkait dengan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Keberadaan vektor nyamuk di tempat perindukan di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, dan lainnya juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan sehingga pemberantasan dilakukan melalui pendekatan perubahan perilaku, kebersihan lingkungan dan pemberantasan tempat perindukan nyamuk. Ketika sudah ada penderita DBD di tengah masyarakat, biasanya permintaan dilakukannya fogging atau pengasapan akan meningkat. Pemerintah telah menyatakan penyakit DBD sebagai salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah atau KLB. Hal ini sebagaimana tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mengetahui KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan penanggulangan KLB di Kabupaten Tangerang; dan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta kendalanya.
CONTOH TESIS NO.7 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA LEDAKAN KASUS MALARIA DI KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA PADA TAHUN 1998
Abstrak
Pada tahun 1998, kecamatan Cineam di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria dengan jumlah kasus mencapai 800 kasus sehingga Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) kecamatan Cineam berada pada stratifikasi High Case Incidence(HCI). Kondisi berbeda terjadi pada tahun 2009 dan 2010 dimana jumlah kasus yang terjadi adalah 15 dan 6 kasus, secara berurutan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan KLB malaria tahun 1998. Metoda pengambilan data dengan (1) pencuplikan nyamuk Anophelesmenggunakan CO2Trapdi 5 dari 10 desa pada kecamatan Cineam untuk mengetahui populasi nisbi dari nyamuk vektor malaria dan (2) wawancara dengan petugas pemberantasan penyakit menular (P2M) yang bertugas pada PUSKESMAS kecamatan Cineam saat KLB pada tahun 1998. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dari 320 individu nyamuk Anophelesyang ditangkap, terdapat empat jenis nyamuk Anopheles dengan tingkat dominansi, Anopheles vagus(33,13%), Anopheles aconitus(28,75%), Anopheles barbirostris(23,75%), dan Anopheles kochi(14,38%) dimana hanya An. aconitusdan An. barbirostris yang merupakan vektor malaria. Keberadaan nyamuk Anophelesini didukung oleh faktor klimat serta keadaan lingkungan setempat yang menyediakan feeding place, resting place, dan breeding sitebagi nyamuk Anopheles. Walaupun demikian, keberadaan populasi nyamuk Anophelesbukan merupakan faktor utama penyebab KLB malaria, melainkan rendahnya pemahaman masyarakat pada penyakit ini. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya tingkat prevalensi malaria yang sangat rendah (Low Case Incidence) yaitu pada tahun 2009 dan 2010 (sebesar 0,44‰ dan 0,18‰ secara berurutan) setelah dilakukan penanggulangan penyebaran malaria dalam bentuk penyuluhan pada warga sejak KLB pada tahun 1998.
BAB I
Pada penelitian yang telah kami lakukan, titik berat dari pembahasan adalah faktor-faktor apa yang menjadi pemicu KLB malaria dengan mengambil daerah sampling Kecamatan Cineam, Tasikmalaya berdasarkan model Gordon yang menjelaskan hubungan antara inang (manusia), agen (nyamuk), dan lingkungan dalam penyebaran penyakit (Gordon, 1954; Soemirat, 2005).
Teknik Analisis
Data populasi nyamuk yang diperoleh dikorelasikan dengan faktor lingkungan untuk melihat pengaruh lingkungan dalam menunjang kesintasan nyamuk Anopheles khususnya spesies yang diketahui sebagai vektor serta respon individu dengan analisis menggunakan metode Redundancy Analysis (RDA).
CONTOH TESIS NO.8 TANTANGAN DALAM PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT HEPATITIS A DI PACITAN
Abstrak
Menjelang Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Juli, Indonesia masih menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Hingga pertengahan Juli 2019 jumlah kasus mencapai 1.102 orang. Hepatitis A merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh hygiene sanitasi serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tulisan ini mengkaji tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan KLB hepatitis A. Beberapa tantangan antara lain pencarian sumber virus secara komprehensif, vaksinasi hepatitis A yang belum menjadi program wajib pemerintah, bencana kekeringan serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait PHBS. Dalam menghadapi tantangan tersebut perlu melibatkan berbagai stakeholder dan institusi serta partisipasi masyarakat. Di sisi lain, perlu adanya muatan materi terkait promosi kesehatan yang meliputi advokasi, dukungan sosial serta pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan wabah penyakit menular yang diatur dalam revisi Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular yang sudah masuk ke dalam prolegnas prioritas tahun 2019.
BAB I
Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan KLB hepatitis A sejak 25 Juni 2019. Penetapan tersebut dikarenakan jumlah kasus semakin bertambah dan jumlahnya lebih dari dua kali dari rata-rata jumlah kejadian normal. Hingga pertengahan Juli 2019, jumlah kasus hepatitis A mencapai 1.102 orang. Jumlah tersebut tersebar di sembilan kecamatan di antaranya Sudimoro (583), Sukorejo (116), Ngadirojo (192), Wonokarto (63), Tulakan (73), Bubakan (29), Arjosari (34), Tegalombo (6) dan Ketrowonoyo (6) (cnnindonesia. com, 9 Juli 2019; Media Indonesia, 2 Juli 2019).
Teknik Analisis
Tulisan ini mengkaji tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan KLB hepatitis A. Beberapa tantangan antara lain pencarian sumber virus secara komprehensif, vaksinasi hepatitis A yang belum menjadi program wajib pemerintah, bencana kekeringan serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait PHBS.
CONTOH TESIS NO.9 LAPORAN KASUS KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS DI MAGETAN, JAWA TIMUR
Abstrak
Pasien perempuan berusia 40 tahun datang ke Puskesmas Panekan, Magetan, Jawa Timur dengan keluhan demam sejak 6 hari sebelumnya disertai dengan mual, muntah, nyeri di perut sebelah kanan, nyeri pada kedua betis, sesak nafas, dan skleraberubah menjadi berwarna kuning. Pasien menjalani rawat inap di Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan darah dan urin, diperoleh leukositosis, peningkatan SGOT,SGPT, alkalin phosphatase, BUN, kreatinin, serta terdapat proteinuria dan hematuria. Pada hari kedua rawat inap, pasien mengeluh pandangan menjadi kabur, demam semakin meningkat, buang air kecil semakin sedikit,disertai rasa nyeri, dan berwarna kuning kemerahan. Pasien dirujuk ke rumah sakit umum daerah, tetapi pasien meninggal pada hari kesembilan dari onset penyakit dan rapid diagnostic test(RDT) belum sempat dilakukan. Kasus initermasuk dalam kasus probableleptospirosis. Meskipun belum sempat dilakukan pemeriksaan RDT, Dinas Kesehatan Magetan sepakat menyatakan kasus ini sebagai kasus KLB oleh karena hingga menimbulkan kematian.
BAB I
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebab-kan oleh bakteri Leptospira sp.Lepstospirosis banyak dijumpai di negara tropis dan negara berkembang, termasuk Indonesia. Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB).Selama ini belum pernah terdapat kasus leptospirosis yang dijumpai di Magetan,Jawa Timur.
CONTOH TESIS NO.10 TIM ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR
Abstrak
Adapun hasil penelitian ini yaitu 1. Wabah seperti flu burung, belum dapat ditanggulangi secara menyeluruh terbukti dengan masih adanya korban yang terus dibawa kerumah sakit. Persoalan wabah tidak hanya menjadi persoalan Indonesia tetapi merupakan persoalan Dunia karena penyebarannya tidak mengenal batas-batas Negara. Oleh karena itu, pencegahan dan penanggulangannya harus dilakukan bersama-sama dan saling membantu. 2. Dengan era otonomi daerah, propinsi atau kota/kabupaten diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengelola urusan kesehatan, termasuk dalam mencegah dan menanggulangi wabah daerah tidak dapat lagi bertumpu pada kemampuan pemerintah pusat semata mengingat penyebaran wabah tidak mengenal batas-batas daerah, maka antara daerah harus saling bekerja sama dalam mencegah dan menanggulangi wabah. 3. Dari sudut peraturan perundang-undangan, sudah ada instrument yang mengatur tentang wabah yaitu undang-undang nomor 4/1984 tentang wabah serta peraturan pelaksanaannya. Sesuai dengan dinamika perkembangan zaman, undang-undang tersebut sudah tidak memadai lagi karena telah terjadi berbagai perubahan seperti sistem pemerintahan, mekanisme penanggulangan wabah dan beberapa terminologi yang ada dalam undang-undang tersebut sudah tidak sesuai lagi.
BAB I
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit menular di suatu wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat heboh masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini disebut dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang masyarakat luas dalam waktu singkat yang diakibatkan oleh penyakit menular.
Teknik Analisis
Menggunakan metode analisis terhadap UU No. 4 Tahun 1984 dan peraturan yang terkait yang diuraikan secara deskriptif
CONTOH TESIS NO.11 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI DIKABUPATEN BLITAR TAHUN 2015
Abstrak
Difteri merupakan penyakitmenular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38kasus dengan jumlah kasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah mengetahui besar masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Informan utama penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani KLB difteri baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Informan triangulasi penelitian adalah bidan desa, kepala desa, ketua PKK, dan penderita atau keluarga penderita. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi. Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri. Penelitian ini merekomendasikan Dinas Kesehatan untuk membuat pola pengawasan kontak erat dan memberikan pelatihan manajemen cold chain. Bagi Puskesmas diharapkan melakukan pengawasan terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.
BAB I
Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Jawa Timur dengan kasus difteri yang tinggi. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat sampai tahun 2015dimana pada tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38kasus dengan jumlah kasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Kecamatan Kanigoro merupakan kecamatan dengan kasus KLB tertinggi dalam 3 tahun terakhir serta jumlah kasus difteri terus meningkat, yaitu tahun 2013 sebanyak 5 kasus, tahun 2014 sebanyak 6 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 9 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2015).
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif. Pengumpulan data menggunakan pendekatan cross sectionalmelalui wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara kepada 6 informan utama dan 8 informan triangulasi.
CONTOH TESIS NO.12 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KERACUNAN MAKANAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Abstrak
Jumlah penderita pada KLB yang terjadi mencapai 79 orang tanpa ada kematian. Gejala utama yang ditemukan adalah diare, lemah, pusing, mual, demam, menggigil, kejang perut, muntah, berkeringat, dan nyeri perut. Jumlah penduduk laki-laki 37 orang (46,84%), dengan attack rate 52,11%, sedangkan jumlah penderita perempuan 42 orang (53,16%) dengan attack rate 56,00%. Attack rate tertinggi terjadi pada kelompok umur 5160 tahun, yaitu 66,67%. Makanan dengan attack rate tertinggi adalah gulai kambing (85,87%). Makanan yang merupakan faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian keracunan makanan di Desa Kepek adalah gulai kambing dengan OR= 159,923 (95%CI: 34,670 737,673).
BAB I
Di Indonesia sepanjang bulan Januari hingga Maret 2017 terdokumentasi 23 insiden dan 893 orang yang mengalami keracunan makanan, dengan korban meninggal dunia sebanyak 8 jiwa 4. Telah terjadi peningkatan kasus yang diduga keracunan makanan di Desa Kepek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Gejala utama yang muncul adalah diare, nyeri perut, mual, dan pusing dalam waktu berselang beberapa jam setelah menyantap makanan dari acara aqiqah tempat Ibu M.
Teknik Penelitian
Investigasi KLB keracunan makanan di Desa Kepek Kecamatan Wonosari dilakukan dengan desain case control. Studi analitik ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis makanan yang diduga sebagai penyebab terjadinya keracunan di Desa Kepek. Pada case control faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif.
CONTOH TESIS NO.13 Penyelidikan Epidemiologi dan Entomologi Kejadian Luar Biasa Demam Dengue di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Indonesia, 2016
Abstrak
Infeksi dengue hingga saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatutama di Sumatera Utara, Indonesia.Dilaporkan terjadi KLB DBD di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera UtarapadaFebruari 2016. Penyelidikan epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan rekomendasi pencegahanmenjadi penting dilakukan. Studi observasional dengan desain matched case-controlKasus adalahindividuyang tinggal di Kecamatan Teluk Dalam yang mengalami dua atau lebih gejala klinis utama demam, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, nyeri otot dan persendian, dan bintik merah dari tanggal 14 Februari-16Maret2016. Sebanyak 6sampel darah dilakukan konfirmasi diagnosa dan identifikasi serotypevirus dengue.Total 136 sampel (68 kasus dan 68 kontrol).Case fatality ratesebesar 2,9%padausia < 1 thn median25 tahun). Hasil serotype ditemukan DEN-3 serotype. Analisis multivariat, tidak melakukan (PSN)secara rutin (adjusted odds ratio=3,7, 95%CI=1,48-9,46) dan kebiasaan menggantung pakaian yang sudah dipakai (adjusted odds ratio=2,9, 95%CI=1,21-6,96) menjadi faktor risikodominan. Direkomendasikan pelaksanakan PSN rutin, tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, dan evaluasi dan respon data surveilans epidemiologi berkesinambungan.
BAB I
Demam dengue (DD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang terdiri dari empat serotypeyaitu (DEN-1, DEN-2, DEN-3andDEN-4) dan dapat menular melalui gigitan nyamuk Aedesaegypti.1,2Gejala penyakit biasanya muncul di hari ke 4-10 setelah nyamuk yang mengandung virus dengue menggigitdan berlangsung selama 2-7 hari.2Bila terinfeksi oleh salah satu serotypedapat menimbulkan kekebalan seumur hidup terhadap serotypetersebut, namun tidak terhadap infeksi oleh serotypeyang lain.
Teknik Analisis
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel tidak melaksanakan PSN secara rutin(adjustedOR = 3,7, 95% CI = 1,48-9,46) dan kebiasaan menggantung pakaian yang sudah dipakai(adjustedOR = 2.9, 95% CI = 1,21-6,96) menjadi faktor risiko yang paling berhubungan dengan KLB demam dengue.
CONTOH TESIS NO.14 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI DI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015
Abstrak
Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38 kasus dengan jumlah kasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah mengetahui besar masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Informan utama penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani KLB difteri baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Informan triangulasi penelitian adalah bidan desa, kepala desa, ketua PKK, dan penderita atau keluarga penderita. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi.
Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri.
Penelitian ini merekomendasikan Dinas Kesehatan untuk membuat pola pengawasan kontak erat dan memberikan pelatihan manajemen cold chain. Bagi Puskesmas diharapkan melakukan pengawasan terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.
BAB I
Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Jawa Timur dengan kasus difteri yang tinggi. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat sampai tahun 2015 dimana pada tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38 kasus dengan jumlah kasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Kecamatan Kanigoro merupakan kecamatan dengan kasus KLB tertinggi dalam 3 tahun terakhir serta jumlah kasus difteri terus meningkat, yaitu tahun 2013 sebanyak 5 kasus, tahun 2014 sebanyak 6 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 9 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2015)
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif. Pengumpulan data menggunakan pendekatan cross sectionalmelalui wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara kepada 6 informan utama dan 8 informan triangulasi
CONTOH TESIS NO.15 INVESTIGASI PENYEBAB KEJADIAN LUAR BIASA KOLERA DI JEMBER TERKAIT CEMARAN SUMBER AIR
Abstrak
Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38 kasus dengan jumlahkasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah mengetahui besar masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Informan utama penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani KLB difteri baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Informan triangulasi penelitian adalah bidan desa, kepala desa, ketua PKK, dan penderita atau keluarga penderita. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi.Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri.Penelitian ini merekomendasikan Dinas Kesehatan untuk membuat pola pengawasan kontak erat dan memberikan pelatihan manajemen cold chain. Bagi Puskesmas diharapkan melakukan pengawasan terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.
BAB I
Penyakit diare merupakan penyebab kematian pada balita tertinggi kedua di dunia, dan terjadi 1,5 juta kematian per tahun, dengan insiden sebesar 2 milyar per tahun. Di negara belum berkembang, anak berusia dibawah 3 tahun dapat mengalami episode diare tiga kali dalam satu tahun.
Metode Peneltian
Pengambilan sampel dilakukan secara potong lintang pada bulan September 2010, sebanyak 32 sampel usap dubur di ambil secara consecutive sampling
Leave a Reply