HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 Faktor  Risiko  Terjadinya  Kejadian  Luar  Biasa  (KLB)  Hepatitis  Adi  Kabupaten  Tanger ang  Tahun  2016

Abstrak

Hepatitis  A  adalah  penyakit  hati  akibat  virus  hepatitis  A  yang  dapatmenyebabkan  kesakitan  ringan  sampai  berat.  Di  Indonesia  Hepatitis  Asering  muncul  dalam  Kejadian  Luar  Biasa  (KLB).  Tahun  2014  tercatat  3Provinsi  dan  4  Kabupaten  terjadi  KLB  dengan  jumlah  penderita  282.Penyelidikan  epidemiologi  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  gambaranKLB  dan  mengidentif ikasi  faktor  risiko  KLB  Hepatitis  A  di  KabupatenTangerang tahun 2016. Desain studi yang digunakan dalam penelitian iniadalah desain kasus kontrol. Penyelidikan dilaksanakan pada bulan Maret2016 di Kabupaten Tengerang. Besar sampel yaitu 44 kasus dan kontrolsebanyak 95. Data yang dikumpulkan dalam penyelidikan ini berupa dataprimer  dan  sekunder.  Data  primer  meliputi  identif ikasi  responden  danfaktor  risik o  Hepatitis  A.  Penyelidikan  dilakukan  dengan  metodewawancar a  menggunakan  kuesioner  ter str uktur  ser ta  obser vasilingkungan.  Data  sekunder  diambil  berdasarkan  laporan  puskesmas,catatan dinas kesehatan Kabupaten Tangerang dan data demograf i. Datadianalisis dengan Stata menggunakan uji bivariate: Chi Square (X2) danmultivariate; regresi logistik. KLB terjadi pada bulan Februari-Maret 2016dengan kasus sebanyak 44, kasus terbanyak terjadi pada minggu ke-10pada bulan Maret 2016. KLB hepatitis A berdasarkan kelompok umur 6-10  tahun  sebesar 3  orang  (6.82%)  lebih  sedikit dibanding  umur 11-16tahun yaitu 41 orang (93.18%), KLB hepatitis A berdasarkan jenis kelaminlebih banyak pada perempuan yaitu 24 orang (54.55%) dibanding laki-laki yaitu 20 orang (45.45%) dengan OR 0.71 (CI95% 0.32-1.56). Faktorrisiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis BAB OR 7.90 (CI 95% 3.14 -19.88) dan jenis kantin yang digunakan  (Warung 2) OR2.92 (CI 95% 1.21 – 7.02). KLB hepatitis A terjadi karena berbagai faktorrisiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis bab dan jeniskantin yang digunakan (Warung 2). Selain itu PHBS penjamah makanankurang baik dan sanitasi lingkungan juga buruk. Upaya pencegahan bisadilakukan  melalui  perbaikan  sanitasi  sekolah  dan  penyuluhan  tentangPHBS dan imunisasi hepatitis A.

BAB I

Di Indonesia Hepatitis A sering muncul dalamKejadian  Luar  Biasa  (KLB).  Tahun  2010  tercatat  6  KLBdengan jumlah penderita 279, sedangkan tahun 2011tercatat  9  KLB,  jumlah  penderita  550.  Tahun  2012sampai  bulan  juni  telah  terjadi  4  KLB  dengan  jumlahpenderita  204. Telah  terjadi  KLB  Hepatitis  A  berdasarkanpenyataan Kepala Dinas Kabupaten Tangerang di salahsatu SMP Kabupaten Tangerang pada 18 Maret 2016.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risikoyang  berhubungan  dengan  Hepatitis  A  pada  KLBHepatitis A di Kabupaten Tangerang 2016.  Dilakukaninvestigasi  terhadap  KLB  tersebut  dengan  tujuanmenggambarkan  kasus  hepatitis  A  yang  terjadi  danidentif ikasi faktor risiko terjadinya KLB  tersebut.

Teknik Analisis

Analisis  data  dilakukan  dengan  analisis  bivariatdan  multivariat.  Analisis  bivariat  bertujuan  untukmenyeleksi  variabel  yang  akan  masuk  ke  analisismultivariat yang diduga sebagai karakteristik respondendan  faktor  risik o  kejadian  hepatitis  A  denganmenggunakan  uji  chi-square  (X2),  yang  selanjutnyaakan  dilakukan  analisis  multivariat  untuk  mengetahuibesar  pengaruh  beberapa  faktor  secara  simultanterhadap Hepatitis A dengan uji regresi logistik denganmenggunakansoftware  Stata  versi  12.  Variabel  yangdipilih  menjadi  kandidat  dalam  analisis  multivariatadalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,25 dalamanalisis bivariat.

CONTOH TESIS NO.2 STUDI KASUS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) CAMPAK DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

Abstrak

Hasil penelitian dengan wawancara diketahui pengetahuan ibu tentang campak sudah baik, pelaksanaan imunisasi campak sudah terlaksana namun capaian imunisasi masih kurang, pencegahan dan penanggulangan KLB campak dilakukan ibu balita dengan membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi campak dan pelaksanaan surveilans campak sudah baik, tetapi masih mengalami kendala yaitu jumlah petugas dan kondisi sarana jalan yang kurang mendukung.

BAB I

Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan Merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Immunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak di dunia, meskipun tersedia vaksin yang aman dan efektif. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Pada tahun 2013, sekitar 145.700 orang meninggal akibat campak, sekitar 400 orang kematian/hari atau 16 orang kematian/jam dan sebagian besar terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Sampai saat ini cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan immunisas. Immunisas campak berhasil menurunkan 15,6 jutaorang (75%) kematian akibat campak di seluruh dunia selama 13 tahun mulai tahun 2000-2013 (1).

Teknik Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan deskriptif kualitatif.

CONTOH TESIS NO.3 ANALISIS KEJADIAN LUAR BIASAHEPATITIS ADI SMA XKABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2018

Abstrak

Kejadian  Luar  Biasa(KLB)Hepatitis  Adilaporkan terjadi  oleh Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Lamongan  kepada  Balai Besar   Teknik   Kesehatan   Lingkungan   dan   Pengendalian   Penyakit Surabaya  pada  tanggal  16  Januari  2018yangditandaidenganadanya peningkatan  kasus  hepatitis A  di  Dusun  G  dan  S,  Kelurahan  B. Salah satu  penderitaawaladalah  siswa SMA  X.Tujuan:Penelitian ini bertujuan   untuk   mengidentifikasi   karakteristik epidemiologi KLB Hepatitis  A  yang  terjadi  di  lingkungan  SMA  Xdan  gambaran  faktor risikonya. Metode:Penyelidikan dilaksanakan  secara observasionaldengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengumpulan data melalui wawancara  terstruktur, pengujian  antibodi  hepatitis  A  padasampel darah, observasi lingkungan,   dan pengujian sampel   air,   dengan penentuan  responden secara purposive. Hasil: KLB hepatitis  Adi SMA X Kabupaten Lamongan berlangsung mulai dari November 2017 hingga  Januari  2018,dengan  sasaran kelompok siswa sebanyak  33 orang.   Bentuk   kurva   epidemi cenderung common sourceyang berkepanjangan. Faktor  risiko  yakni  riwayat  kontak  dengan  penderita, kebiasaan makan bersama disatu  tempat,  saling  tukar dan  pemakaian bersama alat  makan,tidak memiliki  kebiasaan Cuci  Tangan  Pakai Sabun  (CTPS) pada  siswa  dan  penjamah  makanan, tidak  tersedianyafasilitascuci tangan, pengaplikasian sanitasi dan higiene makanan oleh penjamah  makanan  yang  kurang, sertakondisi  penempatan sumursumber  airyang  kurang  memadai. Kesimpulan: KLBhepatitis  A terjadi  secara  berkepanjangan  dengan  faktor  risiko  terpenting  yaitu kurangnya personal hygienedan sanitasi sumber air.

BAB I

Penyelidikan Epidemiologi (PE) pun dilakukan   oleh   petugas   surveilans puskesmas dibantu  dengan  pihak  dinas  kesehatan,  sekaligusmelaksanakan  pengujian  beberapa  sampel  yakni  3 sumber air sumur bor Dusun G, Kelurahan B dan 1 sumber   air   bersih   milik   warga   pribadi.   Hasil menunjukkan  seluruh  kualitas  air  tersebut  tidak memenuhi   syarat   secara   bakteriologis   (>   1600 bakteri  koliform/  100  ml  sampel).  Hasil  pengujian pada  makanan  yang  paling  banyak  dikonsumsi kasus  yaitu  memenuhi  syarat  untuk  pempek  (< 1x104koloni per gram) dan tidak memenuhi syarat untuk  kecambah  mentah  (>  103koloni  ALT  per gram)   dan   tahu   bacem   (>104 koloni   ALT   per gram).  Penderita  pertama  di  awal  periode  KLB  di Dusun  G,  Kelurahan  Bmerupakan  siswa  SMA  X, sehingga   pengujian   kualitas   sumber   air   juga dilakukan  di  sekolah  tersebut,  dengan  hasil  tidak memenuhi   syarat   secara   bakteriologis   (>   1600 bakteri koliform/ 100 ml sampel).

Teknik Analisis

Hasil observasi lingkungan meliputi kondisi   lingkungan   kantin, toilet  sekolah,  keberadaan  fasilitas  sanitasi,  dan aktivitas   sosial   di   kantin   sekolah, sertahasil pemeriksaan  PCR pada  sumber  air  bersih. Data yang telah didapatkan   kemudian  dianalisis dan dipaparkan secara   deskriptif   meliputi   gambaran epidemiologi KLB hepatitis  A  (orang, tempat, dan waktu)  untuk  mendapatkan  karakteristik  KLB dan faktor risiko penularan.

CONTOH TESIS NO.4 GAMBARAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) ANTRAKS YANG TERJADI DI DESA KARANGMOJO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUN 2011

Abstrak

Antraks merupakan penyakit zoonosis yang perlu ditangani secara strategis karena berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Pada tahun 2011 ditemukan KLB antraks pada manusia di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali. KLB antraks kemudian akan diatasi melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terjadi di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali pada tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini terbagi dua yaitu subyek penelitian utama dan triangulasi. Subyek penelitian utama dipilih berdasarkan metode purposive sample yaitu petugas surveilans yang berada di Puskesmas Klego II, Dinas Kesehatan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali yaitu 5 petugas dan subyek penelitian triangulasi 2 orang. Hasil penelitian ini adalah keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi disebabkan oleh transportasi dan SDM yang kurang memadai, kesalahan diagnosa penyakit oleh Dinas Kesehatan, dan kendala dalam proses peminjaman sarana pengambilan sampel. Kendala dalam pelaksanaan epidemiologi adalah kurangnya SDM, tidak adanya transportasi yang tersedia selama 24 jam, dan tidak adanya sarana pengambilan sampel di Dinas Kesehatan. Vaksinasi tidak pernah dilaksanakan sebelum KLB terjadi di desa Karangmojo dan dilaksanakan setelah KLB terjadi oleh Dinas Peternakan. Disinfeksi dilaksanakan di seluruh lingkungan desa Karangmojo kecuali pada sungai. Dapat disimpulkan bahwa penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan KLB antraks telah dilaksanakan sesuai dengan tata laksana namun terjadi keterlambatan. Saran bagi Puskesmas Klego agar selalu menghimbau masyarakat untuk segera melaporkan hewan sakit agar mencegah terjadinya KLB antraks kembali.

BAB I

KLB antraks adalah terjadinya satu kasus baru antraks atau lebih pada manusia dengan sebagian kasus menunjukkan tandatanda patogomonik atau adanya bukti laboratorium. Apabila ditemukan kriteria-kriteria tersebut maka kemudian akan dilaksanakan suatu kegiatan penyelidikan epidemiologi.5 Kegiatan penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh puskesmas, Dinas Kesehatan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan. Dari hasil penyelidikan epidemiologi tersebut kemudian akan dilakukan penanggulangan kasus berupa kegiatan vaksinasi, disinfeksi dan pencegahan dengan menambah pengetahuan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan petugas.

Teknik Penelitian

Data penelitian dianalisis dengan menyajikan dalam bentuk matriks hasil wawancara mendalam yang kemudian diambil hal-hal pokoknya dan diambil kesimpulan.

CONTOH TESIS NO.5 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DBD BERDASARKAN TIME, PLACE, PERSON DI PUSKESMAS BOYOLALI 1 (2011-2013)

Abstrak

Salah satu penyakit potensial wabah yang selalu berkembang di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue. Oleh Angka kejadian Demam Berdarah lebih tinggi, yaitu sebanyak 497 kabupaten terserang DBD di 2012. Jumlah penderita sekitar 90.245 dan yang meninggal sekitar 816 orang. Kabupaten Boyolali adalah salah satunya Daerah endemik Demam Berdarah Dengue di Jawa Tengah menurut angka kejadiannya pada tahun 2005 sekitar 140 kasus. Dilaporkan dari 19 kabupaten dan selalu meningkat sekitar 1,5% setahun. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan waktu, tempat, dan orang penderita Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Boyolali 1. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan data sekunder dari SIMPUS Puskesmas. Berdasarkan variabel waktu, Demam Berdarah Dengue terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni dengan curah hujan setiap bulan adalah 468,5 Mm-20 Hh, 232,5 Mm-11 Hh, 5,5 Mm-2 Hh. Untuk Variabel tempat, kasus Demam Berdarah Dengue terbanyak terjadi di Desa Karanggeneng oleh pihak ketinggian sekitar 430 meter di permukaan dan curah hujan 150 – 200 mm / tahun. Namun, variabel Orang penderita Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Boyolali 1 dibuang ke perempuan (67%).

BAB I

Kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia masih cukup menjadi perhatian dunia kesehatan. Hal ini dikarenakan oleh tingginya angka KLB menjadi salah satu indikator kesuksesan upaya preventif bidang kesehatan dalam bidang surveillans epidemiologi. Apabila KLB terjadi di suatu daerah, maka tim surveillans epidemiologi harus cepat melaksanakan penyelidikan epidemiologi (PE) guna untuk mencegah distribusi penyakit.

Teknik Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mengetahui KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan penanggulangan KLB di Kabupaten Tangerang; dan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta kendalanya.

CONTOH TESIS NO.6 KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN TANGERANG

Abstrak

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Permasalahannya, berbagai kebijakan pusat maupun daerah telah dibuat untuk merespons KLB tersebut, namun belum efektif menekan laju prevalensi penyakit DBD. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mengetahui KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan penanggulangan KLB di Kabupaten Tangerang; dan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta kendalanya. Dari tahun 2013 hingga 2015, tercatat sebanyak 373, 412, dan 371 kasus DBD. Jumlah tersebut mengalami peningkatan drastis pada tahun 2016 menjadi 1.253 kasus DBD dengan kejadian meninggal sebanyak 22 orang. Peningkatan yang drastis tersebut membuat Kabupaten Tangerang dinyatakan dengan status KLB oleh Menteri Kesehatan. Upaya penanggulangan difokuskan pada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, penyelidikan epidemiologi, fogging, dan penanganan penderita DBD. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala seperti kurangnya epidemiolog kesehatan di tingkat puskesmas dan kedinasan setempat. Hal ini berdampak pada belum maksimal pelaksanaan kegiatan penyelidikan epidemiologi dalam mendeteksi KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang. Selain itu, upaya penanggulangan KLB DBD terhambat oleh kesadaran masyarakat yang  belum mengutamakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dibanding upaya fogging.

BAB I

Penyebaran penyakit DBD hingga menjadi KLB sangat terkait dengan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Keberadaan vektor nyamuk di tempat perindukan di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, dan lainnya juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan sehingga pemberantasan dilakukan melalui pendekatan perubahan perilaku, kebersihan lingkungan dan pemberantasan tempat perindukan nyamuk. Ketika sudah ada penderita DBD di tengah masyarakat, biasanya permintaan dilakukannya fogging atau pengasapan akan meningkat. Pemerintah telah menyatakan penyakit DBD sebagai salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah atau KLB. Hal ini sebagaimana tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mengetahui KLB penyakit DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan penanggulangan KLB di Kabupaten Tangerang; dan pelaksanaan kebijakan tersebut beserta kendalanya.

CONTOH TESIS NO.7 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA LEDAKAN KASUS MALARIA DI KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA PADA TAHUN 1998

Abstrak

Pada tahun 1998, kecamatan Cineam di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami Kejadian Luar  Biasa (KLB) malaria dengan jumlah kasus  mencapai 800 kasus sehingga Pusat Kesehatan Masyarakat  (PUSKESMAS)  kecamatan  Cineam berada  pada  stratifikasi High  Case  Incidence(HCI). Kondisi berbeda terjadi pada tahun 2009 dan 2010 dimana jumlah kasus yang terjadi adalah 15  dan  6  kasus,  secara  berurutan.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  melakukan  analisis  terhadap faktor-faktor yang menyebabkan KLB malaria tahun 1998. Metoda pengambilan data dengan (1) pencuplikan nyamuk Anophelesmenggunakan CO2Trapdi 5 dari 10 desa pada kecamatan Cineam untuk mengetahui populasi nisbi dari nyamuk vektor malaria dan (2) wawancara dengan petugas pemberantasan  penyakit  menular  (P2M)  yang  bertugas  pada  PUSKESMAS  kecamatan  Cineam saat KLB pada tahun 1998. Hasil  yang diperoleh pada penelitian ini, dari 320 individu nyamuk Anophelesyang  ditangkap,  terdapat  empat  jenis  nyamuk Anopheles dengan  tingkat  dominansi, Anopheles vagus(33,13%), Anopheles aconitus(28,75%), Anopheles barbirostris(23,75%), dan Anopheles kochi(14,38%) dimana hanya An. aconitusdan An. barbirostris yang merupakan vektor malaria. Keberadaan nyamuk Anophelesini didukung oleh faktor klimat serta keadaan lingkungan setempat  yang  menyediakan feeding  place, resting  place,  dan breeding  sitebagi  nyamuk Anopheles. Walaupun demikian, keberadaan populasi nyamuk Anophelesbukan merupakan faktor utama penyebab KLB malaria, melainkan rendahnya pemahaman masyarakat pada penyakit ini. Hal  ini  ditunjukkan  oleh  rendahnya  tingkat  prevalensi  malaria  yang  sangat  rendah (Low  Case Incidence) yaitu pada tahun 2009 dan 2010 (sebesar 0,44‰ dan 0,18‰ secara berurutan) setelah dilakukan penanggulangan penyebaran malaria dalam bentuk penyuluhan pada warga sejak KLB pada tahun 1998.

BAB I

Pada   penelitian   yang   telah   kami lakukan, titik berat dari pembahasan adalah faktor-faktor   apa   yang   menjadi   pemicu KLB  malaria  dengan  mengambil  daerah sampling Kecamatan Cineam, Tasikmalaya berdasarkan model Gordon yang menjelaskan     hubungan     antara     inang (manusia), agen (nyamuk), dan lingkungan dalam penyebaran penyakit (Gordon, 1954; Soemirat, 2005).

Teknik Analisis

Data populasi nyamuk yang diperoleh    dikorelasikan    dengan    faktor lingkungan untuk melihat pengaruh lingkungan  dalam  menunjang  kesintasan nyamuk Anopheles khususnya spesies yang diketahui    sebagai    vektor    serta    respon individu   dengan   analisis   menggunakan metode    Redundancy    Analysis    (RDA).

CONTOH TESIS NO.8 TANTANGAN DALAM PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT HEPATITIS A DI PACITAN

Abstrak

Menjelang Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Juli, Indonesia masih menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Hingga pertengahan Juli 2019 jumlah kasus mencapai 1.102 orang. Hepatitis A merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh hygiene sanitasi serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tulisan ini mengkaji tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan KLB hepatitis A. Beberapa tantangan antara lain pencarian sumber virus secara komprehensif, vaksinasi hepatitis A yang belum menjadi program wajib pemerintah, bencana kekeringan serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait PHBS. Dalam menghadapi tantangan tersebut perlu melibatkan berbagai stakeholder dan institusi serta partisipasi masyarakat. Di sisi lain, perlu adanya muatan materi terkait promosi kesehatan yang meliputi advokasi, dukungan sosial serta pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan wabah penyakit menular yang diatur dalam revisi Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular yang sudah masuk ke dalam prolegnas prioritas tahun 2019.

BAB I

Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan KLB hepatitis A sejak 25 Juni 2019. Penetapan tersebut dikarenakan jumlah kasus semakin bertambah dan jumlahnya lebih dari dua kali dari rata-rata jumlah kejadian normal. Hingga pertengahan Juli 2019, jumlah kasus hepatitis A mencapai 1.102 orang. Jumlah tersebut tersebar di sembilan kecamatan di antaranya Sudimoro (583), Sukorejo (116), Ngadirojo (192), Wonokarto (63), Tulakan (73), Bubakan (29), Arjosari (34), Tegalombo (6) dan Ketrowonoyo (6) (cnnindonesia. com, 9 Juli 2019; Media Indonesia, 2 Juli 2019).

Teknik Analisis

Tulisan ini mengkaji tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan KLB hepatitis A. Beberapa tantangan antara lain pencarian sumber virus secara komprehensif, vaksinasi hepatitis A yang belum menjadi program wajib pemerintah, bencana kekeringan serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait PHBS.

CONTOH TESIS NO.9 LAPORAN KASUS KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS DI MAGETAN, JAWA TIMUR

Abstrak

Pasien  perempuan  berusia  40  tahun  datang  ke Puskesmas Panekan, Magetan, Jawa Timur dengan keluhan demam sejak 6 hari sebelumnya disertai dengan mual, muntah, nyeri di perut sebelah kanan, nyeri pada  kedua  betis,  sesak  nafas,  dan skleraberubah  menjadi  berwarna  kuning. Pasien  menjalani  rawat  inap  di  Puskesmas.  Dari  hasil  pemeriksaan  darah  dan urin, diperoleh leukositosis, peningkatan SGOT,SGPT, alkalin phosphatase, BUN, kreatinin, serta terdapat proteinuria dan hematuria. Pada hari kedua rawat inap, pasien mengeluh pandangan menjadi kabur, demam semakin meningkat, buang air  kecil  semakin  sedikit,disertai  rasa  nyeri,  dan  berwarna  kuning  kemerahan. Pasien dirujuk ke rumah sakit umum daerah, tetapi pasien meninggal pada hari kesembilan  dari  onset  penyakit  dan rapid  diagnostic  test(RDT)  belum  sempat dilakukan. Kasus  initermasuk  dalam  kasus probableleptospirosis. Meskipun belum  sempat  dilakukan  pemeriksaan  RDT,  Dinas  Kesehatan  Magetan  sepakat menyatakan  kasus  ini  sebagai  kasus  KLB  oleh  karena  hingga  menimbulkan kematian.

BAB I

Leptospirosis  merupakan  penyakit  zoonosis  yang  disebab-kan oleh bakteri Leptospira  sp.Lepstospirosis banyak dijumpai di negara tropis dan  negara  berkembang,  termasuk  Indonesia.  Timbulnya  atau  meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus  pada  terjadinya  wabah  disebut  sebagai  kejadian  luar  biasa  (KLB).Selama ini belum pernah terdapat kasus leptospirosis yang dijumpai di Magetan,Jawa Timur.

CONTOH TESIS NO.10 TIM ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

Abstrak

Adapun hasil penelitian ini yaitu 1. Wabah seperti flu burung, belum dapat ditanggulangi secara menyeluruh terbukti dengan masih adanya korban yang terus dibawa kerumah sakit. Persoalan wabah tidak hanya menjadi persoalan Indonesia tetapi merupakan persoalan Dunia karena penyebarannya tidak mengenal batas-batas Negara. Oleh karena itu, pencegahan dan penanggulangannya harus dilakukan bersama-sama dan saling membantu. 2. Dengan era otonomi daerah, propinsi atau kota/kabupaten diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengelola urusan kesehatan, termasuk dalam mencegah dan menanggulangi wabah daerah tidak dapat lagi bertumpu pada kemampuan pemerintah pusat semata mengingat penyebaran wabah tidak mengenal batas-batas daerah, maka antara daerah harus saling bekerja sama dalam mencegah dan menanggulangi wabah. 3. Dari sudut peraturan perundang-undangan, sudah ada instrument yang mengatur tentang wabah yaitu undang-undang nomor 4/1984 tentang wabah serta peraturan pelaksanaannya. Sesuai dengan dinamika perkembangan zaman, undang-undang tersebut sudah tidak memadai lagi karena telah terjadi berbagai perubahan seperti sistem pemerintahan, mekanisme penanggulangan wabah dan beberapa terminologi yang ada dalam undang-undang tersebut sudah tidak sesuai lagi.

BAB I

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit menular di suatu wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat heboh masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini disebut dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang masyarakat luas dalam waktu singkat yang diakibatkan oleh penyakit menular.

Teknik Analisis

Menggunakan metode analisis terhadap UU No. 4 Tahun 1984 dan peraturan yang terkait yang diuraikan secara deskriptif

CONTOH TESIS NO.11 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI DIKABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

Abstrak

Difteri merupakan penyakitmenular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.  Kasus  difteri  di  Kabupaten  Blitar  cenderung  meningkat  dari  tahun  ke tahun.  Jumlah  kasus  tahun  2011  sebanyak  15  kasus,  tahun  2012  sebanyak  23  kasus,  tahun  2013  sebanyak  17 kasus,  tahun  2014  sebanyak  21  kasus,  dan  tahun  2015  sebanyak  38kasus  dengan  jumlah  kasus  tertinggi  di kecamatan  Kanigoro  sebanyak  9  kasus. Tujuan  penyelidikan  epidemiologi  adalah mengetahui  besar  masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.Jenis   penelitian   adalah   deskriptif   kualitatif.   Informan   utama   penelitian  adalah   petugas   kesehatan   yang menangani  KLB  difteri  baik  di  Dinas  Kesehatan  maupun  Puskesmas.  Informan  triangulasi  penelitian  adalah bidan  desa,  kepala  desa,  ketua PKK,  dan  penderita  atau  keluarga  penderita.  Data  dikumpulkan  dengan  cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi. Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri. Penelitian   ini   merekomendasikan   Dinas   Kesehatan   untuk   membuat   pola   pengawasan   kontak   erat   dan memberikan  pelatihan  manajemen  cold  chain.  Bagi  Puskesmas  diharapkan  melakukan  pengawasan  terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.

BAB I

Kabupaten   Blitar   merupakan   salah satu daerah di Jawa Timur dengan kasus difteri yang  tinggi.  Kasus  difteri  di  Kabupaten  Blitar cenderung    meningkat   sampai   tahun   2015dimana  pada  tahun  2011  sebanyak  15  kasus, tahun  2012  sebanyak  23  kasus,  tahun  2013 sebanyak  17  kasus,  tahun  2014  sebanyak  21 kasus,   dan   tahun   2015   sebanyak   38kasus dengan  jumlah  kasus  tertinggi  di  kecamatan Kanigoro    sebanyak    9    kasus.    Kecamatan Kanigoro  merupakan kecamatan dengan  kasus KLB  tertinggi  dalam  3  tahun  terakhir  serta jumlah   kasus  difteri  terus  meningkat,  yaitu tahun   2013   sebanyak   5   kasus,   tahun   2014 sebanyak 6  kasus, dan tahun 2015 sebanyak 9 kasus   (Dinas   Kesehatan   Kabupaten   Blitar, 2015).

Teknik Analisis

Penelitian   ini   merupakan   penelitian kualitatif   yang   disajikan   secara   deskriptif eksploratif.  Pengumpulan  data  menggunakan pendekatan cross sectionalmelalui wawancara mendalam  menggunakan pedoman  wawancara kepada   6   informan   utama   dan   8   informan triangulasi.

CONTOH TESIS NO.12 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KERACUNAN MAKANAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Abstrak

Jumlah penderita pada KLB yang terjadi mencapai 79 orang tanpa ada kematian. Gejala utama yang ditemukan adalah diare, lemah, pusing, mual, demam, menggigil, kejang perut, muntah, berkeringat, dan nyeri perut. Jumlah penduduk laki-laki 37 orang (46,84%), dengan attack rate 52,11%, sedangkan jumlah penderita perempuan 42 orang (53,16%) dengan attack rate 56,00%. Attack rate tertinggi terjadi pada kelompok umur 5160 tahun, yaitu 66,67%. Makanan dengan attack rate tertinggi adalah gulai kambing (85,87%). Makanan yang merupakan faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian keracunan makanan di Desa Kepek adalah gulai kambing dengan OR= 159,923 (95%CI: 34,670 737,673).

BAB I

Di Indonesia sepanjang bulan Januari hingga Maret 2017 terdokumentasi 23 insiden dan 893 orang yang mengalami keracunan makanan, dengan korban meninggal dunia sebanyak 8 jiwa 4. Telah terjadi peningkatan kasus yang diduga keracunan makanan di Desa Kepek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Gejala utama yang muncul adalah diare, nyeri perut, mual, dan pusing dalam waktu berselang beberapa jam setelah menyantap makanan dari acara aqiqah tempat Ibu M.

Teknik Penelitian

Investigasi KLB keracunan makanan di Desa Kepek Kecamatan Wonosari dilakukan dengan desain case control. Studi analitik ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis makanan yang diduga sebagai penyebab terjadinya keracunan di Desa Kepek. Pada case control faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif.

CONTOH TESIS NO.13 Penyelidikan Epidemiologi dan Entomologi Kejadian Luar Biasa Demam Dengue di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Indonesia, 2016

Abstrak

Infeksi  dengue hingga  saat  ini merupakan salah  satu masalah  kesehatan  masyarakatutama di  Sumatera  Utara,  Indonesia.Dilaporkan terjadi KLB  DBD di  Kecamatan  Teluk  Dalam,  Kabupaten  Nias  Selatan,  Sumatera  UtarapadaFebruari  2016. Penyelidikan  epidemiologi  untuk  identifikasi  faktor  risiko  dan  rekomendasi  pencegahanmenjadi  penting  dilakukan.  Studi observasional  dengan  desain matched case-controlKasus  adalahindividuyang  tinggal  di Kecamatan Teluk  Dalam  yang mengalami dua  atau  lebih  gejala  klinis utama demam,  sakit  kepala,  nyeri  belakang  bola  mata,  nyeri  otot  dan  persendian, dan  bintik  merah  dari  tanggal 14 Februari-16Maret2016. Sebanyak  6sampel  darah dilakukan konfirmasi  diagnosa  dan identifikasi serotypevirus dengue.Total 136 sampel (68 kasus dan 68 kontrol).Case fatality ratesebesar 2,9%padausia < 1 thn median25 tahun). Hasil  serotype  ditemukan  DEN-3 serotype. Analisis multivariat,  tidak  melakukan (PSN)secara  rutin (adjusted odds ratio=3,7, 95%CI=1,48-9,46) dan kebiasaan menggantung pakaian yang sudah dipakai (adjusted odds ratio=2,9,  95%CI=1,21-6,96) menjadi faktor  risikodominan. Direkomendasikan pelaksanakan  PSN  rutin, tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, dan evaluasi dan respon data surveilans epidemiologi berkesinambungan.

BAB I

Demam   dengue   (DD)   merupakan   penyakit   yang disebabkan   oleh   virus   yang   terdiri   dari   empat serotypeyaitu (DEN-1,  DEN-2,  DEN-3andDEN-4) dan  dapat  menular melalui  gigitan  nyamuk Aedesaegypti.1,2Gejala  penyakit  biasanya  muncul  di  hari ke 4-10 setelah   nyamuk yang   mengandung   virus dengue menggigitdan  berlangsung  selama 2-7 hari.2Bila   terinfeksi   oleh   salah   satu serotypedapat menimbulkan   kekebalan   seumur   hidup   terhadap serotypetersebut, namun tidak terhadap infeksi oleh serotypeyang lain.

Teknik Analisis

Hasil    analisis    multivariat    menunjukkan    bahwa variabel tidak melaksanakan PSN secara rutin(adjustedOR  =  3,7,  95%  CI  =  1,48-9,46) dan kebiasaan menggantung pakaian yang sudah dipakai(adjustedOR  =  2.9,  95%  CI  =  1,21-6,96)  menjadi faktor  risiko  yang  paling  berhubungan  dengan  KLB demam dengue.

CONTOH TESIS NO.14 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI DI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

Abstrak

Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38 kasus dengan jumlah kasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah mengetahui besar masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Informan utama penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani KLB difteri baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Informan triangulasi penelitian adalah bidan desa, kepala desa, ketua PKK, dan penderita atau keluarga penderita. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi.

Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri.

 

Penelitian ini merekomendasikan Dinas Kesehatan untuk membuat pola pengawasan kontak erat dan memberikan pelatihan manajemen cold chain. Bagi Puskesmas diharapkan melakukan pengawasan terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.

BAB I

Kabupaten   Blitar   merupakan   salah satu daerah di Jawa Timur dengan kasus difteri yang  tinggi.  Kasus  difteri  di  Kabupaten  Blitar cenderung    meningkat   sampai   tahun   2015 dimana  pada  tahun  2011  sebanyak  15  kasus, tahun  2012  sebanyak  23  kasus,  tahun  2013 sebanyak  17  kasus,  tahun  2014  sebanyak  21 kasus,   dan   tahun   2015   sebanyak   38   kasus dengan  jumlah  kasus  tertinggi  di  kecamatan Kanigoro    sebanyak    9    kasus.    Kecamatan Kanigoro  merupakan kecamatan dengan  kasus KLB  tertinggi  dalam  3  tahun  terakhir  serta jumlah   kasus  difteri  terus   meningkat,  yaitu tahun   2013   sebanyak   5   kasus,   tahun   2014 sebanyak 6  kasus, dan tahun 2015 sebanyak 9 kasus   (Dinas   Kesehatan   Kabupaten   Blitar, 2015)

Teknik Analisis

Penelitian   ini   merupakan   penelitian kualitatif   yang   disajikan   secara   deskriptif eksploratif.  Pengumpulan  data  menggunakan pendekatan cross sectionalmelalui wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara kepada   6   informan   utama   dan   8   informan triangulasi

CONTOH TESIS NO.15 INVESTIGASI PENYEBAB KEJADIAN LUAR BIASA KOLERA DI JEMBER TERKAIT CEMARAN SUMBER AIR

Abstrak

Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium  diphtheriae.  Kasus  difteri  di  Kabupaten  Blitar  cenderung  meningkat  dari  tahun  ke tahun.  Jumlah  kasus  tahun  2011  sebanyak  15  kasus,  tahun  2012  sebanyak  23  kasus,  tahun  2013  sebanyak  17 kasus,  tahun  2014  sebanyak  21  kasus,  dan  tahun  2015  sebanyak  38  kasus  dengan  jumlahkasus  tertinggi  di kecamatan  Kanigoro  sebanyak  9  kasus.  Tujuan  penyelidikan  epidemiologi  adalah  mengetahui  besar  masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.Jenis   penelitian   adalah   deskriptif   kualitatif.   Informan   utama   penelitian  adalah   petugas   kesehatan   yang menangani  KLB  difteri  baik  di  Dinas  Kesehatan  maupun  Puskesmas.  Informan  triangulasi  penelitian  adalah bidan  desa,  kepala  desa,  ketua  PKK,  dan  penderita  atau  keluarga  penderita.  Data  dikumpulkan  dengan  cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi.Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri.Penelitian   ini   merekomendasikan   Dinas   Kesehatan   untuk   membuat   pola   pengawasan   kontak   erat   dan memberikan  pelatihan  manajemen  cold  chain.  Bagi  Puskesmas  diharapkan  melakukan  pengawasan  terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.

BAB I

Penyakit  diare  merupakan  penyebab kematian  pada  balita  tertinggi  kedua  di dunia,  dan  terjadi  1,5  juta  kematian  per tahun,  dengan  insiden  sebesar  2  milyar per tahun. Di negara belum berkembang,  anak  berusia  dibawah  3 tahun  dapat  mengalami  episode  diare tiga kali dalam satu tahun.

Metode Peneltian

Pengambilan sampel dilakukan secara    potong    lintang    pada    bulan September  2010,  sebanyak  32  sampel  usap  dubur  di  ambil  secara consecutive sampling

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?