Gambaran dari Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB)
Definisi Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah penyakit. Istilah “KLB” dengan “wabah” sering tertukar dipakai oleh masyarakat, tetapi istilah “wabah” digunakan untuk kondisi yang lebih parah dan luas. Istilah KLB dapat dikatakan sebagai peringatan sebelum terjadinya wabah.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Faktor-faktor Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB)
- Herd Immunity Yang Rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit. Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
- Proporsi penduduk yang kebal,
- Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
- Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa menghindarkan terjadinya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal (26).
- Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
- Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
- Tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll.
Contoh Tesis tentang Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB)
Contoh Tesis 1 : Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang Kota Semarang)
Hasil: Penelitian ini menemukan adanya wabah chikungunya di Desa Bulusan, Kecamatan Tembalang, Semarang. Pengetahuan anggota komunitas dalam mencegah dan pengendalian penyakit masih kurang. Begitu pula dengan praktik mereka dalam membasmi nyamuk tempat penangkaran juga menunjukkan kualitas yang buruk. Lingkungan yang tidak mendukung seperti keberadaannya vegetasi yang menyebabkan suhu lembab juga mempengaruhi terjadinya chikungunya wabah di masyarakat.
Contoh Tesis 2 : GAMBARAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) ANTRAKS YANG TERJADI DI DESA KARANGMOJO KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUN 2011
Antraks merupakan penyakit zoonosis yang perlu ditangani secara strategis karena berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Pada tahun 2011 ditemukan KLB antraks pada manusia di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali. KLB antraks kemudian akan diatasi melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terjadi di desa Karangmojo Kabupaten Boyolali pada tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini terbagi dua yaitu subyek penelitian utama dan triangulasi. Subyek penelitian utama dipilih berdasarkan metode purposive sample yaitu petugas surveilans yang berada di Puskesmas Klego II, Dinas Kesehatan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali yaitu 5 petugas dan subyek penelitian triangulasi 2 orang. Hasil penelitian ini adalah keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi disebabkan oleh transportasi dan SDM yang kurang memadai, kesalahan diagnosa penyakit oleh Dinas Kesehatan, dan kendala dalam proses peminjaman sarana pengambilan sampel. Kendala dalam pelaksanaan epidemiologi adalah kurangnya SDM, tidak adanya transportasi yang tersedia selama 24 jam, dan tidak adanya sarana pengambilan sampel di Dinas Kesehatan. Vaksinasi tidak pernah dilaksanakan sebelum KLB terjadi di desa Karangmojo dan dilaksanakan setelah KLB terjadi oleh Dinas Peternakan. Disinfeksi dilaksanakan di seluruh lingkungan desa Karangmojo kecuali pada sungai. Dapat disimpulkan bahwa penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan KLB antraks telah dilaksanakan sesuai dengan tata laksana namun terjadi keterlambatan. Saran bagi Puskesmas Klego agar selalu menghimbau masyarakat untuk segera melaporkan hewan sakit agar mencegah terjadinya KLB antraks kembali.
Contoh Tesis 3 : Kebijakan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang dinyatakan sebagai wabah Demam Berdarah Dengue (DBD). Beberapa kebijakan telah dibuat untuk merespon wabah ini namun belum efektif dalam menurunkan angka prevalensi DBD. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk mengetahui lebih jauh tentang KLB DBD di Kabupaten Tangerang; kebijakan pengendalian KLB DBD dan pelaksanaan kebijakan tersebut dengan kendala-kendala. Dari tahun 2013 hingga 2015 terdapat 373, 412 dan 371 kasus DBD. Pada tahun 2016 terdapat 1.253 kasus DBD dengan 22 kematian. Kenaikan drastis tersebut membuat Kabupaten Tangerang berstatus KLB DBD oleh Menteri Kesehatan. Implementasi kebijakan DBD difokuskan pada kegiatan pengendalian nyamuk, investigasi epidemiologi, fogging, dan penanganan pasien DBD. Terdapat beberapa kendala antara lain kurangnya tenaga ahli epidemiologi kesehatan di puskesmas dan petugas kesehatan setempat. Hal ini berdampak pada pelaksanaan kegiatan surveilans dan epidemiologi dalam mendeteksi KLB DBD di Kabupaten Tangerang. Selain itu, upaya pemberantasan wabah DBD terhambat oleh kesadaran masyarakat yang tidak memprioritaskan kegiatan pengendalian nyamuk daripada fogging.
Contoh Tesis 4 : ANALISIS KEJADIAN LUAR BIASA HEPATITIS A DI SMA X KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2018
Hasil: KLB hepatitis A di SMA X Kabupaten Lamongan berlangsung mulai dari November 2017 hingga Januari 2018, dengan sasaran kelompok siswa sebanyak 33 orang. Bentuk kurva epidemi cenderung common source yang berkepanjangan. Faktor risiko yakni riwayat kontak dengan penderita, kebiasaan makan bersama di satu tempat, saling tukar dan pemakaian bersama alat makan, tidak memiliki kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada siswa dan penjamah makanan, tidak tersedianya fasilitas cuci tangan, pengaplikasian sanitasi dan higiene makanan oleh penjamah makanan yang kurang, serta kondisi penempatan sumur sumber air yang kurang memadai. Kesimpulan: KLB hepatitis A terjadi secara berkepanjangan dengan faktor risiko terpenting yaitu kurangnya personal hygiene dan sanitasi sumber air.
Contoh Tesis 5 : PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI DI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015
Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kasus difteri di Kabupaten Blitar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 17 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 38 kasus dengan jumlah kasus tertinggi di kecamatan Kanigoro sebanyak 9 kasus. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah mengetahui besar masalah KLB difteri dan faktor risiko yang mempengaruhinya.
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Informan utama penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani KLB difteri baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Informan triangulasi penelitian adalah bidan desa, kepala desa, ketua PKK, dan penderita atau keluarga penderita. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan observasi, dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi.
Hasilnya adalah 95,55% kasus difteri terjadi pada kelompok umur ? 15 tahun dan 91% jumlah kasus difteri dialami oleh masyarakat yang mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang difteri juga merupakan faktor risiko penularan difteri.
Penelitian ini merekomendasikan Dinas Kesehatan untuk membuat pola pengawasan kontak erat dan memberikan pelatihan manajemen cold chain. Bagi Puskesmas diharapkan melakukan pengawasan terhadap kontak erat dan meningkatkan cakupan penyuluhan.
Contoh Tesis 6 : KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DBD BERDASARKAN TIME, PLACE, PERSON DI PUSKESMAS BOYOLALI 1 (2011-2013)
Salah satu penyakit potensial wabah yang selalu berkembang di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue. Oleh Angka kejadian Demam Berdarah Dengue semakin tinggi, yaitu sebanyak 497 kabupaten terserang Demam Berdarah di Jakarta 2012. Jumlah penderita sekitar 90.245 dan yang meninggal sekitar 816 orang. Kabupaten Boyolali adalah salah satunya Daerah endemik Demam Berdarah Dengue di Jawa Tengah menurut angka kejadiannya tahun 2005 kira-kira 140 kasus. Itu dilaporkan dari 19 kabupaten dan selalu meningkat sekitar 1,5% setahun. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan waktu, tempat, dan orang penderita Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Boyolali 1. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan data sekunder dari SIMPUS Puskesmas. Berdasarkan variabel waktu, Demam Berdarah Dengue terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni dengan curah hujan setiap bulan adalah 468,5 Mm-20 Hh, 232,5 Mm-11 Hh, 5,5 Mm-2 Hh. Untuk Variabel tempat, kasus Demam Berdarah Dengue terbanyak terjadi di Desa Karanggeneng oleh pihak tingginya sekitar 430 meter di permukaan dan curah hujan 150 – 200 mm / tahun. Namun, variabel Orang penderita Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Boyolali 1 dibuang ke perempuan (67%).
Contoh Tesis 7 : LAPORAN KASUS KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS DI MAGETAN, JAWA TIMUR
Pendahuluan: Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Lepstospirosis banyak dijumpai di negara tropis dan negara berkembang, termasuk Indonesia. Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Selama ini belum pernah terdapat kasus leptospirosis yang dijumpai di Magetan, Jawa Timur. Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan untuk menjabarkan kronologi KLB leptospirosis di Magetan, Jawa Timur. Hasil dan Pembahasan: Pasien perempuan berusia 40 tahun datang ke Puskesmas Panekan, Magetan, Jawa Timur dengan keluhan demam sejak 6 hari sebelumnya disertai dengan mual, muntah, nyeri di perut sebelah kanan, nyeri pada kedua betis, sesak nafas, dan mata berubah menjadi berwarna kuning. Pasien menjalani rawat inap di Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan darah dan urin, diperoleh leukositosis, peningkatan SGOT, SGPT, alkalin phosphatase, BUN, kreatinin, serta proteinuria dan hematuria. Pada hari kedua rawat inap, pasien mengeluh pandangan menjadi kabur, demam semakin meningkat, buang air kecil semakin sedikit dan disertai rasa nyeri. Pasien dirujuk ke rumah sakit umum daerah, tetapi pasien meninggal pada hari kesembilan dari onset penyakit dan rapid diagnostic test (RDT) belum sempat dilakukan. Kasus ini termasuk dalam kasus suspek leptospirosis. Meskipun belum sempat dilakukan pemeriksaan RDT, Dinas Kesehatan Magetan sepakat menyatakan kasus ini sebagai kasus KLB oleh karena hingga menimbulkan kematian. Kesimpulan: Kasus ini digolongkan sebagai KLB di Magetan, Jawa Timur oleh karena adanya kematian pada pasien dengan suspek leptospirosis.
Contoh Tesis 8 : Penyelidikan KLB Keracunan Makanan di Desa Banjaroyo Kabupaten Kulon Progo
Berdasarkan hasil laporan, sebanyak tujuh orang warga berobat ke puskesmas secara bersamaan dengan keluhan/gejala yang sama, mengalami diare, perut sakit, pusing, mulas, lemas setelah mengonsumsi makanan. Tujuan penelitian untuk menelusuri gejala dan penyebab dugaan keracunan setelah mengonsumsi makanan yang dihidangkan pada acara peresmian Microhidro 16 Mei 2014 di Desa Banjaroyo. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol. Kasus adalah orang yang mengonsumsi hidangan yang mengalami gejala diare, nyeri perut, dan mual. Kontrol adalah orang yang tidak mengalami gejala seperti kasus setelah mengonsumsi hidangan dengan matching umur dan jenis kelamin. Subjek adalah responden yang mengonsumsi makanan dan diwawancarai. Sampel makanan dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan. Jumlah kasus awal 170 orang. Gejala yang paling banyak dirasakan penderita adalah diare (73,16%), nyeri perut (67,10%). Tipe kurva epid adalah common source. Penularan penyakit secara common source dan masa inkubasi adalah 1 sampai 16 jam. Hasil pemasangan untuk uji analitik didapatkan 60 pasang kasus dan kontrol. Jenis makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan makanan adalah sambal krecek (OR=18,5;95% CI=1,42-230,25), dan ayam bacem (OR=22,03; 95% CI= 2,32-208,42). Hal ini diduga positif Staphylococcus yang mengkontaminasi makanan sehingga orang yang makan mengalami keracunan. Keracunan makanan yang telah terjadi penyebabnya diduga bakteri Staphylococcus. Kemungkinan selama pemanasan ulang dan penyimpanan menjadi dugaan bahwa makanan terkontaminasi.
Contoh Tesis 9 : Analisis Pelaksanaan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara
Strategi pemberantasan Demam Berdarah Dengue lebih ditekankan pada upaya preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim penularan penyakit di daerah endemis Demam Berdarah Dengue.Selain itu digalakkan juga kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media.Pada kenyataannya, tidak mudah memberantas Demam Berdarah Dengue karena terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaanya.Akibatnya strategi pemberantasan Demam Berdarah Dengue tidak terlaksana dengan baik sehingga setiap tahunnya Indonesia terus dibayangi kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian penyakitDemam Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Minahasa Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. keseluruhan Informan berjumlah 6 orang informan yaitu Kepala Bidang P2M Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Minahasa Utara, Petugas Surveylans Dinas Kesehatan Minahasa Utara, Kepala Puskesmas Kolongan, Petugas Surveylans Puskesmas Kolongan, Kepala Puskesmas Talawaan, Petugas Surveylans Puskesmas Talawaan. Hasil penelitian mendapatkan Pelaksanaan pengendalian Demam Berdarah di Minahasa Utara secara umum sudah baik.
Contoh Tesis 10 : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA LEDAKAN KASUS MALARIA DI KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA PADA TAHUN 1998
Pada tahun 1998, kecamatan Cineam di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria dengan jumlah kasus mencapai 800 kasus sehingga Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) kecamatan Cineam berada pada stratifikasi High Case Incidence (HCI). Kondisi berbeda terjadi pada tahun 2009 dan 2010 dimana jumlah kasus yang terjadi adalah 15 dan 6 kasus, secara berurutan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan KLB malaria tahun 1998.
Metoda pengambilan data dengan :
(1) pencuplikan nyamuk Anopheles menggunakan CO2 Trap di 5 dari 10 desa pada kecamatan Cineam untuk mengetahui populasi nisbi dari nyamuk vektor malaria dan
(2) wawancara dengan petugas pemberantasan penyakit menular (P2M) yang bertugas pada PUSKESMAS kecamatan Cineam saat KLB pada tahun 1998.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dari 320 individu nyamuk Anopheles yang ditangkap, terdapat empat jenis nyamuk Anopheles dengan tingkat dominansi, Anopheles vagus (33,13%), Anopheles aconitus (28,75%), Anopheles barbirostris (23,75%), dan Anopheles kochi (14,38%) dimana hanya An. aconitus dan An. barbirostris yang merupakan vector malaria. Keberadaan nyamuk Anopheles ini didukung oleh faktor klimat serta keadaan lingkungan setempat yang menyediakan feeding place, resting place, dan breeding site bagi nyamuk Anopheles. Walaupun demikian, keberadaan populasi nyamuk Anopheles bukan merupakan factor utama penyebab KLB malaria, melainkan rendahnya pemahaman masyarakat pada penyakit ini. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya tingkat prevalensi malaria yang sangat rendah (Low Case Incidence) yaitu pada tahun 2009 dan 2010 (sebesar 0,44‰ dan 0,18‰ secara berurutan) setelah dilakukan penanggulangan penyebaran malaria dalam bentuk penyuluhan pada warga sejak KLB pada tahun 1998.
Leave a Reply