CONTOH TESIS NO.1 HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI DESA JUKING PAJANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2020
Abstrak
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi dalam waktu yang lama sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan praktik pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/hygiene, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatandengan kejadian stunting pada balitausia 12-59 bulan di Desa Juking Pajang. Metode penelitian menggunakan desian cross sectionaldengan pendekatan survey analitik kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah jumlah balita usia 12-59 bulan yang berdomisili di Desa Juking Pajang sebanyak 82 orang dengan menggunakan metode total sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar balita kategori status gizi normal sebanyak 44 orang(53,7%), praktik pemberian makan baik sebanyak 48 orang (58,5%) rangsangan psikososial baik sebanyak 46 orang (56,1%), praktik kebersihan/hygiene baik sebanyak 45 orang (54,9%), sanitasi lingkungan baik sebanyak 43 orang (52,4%), dan pemanfataan pelayanan kesehatan baik sebanyak 38 orang (46,3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel praktik pemberian makan (p-value= 0,018), rangsangan psikososial (p-value= 0,001), praktik kebersihan/hygiene (pvalue=0,000), sanitasi lingkungan (p-value= 0,002), dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p-value= 0,013) dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Desa Juking Pajang tahun 2020. Diharapkan kepada orang tua terutama para ibu senantiasa agar lebih intensif dalam mengasuh anak dimana pola asuh menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 12 -59 bulan.
BAB I
Puskesmas Puruk Cahu merupakan salah satu puskesmas di wilayah kerja kabupaten Murung Raya dengan prevalensi/kasus stunting bulan Desember 2019 sebanyak 101 balita dari 2.652 jumlah balita. Ada 4 desa di wilayah kerja Puskesmas Puruk Cahu, diantaranya Desa Muara Bumban, Desa Juking Pajang, Desa Muara Jaan dan Desa Muara Untu. Di setiap desa masing-masing terdapat kasus balita Stunting yaitu Desa Muara Bumban sebanyak 32 orang, Desa Muara Jaan sebanyak 28 orang, Desa Muara Untu sebanyak 35 dan yang paling banyak kejadian stunting dan masuk Lokus (Lokasi Khusus Stunting) berada di Desa Juking Pajang dengan kejadian stunting sebanyak 34 orang. (Profil Puskesmas Puruk Cahu)
Teknik Analisis
Metode penelitian menggunakan desian cross sectional dengan pendekatan survey analitik kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah jumlah balita usia 12-59 bulan yang berdomisili di Desa Juking Pajang sebanyak 82 orang dengan menggunakan metode total sampling.
CONTOH TESIS NO.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITADI PUSKESMAS PLAJU PALEMBANG
Abstrak
Stunting merupakan keadaan indeks tinggi badan menurut umur di bawah minus dua standar deviasi berdasarkan standar WHO. Stunting merupakan manifestasi jangka panjang faktor konsumsi diet berkualitas rendah, penyakit infeksi berulang, dan lingkungan. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Banyak faktor yang dapat memicu seorang balita dapat menjadi stunting yaitu BBLR, riwayat ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, riwayat imunisasi, pendidikan orang tua, dan pola pemberian makan, lingkungan, genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko faktor BBLR, riwayat ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, riwayat imunisasi, pendidikan orang tua, dan pola pemberian makan, dengan kejadian stunting pada anak balita di Puskesmas Plaju Palembang. Jenis Penelitian ini merupakan studi penelitian analitik dengan desain kasus kontrol (case control design), sebanyak 60 sampel, 30 kasus dan 30 kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan pendekatan fixed disease pada sampel kasus maupun kontrol. Penelitian dilakukan dari Oktober sampai Desember 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis bivariate menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi dengan p-value 0,001, berat badan lahir dengan p-value 0,001, pola pemberian makan dengan p-value 0,002, ASI Ekslusif deng p-value 0,000, tingkat pendidikan orang tua dengan pvalue 0,000 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara status imunisasi dengan kejadian stunting dengan p-value 0,199.
BAB I
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kroniks dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai Z score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) (Kemenkes, 2016). Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukan prevelensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% diatas batasan yang ditetapkan WHO, yaitu 20% (Kemenkes 2018). Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di masa balita merupakan kondisi yang tidak bisa disepelehkan mengingat dampak yang akan dihadapi oleh anak stunting di masa dewasa.
Teknik Analisis
Analisis bivariate menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi dengan p-value 0,001, berat badan lahir dengan p-value 0,001, pola pemberian makan dengan p-value 0,002, ASI Ekslusif deng p-value 0,000, tingkat pendidikan orang tua dengan pvalue 0,000 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara status imunisasi dengan kejadian stunting dengan p-value 0,199.
CONTOH TESIS NO.3 Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Baduta (7-24 Bulan)
Abstrak
Stunting adalah perawakan pendek dengan nilai Z-score PB/U < -2SD yang terjadi akibat akumulasi masalah gizi kronis. Pada tahun 2017, stunting merupakan masalah gizi yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Tolikara dibanding masalah gizi lainnya (underweight, wasting, overweight)dengan prevalensi stunting sebesar 41,0% yang dapat memberikan dampak buruk bagi sumber daya manusia (SMD) di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan. Penelitian ini menggunakan observational analytic dengan pendekatan cross sectional.Total sampel dalam penelitian ini adalah 81 ibu yang memiliki baduta usia 7-24 bulan dan merupakan peserta aktif program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019. Data menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval(CI)=95%. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan usia ibu (p= 0,003; CI=95%). Tidak ada hubungan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan tinggi badan ibu (p=0,303; CI=95%), tingkat pendidikan ibu (p=0,203; CI=95%) dan pekerjaan ibu (p=0,961; CI=95%). Dapat disimpulkan bahwa memiliki anak di usia yang sangat muda (remaja) berhubungan erat dengan kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan, sementara tinggi badan ibu, pendidikan dan pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting.
BAB I
Tingginya prevalensi stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor.Menurut World Health Organization(WHO, 2014)penyebab stuntingpada anak diantaranyastatus gizi ibu, pemberian ASIeksklusif, asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi.Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi stunting yakni karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan dan tinggi badan). Kehamilan di usia remaja dapat berdampak pada pertumbuhan linier anak akibat adanya kompetisi nutrisi antara ibu dan colon bayi(Stephenson, T., J.& Schiff,W., J.2019). Ibu dengan pendidikan dan pengetahuan yang rendah tidak memahami tentang gizi dan pola asuh yang benar sehingga beresiko memiliki anak yang stunting. Ibu yang bekerja tidak dapat mengasuh anak dengan baik karena memiliki waktu yang kurang banyak bersama anaknya, sehingga hal ini dapat menjadi salah satu faktor risiko anak mengalami stunting.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan observational analytic pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu baduta usia 7-24 bulan. sampel penelitian ini adalah ibu baduta7-24 bulanyangmemenuhi kriteria:ibu baduta aktif dalam program 1000 HPK dan berdomisili tetap di Karubaga. Pengambilan sampel minimal 81 ibu baduta yang dipilih secara acak atau menggunakan teknik simple random sampling. Variabel yang dikumpulkan berupa karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan tinggi badan), karakteristik baduta (umur dan jenis kelamin) dan status gizi PB/U baduta. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder (KMS, buku registrasi kohort ibu dan data laporan program 1000 HPK) dan data primer (pengukuran panjang badan baduta)yang diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019 di Karubaga Kabupaten Tolikara. Datamenggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval(CI)=95%.
CONTOH TESIS NO.4 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Abstrak
Stunting(kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang dan tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur disebabkan oleh faktor multidimensi yaitu faktor gizi yang buruk yang dialami balita, kekurangan pengetahuan ibu tentang kesehatan dangizi, berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan upaya pencegahan stunting pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desainCross Sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi dari Februari sampai Juli tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 881 orang dengan jumlah sampel 87 Ibu. Teknik pengambilan sampel dengan Proporsional Random Sampling, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.Hasil analisis penelitian diketahui dari 87 Ibu,sebagian besar Ibu (67.8%) memiliki upaya pencegahan stunting yang baik, sebagian besar Ibu (65.5%) memiliki pengetahuan tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%) memiliki sikap baik, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value = 0.373 (p>0.05), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value= 0.030 (p<0.05). Diharapkan bagi Puskesmas Simpang Kawat untuk upaya pencegahan stunting dilakukan pencegahan primer melalui promosi kesehatan dalam memberikan pemahaman tentang stunting sehingga terjadi perubahan sikap yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
BAB I
Stunting atau pendek didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuhpada bayi (0-11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Ramayulis, dkk. 2018). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan (Kemenkeu, 2018).
Teknik Analisis
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 881 orang dengan jumlah sampel 87 Ibu. Teknik pengambilan sampel dengan Proporsional Random Sampling, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
CONTOH TESIS NO.5 HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 1-5TAHUN DI DESA MATANG PANYANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Abstrak
Dari 43responden mayoritas responden 26(60,5%) perilakukeluarga sadar gizi (KADARZI) di katagorikan kurangnamun,17(39,5%) responden dikatagorikan memiliki perilaku baik akan keluarga sadar gizi. Sedangkan pada variabelkejadian Stunting 24 (55,8)dikatagorikan memliki balita yang Stuntingdikatagorikan dan19 (44,2%) tidak terjadi stunting pada balita mereka. Dari hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai P= 0,059( > ? 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha gagal ditolak, sehingga dapat di simpulkantidak ada hubungan antara perilaku KADARZI dengan kejadian Stunting di Desa Matang Panyang Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur
BAB I
Masa bayi dan anak adalah masa mereka pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting sebagai landasan yang menentukan kualias generasi penerus bangsa. Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekat. Selain itu peran keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadian anak. Pola pendidikan yang tepat yang diterapkan oleh orang tua akan sangat membantu anak dalam menghadapi kondisi lingkungan pada masa yang akan datang. Orang tua merupakan sepenuhnya pada anak hingga remaja (Azwar, 2013)
Teknik Analisis
Penelitian analitik merupakan penelitian atau penelaah hubungan antara variable independen dan variable dependen yaitu ingin melihat Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan Kejadian Stunting pada Balitadi Desa Matang Panyang Wilayah Kerja Puskesmas Langsa TimurC.HASIL PENELITIANHasil Penelitian tentangHubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan Kejadian Stunting. Responden bersedia menjadi sampel dan kemudian, memberikan kuesioner kepada ibu-ibu yang memiliki balita di Desa Matang Panyang Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur. Data di peroleh melalui beberapa tahap, awalnya peneliti mendekati responde isi dan melakukan pengukuran langsung kepada anak peneloitian ini dilakukan dalam waktu 6 hari yaitupada tanggal 22 s/d 28 Mei terhadap 43responden, penelitimelakukan penelitian dengan wawancara dan melakukan pengukuran Tinggi badan secara langsaung setelah mendapat persetujuan dari responden untuk melakukan penelitian, kemudian penelitimelakukan pengukuran berat
CONTOH TESIS NO.6 EDUKASI GIZI IBU HAMIL DENGAN MEDIA BOOKLET TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN BALITA STUNTING DI WILAYAH PUSKESMAS UNDAAN KABUPATEN KUDUS
Abstrak
Latar Belakang: Stunting adalah masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya resiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Kejadian stunting merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Edukasi gizi menggunakan booklet pada ibu dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi yang baik.Tujuan pnelitian ini adaah untuk mengetahui pengaruh edukasi giziibu hamil dengan media booklet terhadap perilaku pencegahan stunting di wilayah puskesmas Undaan Kudus. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Quasi eksperimendengan menggunakan metodeOne Group Prestest-Postest Design. Desain penelitianyang terdapat pretestsebelum diberi perlakuan dan posttestsetelah diberi perlakuan. Penelitian dilakukan terhadap 54 sample dengan menggunakan teknik total sampling dan dilakukan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukan dari hasil analisa uji paired t testdiketahui perbedaan pre test dan post test edukasi gizi menggunakan media booklet adalah nilai p= 0,000 < ? 0,05. Dengan demikian Hoditolak yang berarti ada Pengaruh edukasi gizi ibu hamil menggunakan media booklet terhadap perilaku pencegahan stunting di wilayah kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus. Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh edukasi gizi ibu hamil menggunakan media booklet terhadap perilaku pencegahan balita stunting di wilayah Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus.
BAB I
Stunting adalah masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya resiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorikmaupun mental. Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan gizi sebagai tumbuh kembangakan mengakibatkan menurunnya pertumbuhan (Yunitasari L,2012).Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF,2007).
Teknik Analisis
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Quasi eksperimen dengan menggunakan metodeOne Group Prestest-Postest Design. Desain penelitian yang terdapat pretestsebelum diberi perlakuan dan posttestsetelah diberi perlakuan. (Sugiyono, 2004).Penelitian dilakukan terhadap 54 sample dengan menggunakan teknik total sampling dan dilakukan uji paired sample t-test.
CONTOH TESIS NO.7 HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN STUNTING DAN KADAR ZINC RAMBUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR
Abstrak
Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan ayah (p=0,002) dan pendidikan ibu (p=0,009), tingkat konsumsi dan pola makan sumber Zinc (p=0,037) pada kejadian kasus anak sekolah dasar kurang gizi dengan stunting dan tidak stunting. Terdapat hubungan yang signifikan kadar Zinc rambut (p=0,000) pada kejadian kasus anak sekolah dasar kurang gizi dengan stunting dan tidak stunting. Kadar Zinc rambut yang defisit mempunyai risiko sebesar 116,286 kali dapat mengalami stunting dibandingkan dengan yang mempunyai kadar Zinc rambut baik.
BAB I
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 prevalensi stunting mencapai 37,2%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2012 prevalensi gizi kurang pada anak balita di Kecamatan Bululawang sebesar 5,49% dan stunting sebesar 25,9%. Defisiensi Zinc dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan secara linier dan apabila kebutuhan Zinc dalam tubuh anak tidak terpenuhi maka prevalensi kejadian stunting diperkirakan akan meningkat. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor kejadian stunting dan kadar Zinc rambut anak sekolah dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang)
Teknik Analisis
Jenis observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi anak SD/MI kelas 1 dan 2 sebanyak 807. Anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang sebanyak 90 anak. Subjek diambil secara purposive sampling yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 46 anak kurang gizi dengan stunting dan 44 anak kurang gizi tidak stunting. Pengukuran status gizi menurut BB/U dan TB/U menggunakan WHO Antropometri 2007 dan pemeriksaan kadar Zinc rambut dilakukan di Balai Besar Laboratorium Surabaya. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor kejadian stunting dan kadar Zinc rambut anak digunakan uji Chi Square dan Odds Ratio dengan SPSS 22.
CONTOH TESIS NO.8 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GERAKAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOOM BARU PALEMBANG
Abstrak
Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur dibawah (< -2 SD) standar deviasi dengan referensi WHO 2005. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, di Indonesia terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah presentase tersebut, 19,2% anak pendek dan 18,0% sangat pendek. Angka stunting pada balita usia 24-59 bulan di Palembang tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru. World Bank 2006 menyatakan dampak dari stunting mengakibatkan rendahnya intelijensi dan turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu dan pengetahuan ibu tentang gerakan 1000 HPK dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan berjumlah 60 orang dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Hasil analisisis univariat menunjukkan balitausia 24-59 bulan yang stunting sebesar 33,3%. Hasil analisis bivariatmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu (pvalue= 0,003), pendapatan keluarga (pvalue= 0,022), dan pengetahuan ibu terhadap gerakan 1000 HPK (pvalue= 0,021)namun tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu (pvalue= 1,000), paritas ibu (pvalue= 0,887), dan usia ibu saat melahirkan (p value= 1,000), dengan stunting pada balita. Stunting pada balita dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gerakan 1000 HPK. Diharapkan agar semua pihak dapat melakukan upaya pencegahan stunting pada balita dengan cara lebih menambah wawasan selama masa periode emas anak tentang apa saja sebaiknya yang dilakukan orang tua agar mencegah stunting dari sebelum melahirkan.
BAB I
Status sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan keluarga, pendidikan orang tua,pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian stunting balita banyak dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah. Keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh akses pendidikan dan kesehatan sehingga status gizi anak dapat lebih baik (Bishwakarma, 2011).
Teknik Analisis
Hasil analisis bivariatmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu (pvalue= 0,003), pendapatan keluarga (pvalue= 0,022), dan pengetahuan ibu terhadap gerakan 1000 HPK (pvalue= 0,021)namun tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu (pvalue= 1,000), paritas ibu (pvalue= 0,887), dan usia ibu saat melahirkan (p value= 1,000), dengan stunting pada balita. Stunting pada balita dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gerakan 1000 HPK.
CONTOH TESIS NO.9 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Abstrak
Stunting(kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang dan tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur disebabkan oleh faktor multidimensi yaitu faktor gizi yang buruk yang dialami balita, kekurangan pengetahuan ibu tentang kesehatan dangizi, berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan upaya pencegahan stunting pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desainCross Sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi dari Februari sampai Juli tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 881 orang dengan jumlah sampel 87 Ibu. Teknik pengambilan sampel dengan Proporsional Random Sampling, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.Hasil analisis penelitian diketahui dari 87 Ibu,sebagian besar Ibu (67.8%) memiliki upaya pencegahan stunting yang baik, sebagian besar Ibu (65.5%) memiliki pengetahuan tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%) memiliki sikap baik, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value = 0.373 (p>0.05), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value= 0.030 (p<0.05). Diharapkan bagi Puskesmas Simpang Kawat untuk upaya pencegahan stunting dilakukan pencegahan primer melalui promosi kesehatan dalam memberikan pemahaman tentang stunting sehingga terjadi perubahan sikap yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
BAB I
Stunting atau pendek didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuhpada bayi (0-11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Ramayulis, dkk. 2018). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan (Kemenkeu, 2018).
Teknik Analisis
Hasil analisis penelitian diketahui dari 87 Ibu,sebagian besar Ibu (67.8%) memiliki upaya pencegahan stunting yang baik, sebagian besar Ibu (65.5%) memiliki pengetahuan tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%) memiliki sikap baik, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value = 0.373 (p>0.05), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value= 0.030 (p<0.05).
CONTOH TESIS NO.10 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Abstrak
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Salah satu penyebab stunting pada balita yaitu pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan selama 6 bulan karena ASI sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan bayi agar kebutuhan gizinya tercukupi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan case control study pada 144 respondenyang terdiri dari 72 responden kasus dan 72 responden kontrol, responden merupakan orang tua dari balita yang didiagnosis stunting dan non-stunting. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan alat ukur mekanik. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan menggunakan uji odds ratio. Didapatkan hasil uji chi-square p = 0.000 (0.000 < 0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Sedangkan pada uji odds ratio didapatkan nilai OR = 61 yang artinya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif. ASI eksklusif dapat mengurai risiko terjadinya stunting.
BAB I
Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental juga memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif. Anak stunting juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga berisiko mengalami penurunan kualitas belajar di sekolah dan berisiko lebih sering absen, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia (Kartikawati, 2011 dalam Indrawati, 2016).
Teknik Analisis
Data dianalisis dengan analisis univariat untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi square untuk memperoleh hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dengan tingkat kemaknaan ? = 0,05. Selanjutnya dilakukan uji Odds Ratio (OR) untuk menentukan seberapa besar hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.
CONTOH TESIS NO.11 Hubungan antara Pola Asuh Keluargadengan Kejadian Balita Stunting pada Keluarga Miskin di Palembang
Abstrak
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan proporsi anak pendek pada keluarga miskin di Palembang sebesar 29%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan makan (p = 0,000); kebiasaan mengasuh anak (p = 0,001); kebiasaan kebersihan (p = 0,021); dan kebiasaan mendapat pelayanan kesehatan (p = 0,000) dengan kejadian stunting pada balita Kesimpulan: Balita dengan tinggi badan normal (tidak stunting) mempunyai kebiasaan pola asuh seperti kebiasaan makan, kebiasaan mengasuh, kebiasaan higienis dan kebiasaan mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik dari pada balita pendek dengan latar belakang ekonomi keluarga yang sama.
BAB I
Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi pada balita yang digambarkan sebagai bentuk kegagalan pertumbuhan akibat gizi buruk dan kesehatan selama periode prenatal dan postnatal.1Stunting muncul sebagai akibat dari keadaan kekurangan gizi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama sehingga akan lebih terlihat manifestnya secara fisik di usia 24 –59 bulan. Dalam prosesnya, stunting dapat mengganggu perkembangan anak dari tahap awal konsepsi sampai tahun keempat kehidupan sebagai penentu penting pertumbuhan anak dan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasannya.
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Studi Cross Sectional yang dilakukan pada bulan Maret 2019 di Kota Palembang.
CONTOH TESIS NO.12 FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 0—23 BULAN DI PROVINSI BALI, JAWA BARAT, DAN NUSA TENGGARA TIMUR
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji prevalensi dan faktor risiko stunting pada anak usia 0—23 bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Data diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riskesdas 2010 adalah sebuah survei dengan desain cross sectional. Provinsi Bali, Jawa Barat, dan NTT dipilih sebagai lokasi penelitian karena masing-masing memiliki masalah stunting tingkat ringan, sedang, dan berat pada anak usia dibawah lima tahun. Jumlah subjek yang digunakan sebanyak 1 554 anak usia 0—23 bulan. Prevalensi stunting di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan NTT masing-masing sebesar 35.9%, 31.4%, dan 45.0%. Uji chi-square menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara berat badan lahir rendah, sanitasi kurang baik, kebiasaan ayah merokok dalam rumah, pendidikan ibu yang rendah, pendidikan ayah yang rendah, pendapatan yang rendah, dan tinggi badan ibu kurang dari 150 cm dengan stunting pada anak usia 0—23 bulan (p<0.05). Uji regresi logistik menunjukkan berat badan lahir rendah (OR=2.21; 95%CI:1.01—4.86), tinggi badan ibu kurang dari 150 cm (OR=1.77; 95%CI:1.20—2.59), sanitasi kurang baik (OR=1.46; 95%CI:1.01—2.13) dan pemberian makanan pre-lakteal (OR=1.47; 95%CI:1.00—2.15) menjadi faktor risiko terjadinya stunting. Program penurunan masalah stuntingperlu dimulai dari peningkatan kualitas antenatal care dan kualitas pelayanan kesehatan neonatus dasar berupa penyuluhan tentang menyusui secara eksklusif.
BAB I
Kekurangan gizi seringkali diasumsikan seba-gai akibat dari ketidaktahanan pangan semata, data dari banyak negara menyatakan bahwa pangan atau makanan bukanlah satu-satunya atau bahkan bukan penyebab utama kekurangan gizi, kecuali memang dibawah kondisi kelaparan. Berdasarkan berbagai penelitian, terdapat faktor-faktor lain seperti penge-tahuan ibu, pola asuh, akses pelayanan kesehatan, air, dan sanitasi memiliki peran yang penting. Data dari banyak negara menunjukkan tingginya tingkat kekurangan gizi pada rumah tangga dimana pangan tersedia berlimpah, misalnya di daerah Arsi, Ethiopia dan daerah Iringa di Tanzania. Keduanya memiliki tingkat produksi pangan yang tinggi tetapi masih memiliki masalah stunting yang tinggi pula, 62% di Arsi dan 66% di Iringa (World Bank 2006)
Teknik Analisis
Tahap-tahap pengolahan data meliputi clean-ing, coding, dan tabulating. Variabel dependen, yaitu status stunting ditentukan dengan mengguna-kan software WHO Anthro 2005. Analisis data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan Statistical Packages for the Social Science/SPSS 17. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi dan proporsi dari ber-bagai variabel yang diteliti.
CONTOH TESIS NO.13 HUBUNGAN TINGGI BADAN IBU, SOSIAL EKONOMI DAN ASUPAN SUMBER ZINC DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM
Abstrak
Stunting merupakan status gizi masa lalu yang kurang baik akibat asupan gizi kurang, baik kualitas maupun kuantitas sehingga tinggi badan tidak sesuai dengan umur. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain: defisiensi gizi makro dan mikro, genetik, sosial ekonomi, penyakit infeksi, pemberian air susu ibu ekslusif dan berat badan lahir rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tinggi badan ibu, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc dengan stunting pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Kopelma Darussalam Banda Aceh. Jenis penelitian analitik observasional dengan design cross sectional. Pengambilan sampel tanggal 14 September sampai 14 November 2017 di 5 posyandu Puskesmas Kopelma Darussalam secara non probability sampling dengan metode accidental sampling. Penilaian tinggi badan ibu dan stunting dengan mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc diukur menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 46 ibu dan anak yang memenuhi kriteria inklusi. Anak usia 3-5 tahun stunting (pendek atau sangat pendek) sebesar 41,3%, tinggi badan ibu pendek 50%, sosial ekonomi rendah 52,2% dan asupan sumber zinc kurang 50%. Uji analisis Spearman terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan stunting nilai p = 0,000 (p<0,05) dan r = 0,529 kekuatan hubungan kuat. Tidak terdapat hubungan sosial ekonomi dengan stunting nilai p = 0,930 (p>0,05) dan terdapat hubungan asupan sumber zinc dengan stunting nilai p = 0,016 (p<0,05) dan r = 0,352 kekuatan hubungan sedang. Kesimpulannya, tinggi badan ibu dan asupan sumber zinc berhubungan dengan stunting dan tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan stunting.
BAB I
Stunting merupakan status gizi masa lalu yang kurang baik akibat asupan gizi kurang, baik kualitas maupun kuantitas sehingga tinggi badan tidak sesuai dengan umur. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain: defisiensi gizi makro dan mikro, genetik, sosial ekonomi, penyakit infeksi, pemberian air susu ibu ekslusif dan berat badan lahir rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tinggi badan ibu, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc dengan stunting pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Kopelma Darussalam Banda Aceh. Jenis penelitian analitik observasional dengan design cross sectional. Pengambilan sampel tanggal 14 September sampai 14 November 2017 di 5 posyandu Puskesmas Kopelma Darussalam secara non probability sampling dengan metode accidental sampling. Penilaian tinggi badan ibu dan stunting dengan mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc diukur menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 46 ibu dan anak yang memenuhi kriteria inklusi. Anak usia 3-5 tahun stunting (pendek atau sangat pendek) sebesar 41,3%, tinggi badan ibu pendek 50%, sosial ekonomi rendah 52,2% dan asupan sumber zinc kurang 50%. Uji analisis Spearman terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan stunting nilai p = 0,000 (p<0,05) dan r = 0,529 kekuatan hubungan kuat. Tidak terdapat hubungan sosial ekonomi dengan stunting nilai p = 0,930 (p>0,05) dan terdapat hubungan asupan sumber zinc dengan stunting nilai p = 0,016 (p<0,05) dan r = 0,352 kekuatan hubungan sedang. Kesimpulannya, tinggi badan ibu dan asupan sumber zinc berhubungan dengan stunting dan tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan stunting.
Teknik Analisis
Teknik pengambilan sampel adalah non proability sampling dengna metode accidental sampling. Analisia data yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji statistik korelasi rank spearman.
CONTOH TESIS NO.14 ANALISIS KEJADIAN STUNTINGPADA BALITA DI DESA PASIRDOTON KECAMATAN CIDAHU KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017-2018
Abstrak
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 176 responden dengan 88 balita stuntingdan 88 balita yang tidak stuntingdidapatkan adanya hubungan bermakna antara riwayat pemberian ASI (?=000), berat bayi lahir (?=000), dengan kejadian stunting. Simpulan dan saran: Riwayat pemberian ASI , BBLR dan status gizi ibu saat hamil mempunyai pengeruh terhadap kejadian stuntingdi Desa Pasirdoton Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Optimalisasi pemberian penyuluhan secara rutin menegani pemberian ASI secara ekslusif disertai dengan pemberian pamflet –pamflet yang berhubungan dengan penyebab kejadian stuntingsangat diperlukan.
BAB I
Stuntingadalah masalah utama yang berdampak pada kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat. Prevalensi Balita pendek di Indonesia masih tinggi sebesar 29% dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Di Jawa Barat sendiri permasalahan kekurangan gizi terutama stuntingprevalensinya masih sangat tinggi yaitu mencapai 32,9%, Di Kabupaten sukabumi terdapat 10 desa yang termasuk kedalam program tersebut salah satunya yaitu Desa pasirdoton, kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi dengan angka kejadian 16,7 % dengan jumlah balita stunting 88 dari 528 balita. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa serta kemampuan kognitif pada penderita juga berkurang
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan desain case control, dengen jumlah populasi sebanyak 176 responden, dan analisis data dengan rumus chi square.
CONTOH TESIS NO.15 Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Baduta (7-24 Bulan)
Abstrak
Stunting adalah perawakan pendek dengan nilai Z-score PB/U < -2SD yang terjadi akibat akumulasi masalah gizi kronis. Pada tahun 2017, stunting merupakan masalah gizi yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Tolikara dibanding masalah gizi lainnya (underweight, wasting, overweight)dengan prevalensi stunting sebesar 41,0% yang dapat memberikan dampak buruk bagi sumber daya manusia (SMD) di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan. Penelitian ini menggunakan observational analytic dengan pendekatan cross sectional.Total sampel dalam penelitian ini adalah 81 ibu yang memiliki baduta usia 7-24 bulan dan merupakan peserta aktif program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019. Data menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval(CI)=95%. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan usia ibu (p= 0,003; CI=95%). Tidak ada hubungan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan tinggi badan ibu (p=0,303; CI=95%), tingkat pendidikan ibu (p=0,203; CI=95%) dan pekerjaan ibu (p=0,961; CI=95%). Dapat disimpulkan bahwa memiliki anak di usia yang sangat muda (remaja) berhubungan erat dengan kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan, sementara tinggi badan ibu, pendidikan dan pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting.
BAB I
Tingginya prevalensi stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor.Menurut World Health Organization(WHO, 2014)penyebab stuntingpada anak diantaranyastatus gizi ibu, pemberian ASIeksklusif, asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi.Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi stunting yakni karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan dan tinggi badan). Kehamilan di usia remaja dapat berdampak pada pertumbuhan linier anak akibat adanya kompetisi nutrisi antara ibu dan colon bayi(Stephenson, T., J.& Schiff,W., J.2019). Ibu dengan pendidikan dan pengetahuan yang rendah tidak memahami tentang gizi dan pola asuh yang benar sehingga beresiko memiliki anak yang stunting.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan observational analyticpendekatan cross sectional.Populasi penelitian ini adalahibu baduta usia 7-24 bulan. sampel penelitian ini adalah ibu baduta7-24 bulanyangmemenuhi kriteria:ibu baduta aktif dalam program 1000 HPK dan berdomisili tetap di Karubaga. Pengambilan sampel minimal 81 ibu baduta yang dipilih secara acak atau menggunakan teknik simple random sampling. Variabel yang dikumpulkan berupa karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan tinggi badan), karakteristik baduta (umur dan jenis kelamin) dan status gizi PB/U baduta. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder (KMS, buku registrasi kohort ibu dan data laporan program 1000 HPK) dan data primer (pengukuran panjang badan baduta)yang diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019 di Karubaga Kabupaten Tolikara. Datamenggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval(CI)=95%.
Leave a Reply