HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Kejadian Stunting Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI DESA JUKING PAJANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2020

Abstrak

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi dalam waktu yang lama sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan praktik pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/hygiene, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatandengan kejadian stunting pada balitausia 12-59 bulan di Desa Juking Pajang. Metode penelitian menggunakan desian cross sectionaldengan pendekatan survey analitik kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah jumlah balita usia 12-59 bulan yang berdomisili di Desa Juking Pajang sebanyak 82 orang dengan menggunakan metode total sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar balita kategori status gizi normal sebanyak 44 orang(53,7%), praktik pemberian makan baik sebanyak 48 orang (58,5%) rangsangan psikososial baik sebanyak 46 orang (56,1%), praktik kebersihan/hygiene baik sebanyak 45 orang (54,9%), sanitasi lingkungan baik sebanyak 43 orang (52,4%), dan pemanfataan pelayanan kesehatan baik sebanyak 38 orang (46,3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel praktik pemberian makan (p-value= 0,018), rangsangan psikososial (p-value= 0,001), praktik kebersihan/hygiene (pvalue=0,000), sanitasi lingkungan (p-value= 0,002), dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p-value= 0,013) dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Desa Juking Pajang tahun 2020. Diharapkan kepada orang tua terutama para ibu senantiasa agar lebih intensif dalam mengasuh anak dimana pola asuh menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 12 -59 bulan.

BAB I

Puskesmas Puruk Cahu merupakan salah satu puskesmas di wilayah kerja kabupaten Murung Raya dengan prevalensi/kasus stunting bulan Desember 2019 sebanyak 101 balita dari 2.652 jumlah balita. Ada 4 desa di wilayah kerja Puskesmas Puruk Cahu, diantaranya Desa Muara Bumban, Desa Juking Pajang, Desa Muara Jaan dan Desa Muara Untu. Di setiap desa masing-masing terdapat kasus balita Stunting yaitu Desa Muara Bumban sebanyak 32 orang, Desa Muara Jaan sebanyak 28 orang, Desa Muara Untu sebanyak 35 dan yang paling banyak kejadian stunting dan masuk Lokus (Lokasi Khusus Stunting) berada di Desa Juking Pajang dengan kejadian stunting sebanyak 34 orang. (Profil Puskesmas Puruk Cahu)

Teknik Analisis

Metode penelitian menggunakan desian cross sectional dengan pendekatan survey analitik kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah jumlah balita usia 12-59 bulan yang berdomisili di Desa Juking Pajang sebanyak 82 orang dengan menggunakan metode total sampling.

CONTOH TESIS NO.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITADI PUSKESMAS PLAJU PALEMBANG

Abstrak

Stunting merupakan keadaan indeks tinggi badan menurut umur di bawah minus dua standar deviasi berdasarkan standar WHO. Stunting merupakan manifestasi jangka panjang faktor konsumsi diet berkualitas rendah, penyakit infeksi berulang, dan lingkungan. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Banyak faktor yang dapat memicu seorang balita dapat menjadi stunting yaitu BBLR, riwayat ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, riwayat imunisasi, pendidikan orang tua, dan pola pemberian makan, lingkungan, genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko faktor BBLR, riwayat ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, riwayat imunisasi, pendidikan orang tua, dan pola pemberian makan, dengan kejadian stunting pada anak balita di Puskesmas Plaju Palembang. Jenis Penelitian ini merupakan studi penelitian analitik dengan desain kasus kontrol (case control design), sebanyak 60 sampel, 30 kasus dan 30 kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan pendekatan fixed disease pada sampel kasus maupun kontrol. Penelitian dilakukan dari Oktober sampai Desember 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis bivariate menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi dengan p-value 0,001, berat badan lahir dengan p-value 0,001, pola pemberian makan dengan p-value 0,002, ASI Ekslusif deng p-value 0,000, tingkat pendidikan orang tua dengan pvalue 0,000 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara status imunisasi dengan kejadian stunting dengan p-value 0,199.

BAB I

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kroniks dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai Z score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) (Kemenkes, 2016). Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukan prevelensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% diatas batasan yang ditetapkan WHO, yaitu 20% (Kemenkes 2018). Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di masa balita merupakan kondisi yang tidak bisa disepelehkan mengingat dampak yang akan dihadapi oleh anak stunting di masa dewasa.

Teknik Analisis

Analisis bivariate menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi dengan p-value 0,001, berat badan lahir dengan p-value 0,001, pola pemberian makan dengan p-value 0,002, ASI Ekslusif deng p-value 0,000, tingkat pendidikan orang tua dengan pvalue 0,000 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara status imunisasi dengan kejadian stunting dengan p-value 0,199.

CONTOH TESIS NO.3 Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Baduta (7-24 Bulan)

Abstrak

Stunting  adalah  perawakan  pendek  dengan  nilai  Z-score  PB/U  < -2SD  yang terjadi  akibat  akumulasi  masalah  gizi  kronis.  Pada  tahun  2017,  stunting  merupakan masalah  gizi  yang  paling  banyak  ditemukan  di  Kabupaten  Tolikara  dibanding  masalah gizi  lainnya  (underweight,  wasting,  overweight)dengan  prevalensi  stunting  sebesar 41,0% yang dapat memberikan dampak buruk bagi sumber daya manusia (SMD) di masa yang  akan  datang.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengetahui  hubungan  karakteristik ibu dengan   kejadian   stunting baduta   usia   7-24   bulan.   Penelitian   ini   menggunakan observational analytic dengan pendekatan cross sectional.Total sampel dalam penelitian ini  adalah  81  ibu  yang  memiliki  baduta  usia  7-24  bulan  dan  merupakan  peserta  aktif program  1000  Hari  Pertama  Kehidupan  (HPK).  Pengambilan  sampel  dilakukan  dengan simple  random  sampling. Sumber  data  penelitian  ini  adalah  data  sekunder  yang  diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019. Data menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident  interval(CI)=95%.  Hasil  analisis  penelitian  ini  menunjukkan  adanya hubungan yang signifikan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan usia ibu (p= 0,003; CI=95%). Tidak ada hubungan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan tinggi badan ibu (p=0,303; CI=95%), tingkat pendidikan ibu (p=0,203; CI=95%) dan  pekerjaan ibu  (p=0,961;  CI=95%). Dapat  disimpulkan  bahwa memiliki  anak  di  usia yang  sangat muda  (remaja) berhubungan  erat dengan kejadian  stunting baduta  usia  7-24 bulan,   sementara   tinggi   badan   ibu,   pendidikan   dan   pekerjaan   ibu   tidak   memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting.

BAB I

Tingginya   prevalensi   stunting   dapat   disebabkan   oleh   banyak   faktor.Menurut World  Health Organization(WHO,  2014)penyebab stuntingpada  anak diantaranyastatus gizi ibu, pemberian ASIeksklusif, asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi.Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi stunting yakni karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan dan tinggi badan). Kehamilan di usia remaja dapat berdampak pada pertumbuhan linier anak akibat  adanya  kompetisi  nutrisi  antara  ibu  dan  colon  bayi(Stephenson,  T.,  J.& Schiff,W.,  J.2019).  Ibu  dengan  pendidikan  dan  pengetahuan  yang  rendah  tidak memahami  tentang  gizi  dan  pola  asuh  yang  benar  sehingga  beresiko  memiliki anak  yang  stunting.  Ibu  yang  bekerja  tidak  dapat  mengasuh  anak  dengan  baik karena  memiliki  waktu  yang  kurang  banyak  bersama  anaknya,  sehingga  hal  ini dapat  menjadi  salah  satu  faktor  risiko  anak  mengalami  stunting.

Metode Penelitian

Penelitian   ini   menggunakan observational   analytic pendekatan cross sectional. Populasi  penelitian  ini  adalah ibu  baduta  usia  7-24  bulan. sampel penelitian  ini  adalah ibu  baduta7-24  bulanyangmemenuhi  kriteria:ibu  baduta aktif  dalam  program  1000  HPK  dan  berdomisili  tetap  di  Karubaga.  Pengambilan sampel minimal 81 ibu baduta yang dipilih secara acak atau menggunakan teknik simple  random  sampling. Variabel  yang  dikumpulkan  berupa  karakteristik  ibu (umur,  pendidikan,  pekerjaan,  dan  tinggi  badan),  karakteristik  baduta  (umur  dan jenis kelamin) dan status gizi PB/U baduta. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder (KMS, buku registrasi kohort ibu dan data laporan program 1000 HPK) dan data primer (pengukuran panjang badan baduta)yang diambil pada bulan Mei sampai  Juni  2019  di  Karubaga  Kabupaten  Tolikara.  Datamenggunakan  uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval(CI)=95%.

CONTOH TESIS NO.4 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi

Abstrak

Stunting(kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang dan tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur disebabkan oleh faktor multidimensi yaitu faktor gizi yang buruk yang dialami  balita,  kekurangan  pengetahuan  ibu  tentang  kesehatan  dangizi,  berdampak  pada  tingkat kecerdasan,  kerentanan  terhadap  penyakit.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  hubungan pengetahuan   dan   sikap   ibu   dengan   upaya   pencegahan stunting pada   balita.   Penelitian   ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desainCross Sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas  Simpang  Kawat  Kota  Jambi  dari  Februari  sampai  Juli  tahun  2019.  Populasi  dalam penelitian  ini  berjumlah  881  orang  dengan  jumlah  sampel  87  Ibu.  Teknik  pengambilan  sampel dengan Proporsional   Random   Sampling, dianalisis   secara   univariat   dan   bivariat   dengan menggunakan  uji chi-square.Hasil  analisis  penelitian  diketahui  dari  87  Ibu,sebagian  besar  Ibu (67.8%)  memiliki  upaya  pencegahan stunting yang  baik,  sebagian  besar  Ibu  (65.5%)  memiliki pengetahuan  tinggi, sebagian  besar  Ibu  (64.4%)  memiliki  sikap  baik, tidak  ada  hubungan  yang bermakna  antara  pengetahuan  dengan  upaya  pencegahan stuntingpada  balita  dimana p-value = 0.373 (p>0.05), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value= 0.030 (p<0.05). Diharapkan bagi Puskesmas Simpang Kawat untuk upaya pencegahan stunting dilakukan  pencegahan  primer  melalui promosi  kesehatan  dalam  memberikan pemahaman  tentang stunting sehingga  terjadi  perubahan  sikap  yang  diharapkan  dalam  mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

BAB I

Stunting atau   pendek   didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuhpada bayi (0-11  bulan)  dan  anak  balita  (12-59  bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam    1.000    hari    pertama    kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Ramayulis,  dkk.  2018).  Kekurangan  gizi  terjadi  sejak  bayi  dalam  kandungan  dan pada  masa  awal  lahir,  tetapi  stunting  baru nampak   setelah   anak   berusia   2   tahun. Berdampak     pada     tingkat kecerdasan, kerentanan  terhadap  penyakit,  menurunkan produktifitas   dan   kemudian   menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan  dan  ketimpangan  (Kemenkeu, 2018).

Teknik Analisis

Populasi  dalam penelitian  ini  berjumlah  881  orang  dengan  jumlah  sampel  87  Ibu.  Teknik  pengambilan  sampel dengan Proporsional   Random   Sampling, dianalisis   secara   univariat   dan   bivariat   dengan menggunakan  uji chi-square.

CONTOH TESIS NO.5 HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 1-5TAHUN DI DESA MATANG PANYANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Abstrak

Dari 43responden  mayoritas  responden 26(60,5%) perilakukeluarga  sadar  gizi  (KADARZI) di  katagorikan kurangnamun,17(39,5%) responden  dikatagorikan memiliki  perilaku  baik  akan  keluarga  sadar  gizi. Sedangkan  pada  variabelkejadian Stunting 24  (55,8)dikatagorikan  memliki balita  yang Stuntingdikatagorikan  dan19 (44,2%) tidak  terjadi stunting pada balita mereka. Dari hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai P= 0,059( > ? 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha gagal ditolak, sehingga dapat di simpulkantidak  ada  hubungan  antara  perilaku  KADARZI  dengan  kejadian Stunting di Desa Matang Panyang Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur

BAB I

Masa   bayi   dan   anak   adalah masa mereka pertumbuhan dan perkembangan  yang  cepat  dan  sangat penting sebagai landasan yang menentukan  kualias  generasi  penerus bangsa.      Status   gizi   balita   sangat dipengaruhi   oleh   lingkungan   sosial terdekat.   Selain   itu   peran   keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadian    anak.    Pola    pendidikan yang  tepat  yang diterapkan  oleh  orang tua akan sangat membantu anak dalam menghadapi  kondisi  lingkungan  pada masa   yang   akan   datang.   Orang   tua merupakan    sepenuhnya    pada    anak hingga remaja (Azwar, 2013)

Teknik Analisis

Penelitian   analitik   merupakan   penelitian atau   penelaah   hubungan   antara   variable  independen  dan  variable  dependen  yaitu ingin melihat Hubungan Perilaku Keluarga Sadar  Gizi  (KADARZI)  dengan  Kejadian Stunting   pada   Balitadi   Desa   Matang Panyang Wilayah Kerja Puskesmas Langsa TimurC.HASIL PENELITIANHasil  Penelitian  tentangHubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan Kejadian Stunting.  Responden bersedia  menjadi sampel   dan   kemudian,   memberikan kuesioner kepada ibu-ibu yang memiliki    balita    di    Desa    Matang Panyang   Wilayah   Kerja   Puskesmas Langsa Timur. Data di peroleh melalui beberapa     tahap,     awalnya     peneliti mendekati responde isi dan melakukan pengukuran    langsung    kepada    anak peneloitian  ini  dilakukan  dalam  waktu 6 hari yaitupada tanggal 22 s/d 28 Mei terhadap 43responden, penelitimelakukan penelitian dengan wawancara dan melakukan pengukuran Tinggi  badan  secara  langsaung  setelah mendapat  persetujuan  dari  responden untuk  melakukan  penelitian,  kemudian penelitimelakukan  pengukuran  berat

CONTOH TESIS NO.6 EDUKASI GIZI IBU HAMIL DENGAN MEDIA BOOKLET TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN BALITA STUNTING DI WILAYAH PUSKESMAS UNDAAN KABUPATEN KUDUS

Abstrak

Latar   Belakang:   Stunting   adalah   masalah   kesehatan   masyarakat   yang   berhubungan   dengan meningkatnya  resiko  kesakitan,  kematian  dan  hambatan  pada  pertumbuhan  baik  motorik  maupun  mental. Kejadian stunting merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, Faktor gizi ibu sebelum dan   selama   kehamilan   merupakan   penyebab   tidak   langsung   yang   memberikan   konstribusi   terhadap pertumbuhan  dan  perkembangan  janin.  Edukasi  gizi  menggunakan  booklet  pada  ibu  dapat  meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi yang baik.Tujuan pnelitian ini adaah untuk mengetahui pengaruh edukasi giziibu  hamil  dengan  media  booklet  terhadap  perilaku  pencegahan  stunting  di  wilayah  puskesmas  Undaan Kudus.  Jenis  penelitian  ini  merupakan  penelitian  yang  bersifat Quasi  eksperimendengan  menggunakan metodeOne  Group  Prestest-Postest  Design. Desain  penelitianyang  terdapat pretestsebelum  diberi perlakuan   dan posttestsetelah   diberi   perlakuan.   Penelitian   dilakukan   terhadap   54   sample   dengan menggunakan teknik total sampling dan dilakukan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukan dari hasil  analisa  uji paired  t  testdiketahui  perbedaan  pre  test  dan  post  test  edukasi  gizi  menggunakan  media booklet adalah  nilai p= 0,000 < ? 0,05. Dengan demikian Hoditolak yang berarti ada Pengaruh edukasi gizi ibu  hamil  menggunakan  media  booklet  terhadap  perilaku  pencegahan  stunting  di  wilayah  kerja  Puskesmas Undaan  Kabupaten  Kudus.  Kesimpulan  penelitian  ini  menunjukan  bahwa  ada  pengaruh  edukasi  gizi  ibu hamil  menggunakan  media  booklet  terhadap  perilaku  pencegahan  balita  stunting  di  wilayah  Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus.

BAB I

Stunting      adalah      masalah      kesehatan masyarakat      yang      berhubungan      dengan meningkatnya  resiko  kesakitan,  kematian  dan hambatan   pada   pertumbuhan   baik   motorikmaupun  mental.  Stunting  yang  telah  terjadi bila   tidak   diimbangi dengan   gizi   sebagai tumbuh      kembangakan      mengakibatkan menurunnya    pertumbuhan    (Yunitasari    L,2012).Di   Indonesia,   diperkirakan   7,8   juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan  yang  dikeluarkan  oleh  UNICEF  dan memposisikan   Indonesia   masuk   kedalam   5 besar    negara    dengan    jumlah    anak    yang mengalami stunting tinggi (UNICEF,2007).

Teknik Analisis

Jenis  penelitian  ini  merupakan  penelitian yang    bersifat    Quasi    eksperimen    dengan menggunakan   metodeOne   Group   Prestest-Postest    Design. Desain    penelitian    yang terdapat pretestsebelum  diberi  perlakuan  dan posttestsetelah  diberi  perlakuan.  (Sugiyono, 2004).Penelitian dilakukan terhadap 54 sample dengan  menggunakan  teknik total  sampling dan dilakukan uji paired sample t-test.

CONTOH TESIS NO.7 HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN STUNTING DAN KADAR ZINC RAMBUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Abstrak

Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan ayah (p=0,002) dan pendidikan ibu (p=0,009), tingkat konsumsi dan pola makan sumber Zinc (p=0,037) pada kejadian kasus anak sekolah dasar kurang gizi dengan stunting dan tidak stunting. Terdapat hubungan yang signifikan kadar Zinc rambut (p=0,000) pada kejadian kasus anak sekolah dasar kurang gizi dengan stunting dan tidak stunting. Kadar Zinc rambut yang defisit mempunyai risiko sebesar 116,286 kali dapat mengalami stunting dibandingkan dengan yang mempunyai kadar Zinc rambut baik.

BAB I

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 prevalensi stunting mencapai 37,2%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2012 prevalensi gizi kurang pada anak balita di Kecamatan Bululawang sebesar 5,49% dan stunting sebesar 25,9%. Defisiensi Zinc dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan secara linier dan apabila kebutuhan Zinc dalam tubuh anak tidak terpenuhi maka prevalensi kejadian stunting diperkirakan akan meningkat. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor kejadian stunting dan kadar Zinc rambut anak sekolah dasar (kasus pada anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang)

Teknik Analisis

Jenis observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi anak SD/MI kelas 1 dan 2 sebanyak 807. Anak SD kurang gizi di Kecamatan Bululawang sebanyak 90 anak. Subjek diambil secara purposive sampling yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 46 anak kurang gizi dengan stunting dan 44 anak kurang gizi tidak stunting. Pengukuran status gizi menurut BB/U dan TB/U menggunakan WHO Antropometri 2007 dan pemeriksaan kadar Zinc rambut dilakukan di Balai Besar Laboratorium Surabaya. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor kejadian stunting dan kadar Zinc rambut anak digunakan uji Chi Square dan Odds Ratio dengan SPSS 22.

CONTOH TESIS NO.8 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GERAKAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOOM BARU PALEMBANG

Abstrak

Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur dibawah (< -2 SD) standar deviasi dengan referensi WHO 2005. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, di Indonesia terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah presentase tersebut, 19,2% anak pendek dan 18,0% sangat pendek. Angka stunting pada balita usia 24-59 bulan di Palembang tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru. World Bank 2006 menyatakan dampak dari stunting mengakibatkan rendahnya intelijensi dan turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu dan pengetahuan ibu tentang gerakan 1000 HPK dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan berjumlah 60 orang dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Hasil analisisis univariat menunjukkan balitausia 24-59 bulan yang stunting sebesar 33,3%. Hasil analisis bivariatmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu (pvalue= 0,003), pendapatan keluarga (pvalue= 0,022), dan pengetahuan ibu terhadap gerakan 1000 HPK (pvalue= 0,021)namun tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu (pvalue= 1,000), paritas ibu (pvalue= 0,887), dan usia ibu saat melahirkan (p value= 1,000), dengan stunting pada balita. Stunting pada balita dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gerakan 1000 HPK. Diharapkan agar semua pihak dapat melakukan upaya pencegahan stunting pada balita dengan cara lebih menambah wawasan selama masa periode emas anak tentang apa saja sebaiknya yang dilakukan orang tua agar mencegah stunting dari sebelum melahirkan.

BAB I

Status sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan keluarga, pendidikan orang tua,pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian stunting balita banyak dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah. Keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh akses pendidikan dan kesehatan sehingga status gizi anak dapat lebih baik (Bishwakarma, 2011).

Teknik Analisis

Hasil analisis bivariatmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu (pvalue= 0,003), pendapatan keluarga (pvalue= 0,022), dan pengetahuan ibu terhadap gerakan 1000 HPK (pvalue= 0,021)namun tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu (pvalue= 1,000), paritas ibu (pvalue= 0,887), dan usia ibu saat melahirkan (p value= 1,000), dengan stunting pada balita. Stunting pada balita dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gerakan 1000 HPK.

CONTOH TESIS NO.9 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi

Abstrak

Stunting(kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang dan tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur disebabkan oleh faktor multidimensi yaitu faktor gizi yang buruk yang dialami  balita,  kekurangan  pengetahuan  ibu  tentang  kesehatan  dangizi,  berdampak  pada  tingkat kecerdasan,  kerentanan  terhadap  penyakit.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  hubungan pengetahuan   dan   sikap   ibu   dengan   upaya   pencegahan stunting pada   balita.   Penelitian   ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desainCross Sectional yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas  Simpang  Kawat  Kota  Jambi  dari  Februari  sampai  Juli  tahun  2019.  Populasi  dalam penelitian  ini  berjumlah  881  orang  dengan  jumlah  sampel  87  Ibu.  Teknik  pengambilan  sampel dengan Proporsional   Random   Sampling, dianalisis   secara   univariat   dan   bivariat   dengan menggunakan  uji chi-square.Hasil  analisis  penelitian  diketahui  dari  87  Ibu,sebagian  besar  Ibu (67.8%)  memiliki  upaya  pencegahan stunting yang  baik,  sebagian  besar  Ibu  (65.5%)  memiliki pengetahuan  tinggi, sebagian  besar  Ibu  (64.4%)  memiliki  sikap  baik, tidak  ada  hubungan  yang bermakna  antara  pengetahuan  dengan  upaya  pencegahan stuntingpada  balita  dimana p-value = 0.373 (p>0.05), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value= 0.030 (p<0.05). Diharapkan bagi Puskesmas Simpang Kawat untuk upaya pencegahan stunting dilakukan  pencegahan  primer  melalui promosi  kesehatan  dalam  memberikan pemahaman  tentang stunting sehingga  terjadi  perubahan  sikap  yang  diharapkan  dalam  mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

BAB I

Stunting atau   pendek   didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuhpada bayi (0-11  bulan)  dan  anak  balita  (12-59  bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam    1.000    hari    pertama    kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Ramayulis,  dkk.  2018).  Kekurangan  gizi  terjadi  sejak  bayi  dalam  kandungan  dan pada  masa  awal  lahir,  tetapi  stunting  baru nampak   setelah   anak   berusia   2   tahun. Berdampak     pada     tingkat kecerdasan, kerentanan  terhadap  penyakit,  menurunkan produktifitas   dan   kemudian   menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan  dan  ketimpangan  (Kemenkeu, 2018).

Teknik Analisis

Hasil  analisis  penelitian  diketahui  dari  87  Ibu,sebagian  besar  Ibu (67.8%)  memiliki  upaya  pencegahan stunting yang  baik,  sebagian  besar  Ibu  (65.5%)  memiliki pengetahuan  tinggi, sebagian  besar  Ibu  (64.4%)  memiliki  sikap  baik, tidak  ada  hubungan  yang bermakna  antara  pengetahuan  dengan  upaya  pencegahan stuntingpada  balita  dimana p-value = 0.373 (p>0.05), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan stuntingpada balita dimana p-value= 0.030 (p<0.05).

CONTOH TESIS NO.10 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita

Abstrak

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan   gizi   yang   kurang   dalam   waktu   cukup   lama   akibat pemberian  makanan  yang  tidak  sesuai  dengan  kebutuhan  gizi. Salah  satu  penyebab  stunting  pada  balita  yaitu  pemberian  ASI eksklusif  yang  tidak  diberikan  selama  6  bulan  karena  ASI  sangat dibutuhkan   dalam   masa   pertumbuhan   bayi   agar   kebutuhan gizinya   tercukupi.   Tujuan   Penelitian   ini   adalah   mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.  Rancangan  penelitian  ini  menggunakan  pendekatan  case control  study  pada  144  respondenyang  terdiri  dari  72  responden kasus dan 72 responden kontrol, responden merupakan orang tua dari     balita     yang     didiagnosis     stunting     dan     non-stunting. Pengambilan    sampel    menggunakan    teknik cluster    random sampling.  Instrumen  yang  digunakan  berupa  kuesioner  dan  alat ukur  mekanik.  Hasil  penelitian  menggunakan  uji  chi-square  dan dilanjutkan menggunakan uji odds ratio. Didapatkan hasil uji chi-square   p   =   0.000   (0.000   <   0.05),   hal   ini   menunjukkan   ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.  Sedangkan  pada  uji  odds  ratio  didapatkan  nilai  OR  =  61 yang artinya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI   eksklusif.   ASI   eksklusif   dapat   mengurai   risiko   terjadinya stunting.

BAB I

Stunting  terjadi  mulai  janin  masih  dalam  kandungan  dan  baru  nampak  saat  anak  berusia dua    tahun.    Stunting    pada    balita    perlu    menjadi    perhatian    khusus    karena    dapat menghambat    perkembangan    fisik    dan    mental    anak.    Stunting    berkaitan    dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik  dan  mental  juga  memiliki  risiko  terjadinya  penurunan  kemampuan  intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif. Anak stunting juga cenderung lebih  rentan  terhadap  penyakit  infeksi,  sehingga  berisiko  mengalami  penurunan  kualitas belajar  di  sekolah  dan  berisiko  lebih  sering  absen,  sehingga  mengakibatkan  kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia (Kartikawati, 2011 dalam Indrawati, 2016).

Teknik Analisis

Data   dianalisis   dengan   analisis   univariat   untuk   memperoleh   gambaran   distribusi frekuensi,  analisis  bivariat  menggunakan  uji  chi  square  untuk  memperoleh  hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dengan tingkat kemaknaan ? = 0,05. Selanjutnya dilakukan uji Odds Ratio (OR) untuk menentukan seberapa besar hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.

CONTOH TESIS NO.11 Hubungan antara Pola Asuh Keluargadengan Kejadian Balita Stunting pada Keluarga Miskin di Palembang

Abstrak

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan proporsi anak pendek pada keluarga miskin di Palembang sebesar 29%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan makan (p = 0,000); kebiasaan mengasuh anak (p = 0,001); kebiasaan kebersihan (p = 0,021); dan kebiasaan mendapat pelayanan kesehatan (p = 0,000) dengan kejadian stunting pada balita Kesimpulan: Balita dengan tinggi badan normal (tidak stunting) mempunyai kebiasaan pola asuh seperti kebiasaan makan, kebiasaan mengasuh, kebiasaan higienis dan kebiasaan mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik dari pada balita pendek dengan latar belakang ekonomi keluarga yang sama.

BAB I

Stunting merupakan salah satu permasalahan   status   gizi   pada   balita   yang digambarkan sebagai bentuk kegagalan pertumbuhan  akibat  gizi  buruk  dan  kesehatan selama    periode    prenatal    dan    postnatal.1Stunting  muncul  sebagai  akibat  dari  keadaan kekurangan   gizi   yang   terakumulasi   dalam waktu  yang  cukup  lama  sehingga  akan  lebih terlihat manifestnya secara fisik di usia 24 –59 bulan. Dalam    prosesnya,    stunting    dapat mengganggu  perkembangan  anak  dari  tahap awal konsepsi sampai tahun keempat kehidupan sebagai penentu penting pertumbuhan  anak  dan  berpengaruh  terhadap tingkat  kecerdasannya.

Teknik Analisis

Penelitian    ini    merupakan    penelitian observasional   yang   dilakukan   menggunakan pendekatan   kuantitatif   dengan   desain   Studi Cross  Sectional yang  dilakukan  pada  bulan Maret 2019 di Kota Palembang.

CONTOH TESIS NO.12 FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 0—23 BULAN DI PROVINSI BALI, JAWA BARAT, DAN NUSA TENGGARA TIMUR

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji prevalensi dan faktor risiko stunting pada anak usia 0—23 bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Data diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riskesdas 2010 adalah sebuah survei dengan desain cross sectional. Provinsi Bali, Jawa Barat, dan NTT dipilih sebagai lokasi penelitian karena masing-masing memiliki masalah stunting tingkat ringan, sedang, dan berat pada anak usia dibawah lima tahun. Jumlah subjek yang digunakan sebanyak 1 554 anak usia 0—23 bulan. Prevalensi stunting di Provinsi Bali, Jawa Barat,  dan NTT masing-masing  sebesar  35.9%,  31.4%,  dan  45.0%.    Uji chi-square  menunjukkan  ada  hubungan  positif  dan signifikan  antara  berat  badan  lahir  rendah,  sanitasi  kurang  baik,  kebiasaan  ayah  merokok  dalam  rumah, pendidikan ibu yang rendah, pendidikan ayah yang rendah, pendapatan  yang rendah, dan tinggi badan ibu kurang dari 150 cm dengan stunting pada anak usia 0—23 bulan (p<0.05). Uji regresi logistik menunjukkan berat  badan  lahir  rendah  (OR=2.21;  95%CI:1.01—4.86),  tinggi  badan  ibu  kurang  dari  150  cm  (OR=1.77; 95%CI:1.20—2.59),  sanitasi  kurang  baik  (OR=1.46;  95%CI:1.01—2.13)  dan  pemberian  makanan  pre-lakteal (OR=1.47; 95%CI:1.00—2.15) menjadi faktor risiko terjadinya stunting. Program penurunan masalah stuntingperlu  dimulai  dari  peningkatan  kualitas antenatal  care dan  kualitas  pelayanan  kesehatan  neonatus  dasar berupa penyuluhan tentang menyusui secara eksklusif.

BAB I

Kekurangan  gizi  seringkali  diasumsikan  seba-gai akibat dari ketidaktahanan pangan semata, data dari banyak negara menyatakan bahwa pangan atau makanan bukanlah satu-satunya atau bahkan bukan penyebab  utama  kekurangan  gizi,  kecuali  memang dibawah  kondisi  kelaparan.  Berdasarkan  berbagai penelitian, terdapat faktor-faktor lain seperti penge-tahuan ibu, pola asuh, akses pelayanan kesehatan, air,  dan  sanitasi  memiliki  peran  yang  penting. Data  dari  banyak  negara  menunjukkan  tingginya tingkat kekurangan gizi pada rumah tangga dimana pangan tersedia berlimpah, misalnya di daerah Arsi, Ethiopia  dan  daerah  Iringa  di  Tanzania.  Keduanya memiliki tingkat produksi pangan yang tinggi tetapi masih  memiliki  masalah stunting  yang  tinggi  pula, 62% di Arsi dan 66% di Iringa (World Bank 2006)

Teknik Analisis

Tahap-tahap pengolahan data meliputi clean-ing,  coding,  dan tabulating. Variabel  dependen,  yaitu status stunting ditentukan dengan mengguna-kan software WHO Anthro 2005. Analisis  data  menggunakan  perangkat  lunak Microsoft Excel 2007 dan Statistical Packages for the Social Science/SPSS 17. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi dan proporsi dari ber-bagai variabel yang diteliti.

CONTOH TESIS NO.13 HUBUNGAN TINGGI BADAN IBU, SOSIAL EKONOMI DAN ASUPAN SUMBER ZINC DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM

Abstrak

Stunting merupakan status gizi masa lalu yang kurang baik akibat asupan gizi kurang, baik kualitas maupun kuantitas sehingga tinggi badan tidak sesuai dengan umur. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain: defisiensi gizi makro dan mikro, genetik, sosial ekonomi, penyakit infeksi, pemberian air susu ibu ekslusif dan berat badan lahir rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tinggi badan ibu, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc dengan stunting pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Kopelma Darussalam Banda Aceh. Jenis penelitian analitik observasional dengan design cross sectional. Pengambilan sampel tanggal 14 September sampai 14 November 2017 di 5 posyandu Puskesmas Kopelma Darussalam secara non probability sampling dengan metode accidental sampling. Penilaian tinggi badan ibu dan stunting dengan mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc diukur menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 46 ibu dan anak yang memenuhi kriteria inklusi. Anak usia 3-5 tahun stunting (pendek atau sangat pendek) sebesar 41,3%, tinggi badan ibu pendek 50%, sosial ekonomi rendah 52,2% dan asupan sumber zinc kurang 50%. Uji analisis Spearman terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan stunting nilai p = 0,000 (p<0,05) dan r = 0,529 kekuatan hubungan kuat. Tidak terdapat hubungan sosial ekonomi dengan stunting nilai p = 0,930 (p>0,05) dan terdapat hubungan asupan sumber zinc dengan stunting nilai p = 0,016 (p<0,05) dan r = 0,352 kekuatan hubungan sedang. Kesimpulannya, tinggi badan ibu dan asupan sumber zinc berhubungan dengan stunting dan tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan stunting.

BAB I

Stunting merupakan status gizi masa lalu yang kurang baik akibat asupan gizi kurang, baik kualitas maupun kuantitas sehingga tinggi badan tidak sesuai dengan umur. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain: defisiensi gizi makro dan mikro, genetik, sosial ekonomi, penyakit infeksi, pemberian air susu ibu ekslusif dan berat badan lahir rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tinggi badan ibu, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc dengan stunting pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Kopelma Darussalam Banda Aceh. Jenis penelitian analitik observasional dengan design cross sectional. Pengambilan sampel tanggal 14 September sampai 14 November 2017 di 5 posyandu Puskesmas Kopelma Darussalam secara non probability sampling dengan metode accidental sampling. Penilaian tinggi badan ibu dan stunting dengan mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, sosial ekonomi dan asupan sumber zinc diukur menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 46 ibu dan anak yang memenuhi kriteria inklusi. Anak usia 3-5 tahun stunting (pendek atau sangat pendek) sebesar 41,3%, tinggi badan ibu pendek 50%, sosial ekonomi rendah 52,2% dan asupan sumber zinc kurang 50%. Uji analisis Spearman terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan stunting nilai p = 0,000 (p<0,05) dan r = 0,529 kekuatan hubungan kuat. Tidak terdapat hubungan sosial ekonomi dengan stunting nilai p = 0,930 (p>0,05) dan terdapat hubungan asupan sumber zinc dengan stunting nilai p = 0,016 (p<0,05) dan r = 0,352 kekuatan hubungan sedang. Kesimpulannya, tinggi badan ibu dan asupan sumber zinc berhubungan dengan stunting dan tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan stunting.

Teknik Analisis

Teknik pengambilan sampel adalah non proability sampling dengna metode accidental sampling. Analisia data yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji statistik korelasi rank spearman.

CONTOH TESIS NO.14 ANALISIS KEJADIAN STUNTINGPADA BALITA DI DESA PASIRDOTON KECAMATAN CIDAHU KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017-2018

Abstrak

Hasil  penelitian: Hasil  penelitian  menunjukan  bahwa  dari  176  responden  dengan  88  balita stuntingdan  88 balita  yang  tidak stuntingdidapatkan  adanya  hubungan  bermakna  antara  riwayat  pemberian  ASI  (?=000), berat bayi lahir (?=000), dengan kejadian stunting. Simpulan  dan saran:  Riwayat  pemberian  ASI  ,  BBLR  dan  status  gizi  ibu  saat  hamil  mempunyai  pengeruh terhadap   kejadian stuntingdi   Desa   Pasirdoton   Kecamatan   Cidahu   Kabupaten   Sukabumi.   Optimalisasi pemberian  penyuluhan  secara  rutin  menegani  pemberian  ASI  secara  ekslusif   disertai  dengan  pemberian pamflet –pamflet yang berhubungan dengan penyebab kejadian stuntingsangat diperlukan.

BAB I

Stuntingadalah  masalah  utama  yang  berdampak  pada  kehidupan  sosial  ekonomi  dalam masyarakat.  Prevalensi  Balita  pendek  di  Indonesia  masih  tinggi  sebesar  29%  dan  merupakan  masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Di Jawa Barat sendiri permasalahan kekurangan gizi terutama stuntingprevalensinya  masih  sangat  tinggi  yaitu  mencapai  32,9%,  Di  Kabupaten  sukabumi  terdapat  10  desa  yang termasuk  kedalam  program  tersebut  salah  satunya  yaitu  Desa  pasirdoton,  kecamatan  Cidahu  Kabupaten Sukabumi dengan angka kejadian 16,7 % dengan jumlah balita stunting 88 dari 528 balita. Kekurangan gizi pada  usia  dini  meningkatkan  angka  kematian  bayi  dan  anak,  menyebabkan  penderitanya  mudah  sakit  dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa serta kemampuan kognitif pada penderita juga berkurang

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan desain case control, dengen jumlah populasi sebanyak 176 responden, dan analisis data dengan rumus chi square.

CONTOH TESIS NO.15 Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Baduta (7-24 Bulan)

Abstrak

Stunting  adalah  perawakan  pendek  dengan  nilai  Z-score  PB/U  < -2SD  yang terjadi  akibat  akumulasi  masalah  gizi  kronis.  Pada  tahun  2017,  stunting  merupakan masalah  gizi  yang  paling  banyak  ditemukan  di  Kabupaten  Tolikara  dibanding  masalah gizi  lainnya  (underweight,  wasting,  overweight)dengan  prevalensi  stunting  sebesar 41,0% yang dapat memberikan dampak buruk bagi sumber daya manusia (SMD) di masa yang  akan  datang.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengetahui  hubungan  karakteristik ibu dengan   kejadian   stunting baduta   usia   7-24   bulan.   Penelitian   ini   menggunakan observational analytic dengan pendekatan cross sectional.Total sampel dalam penelitian ini  adalah  81  ibu  yang  memiliki  baduta  usia  7-24  bulan  dan  merupakan  peserta  aktif program  1000  Hari  Pertama  Kehidupan  (HPK).  Pengambilan  sampel  dilakukan  dengan simple  random  sampling. Sumber  data  penelitian  ini  adalah  data  sekunder  yang  diambil pada bulan Mei sampai Juni 2019. Data menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident  interval(CI)=95%.  Hasil  analisis  penelitian  ini  menunjukkan  adanya hubungan yang signifikan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan usia ibu (p= 0,003; CI=95%). Tidak ada hubungan antara kejadian stunting baduta usia 7-24 bulan dengan tinggi badan ibu (p=0,303; CI=95%), tingkat pendidikan ibu (p=0,203; CI=95%) dan  pekerjaan ibu  (p=0,961;  CI=95%). Dapat  disimpulkan  bahwa memiliki  anak  di  usia yang  sangat muda  (remaja) berhubungan  erat dengan kejadian  stunting baduta  usia  7-24 bulan,   sementara   tinggi   badan   ibu,   pendidikan   dan   pekerjaan   ibu   tidak   memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting.

BAB I

Tingginya   prevalensi   stunting   dapat   disebabkan   oleh   banyak   faktor.Menurut World  Health Organization(WHO,  2014)penyebab stuntingpada  anak diantaranyastatus gizi ibu, pemberian ASIeksklusif, asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi.Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi stunting yakni karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan dan tinggi badan). Kehamilan di usia remaja dapat berdampak pada pertumbuhan linier anak akibat  adanya  kompetisi  nutrisi  antara  ibu  dan  colon  bayi(Stephenson,  T.,  J.& Schiff,W.,  J.2019).  Ibu  dengan  pendidikan  dan  pengetahuan  yang  rendah  tidak memahami  tentang  gizi  dan  pola  asuh  yang  benar  sehingga  beresiko  memiliki anak  yang  stunting.

Teknik Analisis

Penelitian   ini   menggunakan observational   analyticpendekatan cross sectional.Populasi  penelitian  ini  adalahibu  baduta  usia  7-24  bulan. sampel penelitian  ini  adalah ibu  baduta7-24  bulanyangmemenuhi  kriteria:ibu  baduta aktif  dalam  program  1000  HPK  dan  berdomisili  tetap  di  Karubaga.  Pengambilan sampel minimal 81 ibu baduta yang dipilih secara acak atau menggunakan teknik simple  random  sampling. Variabel  yang  dikumpulkan  berupa  karakteristik  ibu (umur,  pendidikan,  pekerjaan,  dan  tinggi  badan),  karakteristik  baduta  (umur  dan jenis kelamin) dan status gizi PB/U baduta. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder (KMS, buku registrasi kohort ibu dan data laporan program 1000 HPK) dan data primer (pengukuran panjang badan baduta)yang diambil pada bulan Mei sampai  Juni  2019  di  Karubaga  Kabupaten  Tolikara.  Datamenggunakan  uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan confident interval(CI)=95%.

 

Incoming search terms:

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?