CONTOH TESIS NO.1 KESIAPAN KOTA PEKALONGAN MENUJU SMART CITY
Abstrak
Kota memiliki masalah yang terus bertumbuh dalam pengaturan tata ruang. bukan masalah luar biasa yang muncul karena pembangunan kota sendiri. Mampu mencegah bahwa manajemen kota diperlukan melalui pendekatan yang berkelanjutan dengan konsep perencanaan. Dan saat ini mengembangkan konsep kota cerdas dan salah satu dimensi paling penting smart city adalah kota yang harus menyediakan layanan yang menggunakan teknologi terbaru dan bangunan cerdas infrastruktur, serta biaya memberikan layanan yang efektif tinggal di kota. Keterlibatan tik di bangunan kota pekalongan sudah berjalan, Terlihat dari dukungan kebijakan dan peraturan pemerintah kota pekalongan dan berbagai penghargaan terkait yang diterima pemerintah kota tik pekalongan kedua tingkat regional dan nasional. Komponen pemberdayaan masyarakat melalui dewan relawan tik tik dan juga memberikan hasil besar untuk mendorong orang menjadi tick kota pekalongan. Untuk menentukan tingkat kesiapan kota pekalongan terhadap pelaksanaan konsep kota smart, strategi yang tepat dapat diusulkan kepada pemerintah kota sehingga dapat di wujudkan kota pekalongan pekalongan smart city yang dapat menyediakan pelayanan secara nyaman dan sebagai efektif tinggal di kota pekalongan.
BAB I
Kota cerdas merupakankota yang mampu menggunakan sumber daya manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat. Ada 6 (enam) dimensi dalam kota cerdas, yaitu smart government (pemerintahan cerdas), smart economy (ekonomi cerdas), smart society (kehidupan sosial cerdas), smartmobility (mobilitas cerdas), smart environment (lingkungan cerdas), dan quality of live (hidup berkualitas).
Teknik Analisis
- Identifikasi Data
Tahap ini dilakukan untuk dapat mengindentifikasi beberapa hal berikut ini: Identifikasi permasalahan dan kebutuhan TIK kota Pekalongan, Pengukuran tingkat kesiapan kota Pekalongan dari bidang TIK terhadapan penerapan konsepkota cerdas
- Validasi Data
Tahap ini merupakan tahap validasi terhadap hasil yang didapatkan pada tahap identifikasidatamelalui kegiatan focus group discussion.
- Usulan Strategi
Tahap ini merupakan tahap penyusunan usulan strategi yang akan diberikan ke pemerintah kota Pekalongan untuk dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya terkait dengan penerapan konsep kota cerdas.
CONTOH TESIS NO.2 TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS (SMART MOBILITY) SEBAGAI BAGIAN DARI KONSEP KOTA CERDAS (SMART CITY)
Abstrak
Kota ini memiliki masalah yang sering muncul akibat pembangunan kota sendiri. Untuk mencegah Bahwa, pengelolaan kota perlu melalui pendekatan yang berkelanjutan pada konsep perencanaan. Sekarang, Konsep smart city berkembang, dimana beberapa kota besar di Indonesia telah dimulai menerapkan konsep tersebut. Surakarta menjadi pionir dalam pemanfaatan teknologi transportasi biasa disebut Intelligent Transport Systems (ITS). Surakarta diindikasikan untuk menerapkan konsep kota Pintar. Bersama Indosat, anak perusahaan PT. Starone Partner Telecommunications (SMT) bekerjasama menerapkan konsep smart city di Surakarta misalnya e-transportasi. Etransportation mirip dengan prinsip mobilitas pintar dalam teori kota pintar. Howerver tidak hanya penerapan teknologi mobilitas pintar, tetapi juga perlu melihat aspek yang menyediakan kenyamanan, keamanan, dan keberlanjutan. Penelitian ini ingin melihat tingkat kesiapan Kota Surakarta terhadap dimensi mobilitas pintar sebagai bagian dari konsep kota pintar. Aspek penelitian ini adalah aksesibilitas lokal, aksesibilitas internasional, akses multi moda, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung perkotaan mobilitas, transportasi dan keamanan yang berkelanjutan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teknik pemberian skor yang menilai kesiapan tiap aspek dan kesiapan secara keseluruhan. Hasil menunjukkan bahwa Surakarta termasuk dalam kategori siap tetapi bersyarat pada penerapan smart mobilitas. Artinya Surakarta perlu melakukan beberapa persyaratan baik perbaikan maupun pengadaan di beberapa aspek. Aspek-aspek yang telah disiapkan tetapi memiliki beberapa persyaratan yang perlu dilakukan adalah aspek aspek aksesibilitas lokal, aksesibilitas internasional, akses multi-moda, dan informasi dan infrastruktur teknologi komunikasi yang mendukung mobilitas perkotaan. Transportasi dan keamanan yang berkelanjutan Aspek yang tergolong dalam kategori belum siap mendukung penerapan mobilitas pintar di Indonesia Surakarta.
BAB I
Penerapan teknologi di bidang transportasi juga menjadi langkah awal solusi E-Transportation yang sejalan dengan mobilitas cerdas sebagai bagian dari konsep kota cerdas yang akan diterapkan di Kota Surakarta. Kota Surakarta memang menjadi salah satu percontohan transportasi di Indonesia, namun Kota Surakarta dianggap juga masih memiliki permasalahan krusial transportasi yang perlu dibenahi (Kepala Sub Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Kemenhub,Ahmadi, 2012).
Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis skoring. Data-data yang terdapat pada penelitian ini merupakan data nominal yang bersifat kualitatif, yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif dengan cara pemberian skor(skoring). Untuk mendapatkan temuan dilakukan dengan cara membandingkan hasil skoring dengan teori dan kondisi-kondisi yang ada di Kota Surakarta. Teknik analisis yang dilakukan antara lain: (1) Analisis skoring kesiapan dari parameter tiap variabel; (2) Analisis Kesiapan Kota terhadap Mobilitas Cerdas
CONTOH TESIS NO.3 ANALISA KESIAPAN KOTA CERDAS(STUDI KASUS: PEMERINTAH KOTA MANADO)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan pemerintah kota Manado menuju kota cerdas. Metode yang digunakan yaitu metode e-readinessyang di kembangkan dari model Molla dan Licker (2005) dan Dada (2006) dengan menggunakan 6 indikator yaitu awareness, government, komitmen, sumber daya bisnis, sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan adopsi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa Pemerintah kota Manado telah memiliki tingkat kesiapan yang cukup siap untuk menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi menuju kota cerdas. Berdasarkan hasil pengukuran pada indikator yang digunakan didapatkan hasil bahwa indikator awarenessmemilikinilai 4,22, indikator governancememiliki nilai 3.21, komitmen memiliki nilai 3,86, Sumber daya bisnis memiliki nilai 3,77, sumber daya teknologimemiliki nilai 3,50, adopsi memiliki nilai 4,30 sedangkan untuk indikator sumber daya manusia memiliki nilai 2.45 yang artinya belum cukup siap sehingga perlu perbaikan dan evaluasi untuk pembangunan yang lebih baik kedepannya.
BAB I
Teknologi Informasi dan Komunikasi hadir sebagai tools yang dapat membantu mengatasi permasalahan-permasalahan umum yang ada di dalam suatu kota menggunakan pendekatan yg dikenal dengan sebutan Smart City. Konsep Smart City(Kota Pintar) berkembang secara pesat dan menjadi salah satu hal yang dianggap penting di setiap kota karena menunjang kota dalam dimensi sosial, ekonomi, dan kenyamanan lingkungan. Dari beberapa literatur, dapat diketahui bahwa konsep Smart City merupakan ujung dari pengembangan konsep pembangunan dan pengelolaan kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Teknik Analisis
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kuantitatif, sebagai suatu penelitian explanatory dalam suatu penelitian survey lapangan. Pada tahapan desain penelitian pengukuran tingkat kesiapan dengan model e-readiness menggunakan indikator berikut:a. Awareness (kepedulian) b. Governance (tata kelola)c. Kepedulian.d. Sumber daya bisnis.e. Sumber daya manusia.f. Sumber daya teknologi.g. Adopsi (Molla dan Liker(2005) dan Dada(2006)).
CONTOH TESIS NO.4 KESIAPAN DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN KOTA YOGYAKARTA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SMART CITY DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
Abstrak
Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Yogyakarta harus memiliki beberapa strategi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terutama untuk mendukung percepatan implementasi smart city bagi Pemerintah Kota Yogyakarta. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk mendukung program tersebut adalah (1) Sumber Daya Manusia yang kompeten di bidang teknologi informasi (e-skill) dan implementasi konsep layanan berbasis elektronik, (2) Infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi yang meliputi infrastruktur untuk jaringan & pusat data, sistem informasi, dan integrasi data & pengembangan aplikasi terintegrasi.
BAB I
Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Yogyakarta adalah gabungan dari 3 penugasan yang sebelumnya ditangani oleh 4 divisi berbeda: (1) Telematika dan Teknologi Informasi, (2) Promosi, Publikasi, dan Hubungan Masyarakat, (3) Pengkodean, dan (4) ) Statistik Sektorial. Penggabungan 4 divisi tersebut tidak diikuti dengan penambahan resource. Semua sumber daya manusia, peralatan, dan aturan teknis yang digunakan adalah yang sudah tersedia pada saat itu. Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 79 tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Yogyakarta, tugas Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan tentang asas otonomi daerah di bidang komunikasi, informasi, pengkodean, dan statistik bidang.
Teknik Analisis
Teknik Analisis dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.
CONTOH TESIS NO.5 EKSPLORASI KESIAPAN SMART WATER DI KOTA BANDUNG SMART WATER READINESS EKSPLORATION IN THE CITY OF BANDUNG (STUDY KASUS SMART CITY DI KOTA BANDUNG)
Abstrak
Data analytic yang dilakukan berkaitan dengan indikator yang mempunyai tingkat tertinggi dan terendah, dengan tujuan untuk perbandingan antara data yang diambil secara luas dengan data yang diambil secara terpilih.Penelitian ini menemukan nilai indeks kesiapan smart water di Kota Bandung terdapat pada angka 51,05, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesiapan smart water di Kota Bandung adalah buruk, masih terdapat banyak kekurangan.Indeks tertinggi yang didapatkan yaitu water quality dan indeks terendah yaitu Dam protection.
BAB I
Pengelolaan kota di masa yang akan datang, tentunya akan semakin kompleks akibat dari laju pertambahan penduduk, urbanisasi, terbatasnya jumlah sumber daya alam, dan faktor-faktor lainnya. Salah satu solusi untuk menangani permasalahan ini adalah penerapan konsep smart city, yaitu sebuah model pengembangan kota yang memiliki fungsi efektifitas dan efisiensi tinggi dengan dukungan perkembangan teknologi. Smart city ini terdiri dari banyak dimensi, salah satunya adalah smart water yang mana banyak digagas oleh perkotaan termasuk Kota Bandung. Penelitian mengenai Smart Water sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Indrawati, Parlagutan,P, dan Amani (2017) dengan temuan variabel dan indikator terkait smart water. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan konfirmasi model dan mendapatkan nilai indeks kesiapan smart water di Kota Bandung. Siklus air (sumber daya air baku, produksi, distribusi, konsumsi air bersih serta pengumpulan dan pengolahan air limbah) memainkan bagian integral dari sistem perkotaan, yang mempengaruhi setiap pilar dari masyarakat perkotaan dan fungsinya, menghasilkan energi, mendukung pariwisata, memastikan terwujudnya kesehatan lingkungan dan manusia, dan akhirnya dapat memicu perkembangan ekonomi lokal (ITU-T, Smart Water in Cities, 2014). Secara tidak langsung meningkatkan konvergensi seperti mendorong pertumbuhan perkotaan.
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian mix method, yaitu penelitian eksploratif berupa pengambilan data menggunakan data analytic dan penelitian deskriptif melalui pencarian data untuk mendapatkan indeks. Pengumpulan data deskriptif dilakukan dengan pencarian data best practice dan data sekunder yang dikonfirmasi melalui wawancara kepada narasumber.
CONTOH TESIS NO.6 ANALISIS KESIAPAN SMART ENVIRONTMENT KABUPATEN MAGELANG
Abstrak
Jumlah penduduk Kabupaten Magelang yang semakin meningkat memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, sosial dan lingkungan sekitar. Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan kebutuhannya semakin meningkat pula. Hal ini akan berdampak pada lingkungan, yaitu semakin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut beralih fungsi menjadi pemukiman, dan menyebabkan berkurangnya ketersediaan air. Dampak negatif ini bisa diatasi dengan program Smart Environtment. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kondisi di setiap indikator Smart Environment di Kabupaten Magelang, dan menganalisa kesiapan Smart Environmentdi Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan in depth interview pada Satuan Perangkat Kerja Daerah Kabupaten Magelang dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan hasil identifikasi indikator Smart Environtmentdi Kabupaten Magelang yaitu luas ruang terbuka hijau, index Status lingkungan hidup daerah, ketersediaan SIKOLING (Sistem Informasi Komunikasi Lingkungan Hidup), jumlah kampung iklim (Proklim), jumlah mata air terukur, luas area tanaman yang menambah debit mata air, jumlah lokasi bank sampah, jumlah sampah yang diolah bank sampah, dan ketersediaan taman pintar yang dibangun. Hasil analisiskesiapan Smart Environtmentdi Kabupaten Magelang, yaitu termasuk pada kategori scattered, yaitu sudah mulai dibangun namun, masih bersifat sektoral. Hal ini dapat dipahami bahwa pemerintah daerah sangat mendukung program Smart Environtment terlihat dari regulasi-regulasi yang dikeluarkan untuk mendukung program Smart Environtment di Kabupaten Magelan. Kesimpulan penelitian ini adalah Smart Environtment Kabupaten Magelang masuk pada kategori Scattered, yaitu sudah mulai dibangun namun, masih bersifat sektoral.
BAB I
Konsep kota cerdas (Smart City) menjadi isu besar belakangan ini.Untuk mewujudkan Smart City perlu peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam lingkungan sekitar sehingga tercipta kondisi wilayah yang dapat dikatakan Smart City.Untuk mewujudkan hal ini salah satu program pemerintah adalah Program Gerakan menuju 100 Smart City. Pada tahun 2018 ini, Kabupaten Magelang termasuk ke dalam 50 kota yang menandatangani nota kesepahaman mengikuti Gerakan Menuju 100Smart City(https://aptika.kominfo.go.id).
Teknik Anlisis
Penelitian deskriptif memiliki tiga tahap yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi dan tahap seleksi. Tahap deskripsi merupakan tahap dimana peneliti mendeskripsikan tempat, kegiatan, orang pada suatu kegiatan sosial. Tahap reduksi merupakan tahap peneliti melakukan reduksi data dari tahap deskripsi dan mulai fokus terhadap tujuan penelitian. Sedangkan tahap seleksi adalah tahap dimana peneliti fokus terhadap jawab yang didapatkan dan menguraikannya menjadi lebih terperinci (Sugiyono, 2015).Metode penelitian akan disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu melakukan identifikasi indikator Smart Environment, dan mengetahui kesiapan Smart Environment setiap operasional perangkat daerah.
CONTOH TESIS NO.7 KESIAPAN E-GOVERNMENT PEMERINTAH DAERAH MENUJU PENGEMBANGAN SMART PROVINCE (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesiapan Pemerintah kabupaten Mandailing Natal dalam pelaksanaan e-government untuk mendukung inisiatif Smart province Sumatera Utara. Metode penelitian ini dilaksanakan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada 30 orang pegawai di lingkungan pemerintah kabupaten Mandailing Natal, sedangkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara terbuka kepada informan yang berasal dari dinas komunikasi dan informatika. Hasil penelitian menemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal telah memanfaatkan TIK dalam proses kerja di pemerintahan namun belum maksimal. Pada sisi infrastruktur, jaringan internet di sebagian besar Organisasi Perangkat Daerah masih menggunakan kabel telepon dengan kecepatan akses yang cukup lambat. Pada sisi SDM, para responden umum memiliki kemampuan operasional perangkat TIK namun tidak memahami tentang hal-hal teknis. Sedangkan pada aspek tata kelola, pemkab Mandailing Natal belum memiliki kerangka hukum sebagai landasan opearasional dan perencanaan pengembangan TIK kedepan. Studi ini juga mengemukakan sejumlah hambatan pelaksanaan e-government dan merumuskan beberapa rekomendasi sebagai langkah perbaikan.
BAB I
Seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk, tingkat kebutuhan masyarakat akan informasi, dan semakin berkembangnya teknologi menjadikan Smart city sebagai sebuah jalan keluar bagi banyaknya problematika yang harus diselesaikan pemerintah daerah. Dimulai dari permasalahan ketersediaan air bersih, pengelolaan sampah, informasi layanan publik dan berbagai permasalahan masyarakat lainnya. Mengapa dikatakan smart city sebagai salah satu hal yang perlu diterapkan oleh dalam menangani berbagai permasalahan dalam konteks pemerintahan dan masyarakat? Hal tersebut dikarenakan, melalui smart city terjadi integrasi teknologi yang dapat menciptakan keteraturan, mengurangi potensi human error, meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam berbagai hal, terutama layanan publik. Pelayanan publik yang biasanya membutuhkan prosedur birokrasi yang berbelit-belit bisa dipangkas jika telah menerapkan smart city. Integrasi teknologi dapat menciptakan alur kerja dan prosedur yang lebih cepat dan efisien. Kinerja pemerintahan pun dapat diketahui publik secara terbuka, hal ini tentu dapat berdampak positif bagi pemerintahan yang ingin menjalankan pemerintahan secara transparan. Masyarakat akan menjadi controller bagi setiap kebijakan pemerintah kota/kabupaten. Melalui penerapan smart citydiharapkan terjadinya peningkatan produktivitas kinerja dari pemerintahan, optimalisasi layanan publik, efisiensi birokrasi, tersedianya akses terhadap keseluruhan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat sehingga dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih modern, tertata dansejahtera.
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bertujuan menggambarkan kesiapan pemerintahKabupaten Mandailing Natal dalam implementasi e-government menuju Smart province di Provinsi Sumatera Utara. Variabel operasional yang digunakan dalam mengukur konsep kesiapan pemerintah adalah: 1) Kondisi infrastruktur TIK dan aplikasi; 2) Kesiapan tata kelola terkait TIK; 3) Kompetensi SDM aparatur. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 dengan proses pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif di lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
CONTOH TESIS NO.8 KESIAPAN KOTA SURAKARTA DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA CERDAS (SMART TOURISM) DITINJAU DARI ASPEK FASILITAS DAN SISTEM PELAYANAN
Abstrak
Peningkatan pembangunan perkotaan menanggapi berbagai permasalahan yang terjadi. Adanya Masalah kota membutuhkan kota dan komunitas di dalamnya untuk menyelesaikan masalah, ditambah dengan tantangan global terkait bagaimana kota ini mampu bersaing baik skala nasional maupun internasional. Kemajuan perkembangan kota diwujudkan melalui inovasi dalam kehidupan kota yang ada kemudian sering disebut sebagai Smart City. Konsep Smart City juga dibutuhkan dalam dunia pariwisata Aspek atau biasa disebut Smart Tourism. Perkembangan pariwisata terus berkembang dan telah disinergikan dengan Information and Communication Technology (ICT) termasuk di Kota Surakarta yang mencoba menerapkan konsep Smart Tourism, seperti peluncuran Kota Solo Aplikasi destinasi dan kerjasama pemerintah dan Perusahaan Telekomunikasi untuk mewujudkan pariwisata cerdas. Namun penerapannya masih belum sempurna, apalagi jika dilihat dari fasilitasnya dan sistem pelayanan. Hal ini terlihat dari ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung kegiatan pariwisata yang minim. Masalahnya juga terlihat pada pelayanan yang kurang memadai kualitas di semua komponen pariwisata. Makalah ini mengetahui kesiapan Kota Surakarta dalam masuk mewujudkan pariwisata cerdas dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat komponen (1) pelaku pariwisata, (2) atraksi, (3) transportasi dan (4) sarana penunjang pariwisata. Itu Pendekatannya menggunakan deduktif, sedangkan metode analisisnya kuantitatif dengan menggunakan analisis skoring dari hasil observasi lapangan dan telaah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota Surakarta siap menerapkan konsep smart tourism, meski komponen atraksi kurang siap yang menyebabkan atraksi belum mampu memainkan komponen utama pariwisata yang mampu menarik banyak pengunjung turis. Komponen lainnya seperti pelaku pariwisata, transportasi dan pariwisata fasilitas penunjang sudah menunjukkan siap.
BAB I
Sistem pariwisata cedas meliputi lima elemen: Information Exchange Center (IEC), government/pemerintah, scenic zone/zona indah dan bisnis [Zhui et.al, 2014]. Pengaplikasian dalam bidang pariwisata ini dibutuhkan karena adanya perkembangan kegiatan berwisata yang telah menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Sejak tahun 2010 jumlah kedatangan wisatawan internasional mengalami pertumbuhan rata-rata 5% setiap tahunnya. Tren ini mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat, ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas ekspor dan luasnya lapangan pekerjaan di bidang pariwisata [UNWTO, 2014].
Teknik Analisis
Analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan teknik skoring dengan cara mengakumulasikan skor kemudian dinilai hasil kesiapan tiap variabel seusai langkah-langkah berikut: 1) Menjumlahkan skor sub variabel dalam satu variabel 2) Menentukan rentang kelas interval dengan rumus interval untuk kriteria skor kesiapan setiap variabel 3) Menilai kesiapan tiap variabelnya
CONTOH TESIS NO.9 ANALISISKESIAPAN KOTA KOTAMOBAGU DALAMMEWUJUDKAN KOTAMOBAGU SEBAGAI SMART CITYStudi : Pemerintah Daerah Kotamobagu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan Pemerintah Kota Kotamobagu menuju kota cerdas tahun 2020. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dalam pengumpulan informasi dan datannya peneliti mendapatkanya dari penelitian di beberapa artikel, jurnal, dokumen, data statistik dan juga berita tentang pembangunan Smart City di Kota Kotamobagu dan lain-lain, yang berhubunagan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menjunjukan Kotamobagu telah memiliki tingkat kesiapan yang cukup siap untuk menggunakan sarana TIK menuju kota cerdas yang dimanatelah mencapai 80% kesiapannya. Melihat kesiapan Pemerintah Kota Kotamobagu yang sekarang hampir mencapai 100 % kesiapannyamaka Pemerintah Kotamobagu sekarang tinggal terus mengingkatkan potensi yang ada untuk terus mendukung terealisasinya penerapan Smart City di Kota Kotamobagu dengan menambah pengetahuan mengenai pengembangan Smart City untuk mendukung implementasi penerapan Smart City di Kota Kotamobagu.
BAB I
Penerapan dari smart city ini di nilai memiliki dampak yang sangat baik sehingga banyak kota-kota yang ada di dinia juga telah menerapkan smart cityini di kota-kotanya. Begitu juga dengan Indonesia beberapa kota di Indonesia yang telah berhasil menerapkan Smart Cityseperti contohnya Kota Surabaya, Kota Bandung,DKI Jakarta dan Kota Yogyakarta yang mana kota-kota tersebut telah sukses dan telah merasakan dapak dari Smart City ini.
Teknik Analisis
Pada Penelitian tentang analisis kesiapan dari Pemerintah Kota Kotammbagu dalam mewujudkan Smart City ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dalam pengumpulan informasi dan datannya peneliti mendapatkanya dari penelitian di beberapa artikel, jurnal, dokumen, data statistik dan juga berita tentang pembangunan Smart City di Kota Kotamobagu dan lain-lain, yang berhubungan dengan penelitian ini.
CONTOH TESIS NO.10 Pengukuran Tingkat Kesiapan daan Pengembangan Model Kota Cerdas (Smart City) Kabupaten Pamekasan
Abstrak
Hasil yang didapat dari kegiatan ini adalah analisis tingkat kesiapan kota cerdas kabupaten pamekasan dan peningkatan koordinasi antar stakeholder smart city kabupaten pamekasan. Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan konstribusi dalam proses pembangunan smart city kabupaten pamekasan.
BAB I
Konsep kota cerdas (smart city) saat ini merupakan sebuah trend dan pilihan utama untuk pengolaan kota berbasis TIK yang terintegrasi. Konsep kota cerdas diharapkan menjadi solusi dari permasalan kota yang semakin kompleks dan multi dimensi. Tahun 2018, pemerintah Indonesia telah memulai Gerakan menuju 50 smart city, sebagai inisiasi untuk menyiapkan berbagai kota menjadi sebuah kota cerdas. Kabupaten Pamekasan telah memulai berbagai inisiasi untuk menjadi sebuah kota cerdas. Akan tetapi terdapat berbagai masalah dan kendala dalam hal penyiapan Masterplan, koordinasi antar stakeholder, penyiapan infrastruktur, teknostruktur, dan suprastruktur TIK. Program Abdimas berbasis penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian, pengukuran kesiapan dan pengembangan model kota cerdas di kabupaten Pamekasan.
Teknik Analisis
Teknik Analisis pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
CONTOH TESIS NO.11 Branding Denpasar Smart City GunaMeningkatkan Kunjungan Wisatawan
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan kajian branding yang sistematis, strategis dan terarah serta kerangka branding Kota Cerdas Denpasar yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Beberapa unsur yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membangun identitas merek, positioning merek dan citra merek Kota Cerdas Denpasar. Perlu penguatan promosi dan kampanye branding Smart City Denpasar melalui tiga tahap komunikasi yaitu komunikasi primer, komunikasi sekunder dan komunikasi tersier serta memaksimalkan dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan aplikasi mobile untuk berbagi informasi dengan warga dan pariwisata serta meningkatkan pengelolaan destinasi pariwisata. Teridentifikasi sepuluh tantangan dan kendala yang menyebabkan branding Denpasar Smart City tidak maksimal. Itu harus segera diselesaikan. Peran stakeholders sangat penting untuk mendukung, mempromosikan dan mengkampanyekan branding Denpasar Smart City. Stakeholder tersebut adalah pemerintah, akademisi, pelaku industri pariwisata, pengembang teknologi dan aplikasi smart city, komunitas atau warga, pers dan wisatawan.
BAB I
Kajian tentang branding smart city ini dilakukan di Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan branding Kota Cerdas Denpasar sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan, (2) tantangan identitas dan kendala dalam melakukan branding Kota Cerdas Denpasar, dan (3) mendeskripsikan peran pemangku kepentingan untuk mendukung branding Kota Cerdas Denpasar.
Teknik Analisis
Makalah ini menggunakan teknik kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.
CONTOH TESIS NO.12 102KESIAPAN PEMERINTAH KOTA LANGSADALAM MENDUKUNG RENCANA PENGEMBANGAN SMART CITY
Abstrak
Pemerintah kota Langsa, Provinsi Aceh berkomitmen untuk menerapkan smart Government sebagai bagian dari konsep Smart City. Pentingnya layananSmart government dengan sistem open data bertujuan untuk mendorong pelayanan publik yang terintegrasi dan transparan. Penerapan sistem Smart Government, khususnya di Kota Langsa masih terdapat kekurangan terutama pada bidang sumber daya manusia (SDM) danketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Tujuan kajian ini adalah untuk melihat kesiapan Pemerintah Kota Langsa dalam menyusun konsep Smart Governance yang sesuai dengan visi misi dan RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional). Dalam perencanaan ini menggunakan gabungan framework TOGAF ( The Open Group Architecture Framework ) COBIT 5 capability model. Penelitian ini di lakukan pada fase implementation Governance pada TOGAF dan area Governance pada COBIT 5. Hasil dari kajian ini adalah rekomendasi kesiapan Pemerintah Kota Langsa dalam menerapkan Smart Government.
BAB I
Di Indonesia, beberapa kota besar sudah mulai mengadopsi konsep smart city. Kota besar Jakarta yang memiliki program Jakarta Smart City sejak 2014 lalu. Surabaya juga terus menerapkan inovasi guna menjadi Smart City, misalnya dengan menerapkan sistem tilang online bagi pengemudi kendaraan bermotor yang melakukan pelanggaran lalu lintas dll. Selain itu pengelolaan Command Center oleh kedua kota besar tersebut dalam mengaktualisasikan dan memanage berbagai kejadian dan kesadaran situasional dinilai berhasil dalam mengimplementasikan secara cepat dan efektif.
Teknik Analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun perencanaan smart city khususnya padasmart governance.
CONTOH TESIS NO.13 Mengukur Kesiapan Kota Dalam Menerapkan Konsep Smart City Inisiatif (Studi Kasus: Kota Banjarmasin)
Abstrak
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, jumlah penduduk kota Banjarmasin menempati persentase terbesar di Kalimantan Selatan yaitu 16,93%. Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan akan memberikan tantangan dalam menata dan mengelolanya. Konsep smart city (SC) diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah khas perkotaan. Untuk menerapkan SC, framework SC inisiatif bisa digunakan sebagai model pengembangan awal SC. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengukur kesiapan kota dalam menerapkan konsep SC inisiatif menggunakan faktor enabler Garuda Smart City Model (GSCM), studi kasus dilakukan di kota Banjarmasin.
BAB I
Konsep smart city (SC) atau yang biasa disebut dengan kota pintar muncul karena adanya peningkatan jumlah populasi yang ada di daerah perkotaan (Supangkat, 2015). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan yang tinggal di daerah perkotaan telah mencapai lebih dari 45%, dan data pada tahun 2015 menunjuk-kan persentase terbesar ditempati oleh kota Banjarmasin yaitu 16,93% (BPS Kota Banjarmasin, 2016). Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat. Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkota-an tentu saja akan memberikan tantangan dalam menata dan mengelolanya. SC diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah khas perkotaan, seperti: penurunan kualitas layanan publik, kemacetan, penumpukan sampah, konsumsi energi, dll. (Supangkat & dkk, 2015)
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan metode wawancara, studi dokumen, pengamatan lapangan di Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Pemerintah Kota Banjarmasin. Penggunaan menggunakan indikator 3 (tiga) faktor enabler GSCM yaitu teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tatakelola SC, dan manusia.
CONTOH TESIS NO.14 PERHITUNGAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI SMART CITY DALAM PERSPEKTIF SMART GOVERNANCE DENGAN METODE FIS MAMDANI
Abstrak
Hasil data dikelola dan diolah menggunakan cara kuantitatif. Cara kuantitatif tersebut adalah metode Fuzzy Inference System (FIS) Mamdani. Dari keempat indikator utama diturunkan menjadi 21 variabel input Hasil yang diperoleh adalah tingkat kesiapan Kota Pekalongan dalam mengimplementasikan Smart City dari Perspektif Smart Governance adalah 1,5 (Sedang).
BAB I
Smart City adalah skonsep tata kota yang mengoptimalkan teknologi informasi dan digital untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, serta meningkatkan layanan Pemerintah. Kota Pekalongan sedang berupaya untuk mempersiapkan diri dalam proses implementasi Smart City. Dalam referensi diketahui bahwa salah satu indikator kesiapan implementasi Smart City adalah Smart Governance, yang terdiri atasi empat indikator utama yaitu Participation in decision-making, public and social services, Transparent Governance, political strategies and perspectives. Dari keempat indikator tersebut diperjelas ke dalam indikator operasional yang lebih mudah diukur secara kuantitatif. Oleh sebab itu metode penelitian dipilih mix research methods karena data yang diperoleh dilakukan melalui cara kualitatif dengan wawancara kepada narasumber.
Teknik Analisis
Dalam penelitian ini teknik analisis menggunakan deskriptif kualitatif.
CONTOH TESIS NO.15 PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI BANYUMAS UNTUK MENGETAHUI KESIAPAN MASYARAKAT DALAM MEMANFAATKAN SMART CITY
Abstrak
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, jumlah penduduk kota Banjarmasin menempati persentase terbesar di Kalimantan Selatan yaitu 16,93%. Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan akan memberikan tantangan dalam menata dan mengelolanya. Konsep smart city (SC) diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah khas perkotaan. Untuk menerapkan SC, framework SC inisiatif bisa digunakan sebagai model pengembangan awal SC. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengukur kesiapan kota dalam menerapkan konsep SC inisiatif menggunakan faktor enabler Garuda Smart City Model (GSCM), studi kasus dilakukan di kota Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan metode wawancara, studi dokumen, pengamatan lapangan di Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Pemerintah Kota Banjarmasin. Penggunaan menggunakan indikator 3 (tiga) faktor enabler GSCM yaitu teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tatakelola SC, dan manusia. Parameter enabler ini mencakup aspek-aspek penting dalam SC inisiatif yang mampu mentransformasi kota sehingga menjadi SC. Hasil pengukuran kesiapan kota untuk menerapkan konsep SC inisiatif menunjukkan bahwa dari 36 indikator dan subindikator yang ada, Kota Banjarmasin sudah mencapai 20 indikator dan subindikator. Dari tiga komponen enabler yang telah disebutkan, di Kota Banjarmasin komponen TIK dan komponen manusia sudah siap dalam menerapkan konsep SC inisiatif. Akan tetapi indikator komponen tatakelola yang meliputi tatakelola TIK di lingkungan Pemko Banjarmasin dan tatakelola SC belum tersedia.
BAB I
Beberapa kota besar di Indonesia yang menerapkan konsep SC inisiatif antara lain adalah Bandung dan Bogor (Putri & Hendrowati, 2015). Tidak mau ketinggalan dari kota-kota tersebut Banjarmasin sebagai salah satu kota terbesar dan terpadat di pulau Kalimantan juga akan menerapkan konsep ini. Hal ini bisa dilihat dari upaya Walikota Banjarmasin yang melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan Banjarmasin sebagai kota pintar (Banjarmsin Post, 2016). Selain itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2015-2020 Kota Banjarmasin termuat visi dan misi menjadikan sistem pemerintahan profesi-onal berbasis sistem informasi dan teknologi.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan metode wawancara, studi dokumen, pengamatan lapangan di Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Pemerintah Kota Banjarmasin.
Leave a Reply