HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Kesiapan Smart City Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 KESIAPAN KOTA PEKALONGAN MENUJU SMART CITY

Abstrak

Kota memiliki masalah yang terus bertumbuh dalam pengaturan tata ruang. bukan masalah luar biasa yang muncul karena pembangunan kota sendiri. Mampu mencegah bahwa manajemen kota diperlukan melalui pendekatan yang berkelanjutan dengan konsep perencanaan. Dan saat ini mengembangkan konsep kota cerdas dan salah satu dimensi paling penting smart city adalah kota yang harus menyediakan layanan yang menggunakan teknologi terbaru dan bangunan cerdas infrastruktur, serta biaya memberikan layanan yang efektif tinggal di kota. Keterlibatan tik di bangunan kota pekalongan sudah berjalan, Terlihat dari dukungan kebijakan dan peraturan pemerintah kota pekalongan dan berbagai penghargaan terkait yang diterima pemerintah kota tik pekalongan kedua tingkat regional dan nasional. Komponen pemberdayaan masyarakat melalui dewan relawan tik tik dan juga memberikan hasil besar untuk mendorong orang menjadi tick kota pekalongan. Untuk menentukan tingkat kesiapan kota pekalongan terhadap pelaksanaan konsep kota smart, strategi yang tepat dapat diusulkan kepada pemerintah kota sehingga dapat di wujudkan kota pekalongan pekalongan smart city yang dapat menyediakan pelayanan secara nyaman dan sebagai efektif tinggal di kota pekalongan.

BAB I

Kota cerdas merupakankota yang mampu menggunakan sumber daya manusia (SDM),  modal  sosial,  dan  infrastruktur  telekomunikasi  modern  untuk  mewujudkan pertumbuhan  ekonomi  berkelanjutan  dan  kualitas  kehidupan  yang  tinggi,  dengan manajemen  sumber  daya  yang  bijaksana  melalui  pemerintahan  berbasis  partisipasi masyarakat. Ada  6  (enam)  dimensi  dalam  kota  cerdas, yaitu smart  government (pemerintahan cerdas), smart economy (ekonomi cerdas), smart society (kehidupan sosial cerdas), smartmobility (mobilitas  cerdas), smart  environment (lingkungan  cerdas),  dan quality of live (hidup berkualitas).

Teknik Analisis

  1. Identifikasi Data

Tahap ini dilakukan untuk dapat mengindentifikasi beberapa hal berikut ini: Identifikasi permasalahan dan kebutuhan TIK kota Pekalongan, Pengukuran  tingkat  kesiapan  kota  Pekalongan  dari  bidang  TIK  terhadapan penerapan konsepkota cerdas

  1. Validasi Data

Tahap  ini  merupakan  tahap  validasi  terhadap  hasil  yang  didapatkan  pada  tahap identifikasidatamelalui kegiatan focus group discussion.

  1. Usulan Strategi

Tahap  ini  merupakan  tahap penyusunan  usulan  strategi  yang akan  diberikan  ke  pemerintah  kota  Pekalongan  untuk  dapat  dijadikan  pertimbangan  dalam menentukan kebijakan selanjutnya terkait dengan penerapan konsep kota cerdas.

CONTOH TESIS NO.2 TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS (SMART MOBILITY) SEBAGAI BAGIAN DARI KONSEP KOTA CERDAS (SMART CITY)

Abstrak

Kota ini memiliki masalah yang sering muncul akibat pembangunan kota sendiri. Untuk mencegah Bahwa, pengelolaan kota perlu melalui pendekatan yang berkelanjutan pada konsep perencanaan. Sekarang, Konsep smart city berkembang, dimana beberapa kota besar di Indonesia telah dimulai menerapkan konsep tersebut. Surakarta menjadi pionir dalam pemanfaatan teknologi transportasi biasa disebut Intelligent Transport Systems (ITS). Surakarta diindikasikan untuk menerapkan konsep kota Pintar. Bersama Indosat, anak perusahaan PT. Starone Partner Telecommunications (SMT) bekerjasama menerapkan konsep smart city di Surakarta misalnya e-transportasi. Etransportation mirip dengan prinsip mobilitas pintar dalam teori kota pintar. Howerver tidak hanya penerapan teknologi mobilitas pintar, tetapi juga perlu melihat aspek yang menyediakan kenyamanan, keamanan, dan keberlanjutan. Penelitian ini ingin melihat tingkat kesiapan Kota Surakarta terhadap dimensi mobilitas pintar sebagai bagian dari konsep kota pintar. Aspek penelitian ini adalah aksesibilitas lokal, aksesibilitas internasional, akses multi moda, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi pendukung perkotaan mobilitas, transportasi dan keamanan yang berkelanjutan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teknik pemberian skor yang menilai kesiapan tiap aspek dan kesiapan secara keseluruhan. Hasil menunjukkan bahwa Surakarta termasuk dalam kategori siap tetapi bersyarat pada penerapan smart mobilitas. Artinya Surakarta perlu melakukan beberapa persyaratan baik perbaikan maupun pengadaan di beberapa aspek. Aspek-aspek yang telah disiapkan tetapi memiliki beberapa persyaratan yang perlu dilakukan adalah aspek aspek aksesibilitas lokal, aksesibilitas internasional, akses multi-moda, dan informasi dan infrastruktur teknologi komunikasi yang mendukung mobilitas perkotaan. Transportasi dan keamanan yang berkelanjutan Aspek yang tergolong dalam kategori belum siap mendukung penerapan mobilitas pintar di Indonesia Surakarta.

BAB I

Penerapan teknologi di bidang transportasi juga menjadi langkah awal solusi E-Transportation yang sejalan dengan mobilitas cerdas sebagai bagian dari konsep kota cerdas yang akan diterapkan di Kota Surakarta. Kota Surakarta memang menjadi salah satu percontohan transportasi di Indonesia, namun Kota Surakarta dianggap juga masih memiliki permasalahan krusial transportasi yang perlu dibenahi (Kepala Sub Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Kemenhub,Ahmadi, 2012).

Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis skoring. Data-data yang terdapat pada penelitian ini merupakan data nominal yang bersifat kualitatif, yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif dengan cara pemberian skor(skoring). Untuk mendapatkan temuan dilakukan dengan cara membandingkan hasil skoring dengan teori dan kondisi-kondisi yang ada di Kota Surakarta. Teknik analisis yang dilakukan antara lain: (1) Analisis skoring kesiapan dari parameter tiap variabel; (2) Analisis Kesiapan Kota terhadap Mobilitas Cerdas

CONTOH TESIS NO.3 ANALISA KESIAPAN KOTA CERDAS(STUDI KASUS: PEMERINTAH KOTA MANADO)

Abstrak

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui tingkat  kesiapan  pemerintah  kota  Manado  menuju kota  cerdas.  Metode  yang  digunakan  yaitu  metode e-readinessyang  di  kembangkan  dari  model  Molla  dan Licker (2005) dan Dada (2006) dengan  menggunakan 6  indikator  yaitu  awareness, government,  komitmen, sumber  daya  bisnis,  sumber  daya  manusia,  sumber daya    teknologi    dan    adopsi.    Hasil    pengukuran menunjukkan  bahwa  Pemerintah  kota  Manado  telah memiliki  tingkat  kesiapan  yang  cukup  siap  untuk menggunakan    sarana    teknologi    informasi     dan komunikasi  menuju  kota  cerdas.  Berdasarkan  hasil pengukuran pada indikator yang digunakan didapatkan hasil bahwa indikator awarenessmemilikinilai  4,22,  indikator governancememiliki  nilai  3.21, komitmen  memiliki  nilai  3,86,  Sumber  daya  bisnis memiliki  nilai  3,77,  sumber  daya teknologimemiliki nilai 3,50, adopsi memiliki nilai 4,30 sedangkan untuk indikator  sumber  daya  manusia  memiliki  nilai 2.45 yang   artinya   belum   cukup   siap   sehingga   perlu perbaikan  dan  evaluasi  untuk  pembangunan  yang lebih baik kedepannya.

BAB I

Teknologi   Informasi   dan   Komunikasi   hadir sebagai     tools     yang     dapat     membantu     mengatasi permasalahan-permasalahan  umum  yang  ada  di  dalam suatu  kota menggunakan  pendekatan  yg  dikenal  dengan sebutan Smart  City.  Konsep Smart  City(Kota  Pintar) berkembang secara pesat dan menjadi salah satu hal yang dianggap  penting  di  setiap  kota  karena  menunjang  kota dalam    dimensi    sosial,    ekonomi,    dan    kenyamanan lingkungan.   Dari   beberapa   literatur,   dapat   diketahui bahwa    konsep Smart    City merupakan    ujung    dari pengembangan  konsep  pembangunan  dan  pengelolaan kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Teknik Analisis

Penelitian    ini    akan dilakukan    dengan    metode kuantitatif,  sebagai  suatu  penelitian explanatory dalam suatu  penelitian  survey  lapangan. Pada  tahapan  desain penelitian pengukuran  tingkat  kesiapan  dengan  model e-readiness menggunakan indikator berikut:a. Awareness (kepedulian) b. Governance (tata kelola)c. Kepedulian.d. Sumber daya bisnis.e. Sumber daya manusia.f. Sumber daya teknologi.g. Adopsi (Molla dan Liker(2005) dan Dada(2006)).

CONTOH TESIS NO.4 KESIAPAN DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN KOTA YOGYAKARTA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SMART CITY DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

Abstrak

Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Yogyakarta harus memiliki beberapa strategi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terutama untuk mendukung percepatan implementasi smart city bagi Pemerintah Kota Yogyakarta. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk mendukung program tersebut adalah (1) Sumber Daya Manusia yang kompeten di bidang teknologi informasi (e-skill) dan implementasi konsep layanan berbasis elektronik, (2) Infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi yang meliputi infrastruktur untuk jaringan & pusat data, sistem informasi, dan integrasi data & pengembangan aplikasi terintegrasi.

BAB I

Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Yogyakarta adalah gabungan dari 3 penugasan yang sebelumnya ditangani oleh 4 divisi berbeda: (1) Telematika dan Teknologi Informasi, (2) Promosi, Publikasi, dan Hubungan Masyarakat, (3) Pengkodean, dan (4) ) Statistik Sektorial. Penggabungan 4 divisi tersebut tidak diikuti dengan penambahan resource. Semua sumber daya manusia, peralatan, dan aturan teknis yang digunakan adalah yang sudah tersedia pada saat itu. Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 79 tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Yogyakarta, tugas Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan tentang asas otonomi daerah di bidang komunikasi, informasi, pengkodean, dan statistik bidang.

Teknik Analisis

Teknik Analisis dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.

CONTOH TESIS NO.5 EKSPLORASI KESIAPAN SMART WATER DI KOTA BANDUNG SMART WATER READINESS EKSPLORATION IN THE CITY OF BANDUNG (STUDY KASUS SMART CITY DI KOTA BANDUNG)

Abstrak

Data analytic yang dilakukan berkaitan dengan indikator yang mempunyai tingkat tertinggi dan terendah, dengan tujuan untuk perbandingan antara data yang diambil secara luas dengan data yang diambil secara terpilih.Penelitian ini menemukan nilai indeks kesiapan smart water di Kota Bandung terdapat pada angka 51,05, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesiapan smart water di Kota Bandung adalah buruk, masih terdapat banyak kekurangan.Indeks tertinggi yang didapatkan yaitu water quality dan indeks terendah yaitu Dam protection.

BAB I

Pengelolaan kota di masa yang akan datang, tentunya akan semakin kompleks akibat dari laju pertambahan penduduk, urbanisasi, terbatasnya jumlah sumber daya alam, dan faktor-faktor lainnya. Salah satu solusi untuk menangani permasalahan ini adalah penerapan konsep smart city, yaitu sebuah model pengembangan kota yang memiliki fungsi efektifitas dan efisiensi tinggi dengan dukungan perkembangan teknologi. Smart city ini terdiri dari banyak dimensi, salah satunya adalah smart water yang mana banyak digagas oleh perkotaan termasuk Kota Bandung. Penelitian mengenai Smart Water sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Indrawati, Parlagutan,P, dan Amani (2017) dengan temuan variabel dan indikator terkait smart water. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan konfirmasi model dan mendapatkan nilai indeks kesiapan smart water di Kota Bandung. Siklus air (sumber daya air baku, produksi, distribusi, konsumsi air bersih serta pengumpulan dan pengolahan air limbah) memainkan bagian integral dari sistem perkotaan, yang mempengaruhi setiap pilar dari masyarakat perkotaan dan fungsinya, menghasilkan energi, mendukung pariwisata, memastikan terwujudnya kesehatan lingkungan dan manusia, dan akhirnya dapat memicu perkembangan ekonomi lokal (ITU-T, Smart Water in Cities, 2014). Secara tidak langsung meningkatkan konvergensi seperti mendorong pertumbuhan perkotaan.

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian mix method, yaitu penelitian eksploratif berupa pengambilan data menggunakan data analytic dan penelitian deskriptif melalui pencarian data untuk mendapatkan indeks. Pengumpulan data deskriptif dilakukan dengan pencarian data best practice dan data sekunder yang dikonfirmasi melalui wawancara kepada narasumber.

CONTOH TESIS NO.6 ANALISIS KESIAPAN SMART ENVIRONTMENT KABUPATEN MAGELANG

Abstrak

Jumlah  penduduk  Kabupaten  Magelang  yang  semakin  meningkat  memiliki  dampak  dalam  berbagai  bidang kehidupan,  seperti  ekonomi,  sosial  dan  lingkungan  sekitar.  Jumlah  penduduk  yang  bertambah  menyebabkan kebutuhannya semakin meningkat pula. Hal ini akan berdampak  pada lingkungan, yaitu semakin berkurangnya lahan  produktif,  seperti  sawah  dan  perkebunan  karena  lahan  tersebut  beralih  fungsi  menjadi  pemukiman,  dan menyebabkan   berkurangnya   ketersediaan   air.   Dampak   negatif   ini   bisa   diatasi   dengan   program Smart Environtment. Penelitian   ini   bertujuan   untuk   melakukan   identifikasi   kondisi   di   setiap   indikator   Smart Environment  di  Kabupaten  Magelang,  dan  menganalisa  kesiapan Smart  Environmentdi  Kabupaten  Magelang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan in depth interview pada Satuan Perangkat Kerja Daerah  Kabupaten  Magelang  dan  masyarakat.  Hasil  penelitian  menunjukkan  hasil  identifikasi  indikator Smart Environtmentdi  Kabupaten  Magelang  yaitu  luas  ruang  terbuka  hijau,  index  Status  lingkungan  hidup  daerah, ketersediaan SIKOLING (Sistem Informasi  Komunikasi  Lingkungan Hidup),  jumlah kampung  iklim (Proklim), jumlah mata  air terukur,  luas area tanaman yang menambah debit mata air, jumlah lokasi bank sampah, jumlah sampah  yang diolah  bank sampah, dan ketersediaan taman pintar  yang dibangun. Hasil analisiskesiapan Smart Environtmentdi  Kabupaten  Magelang,  yaitu  termasuk  pada  kategori  scattered,  yaitu  sudah  mulai  dibangun namun,  masih  bersifat  sektoral.  Hal  ini  dapat  dipahami  bahwa  pemerintah  daerah  sangat mendukung  program Smart   Environtment   terlihat   dari   regulasi-regulasi   yang   dikeluarkan   untuk   mendukung   program   Smart Environtment   di   Kabupaten   Magelan.   Kesimpulan   penelitian   ini   adalah   Smart   Environtment   Kabupaten Magelang masuk pada kategori Scattered,  yaitu sudah mulai dibangun namun, masih bersifat sektoral.

BAB I

Konsep  kota  cerdas  (Smart  City)  menjadi  isu  besar  belakangan  ini.Untuk  mewujudkan Smart  City perlu    peran  aktif  dan  partisipasi  masyarakat  dalam  lingkungan  sekitar  sehingga  tercipta  kondisi wilayah  yang  dapat  dikatakan Smart  City.Untuk  mewujudkan  hal  ini  salah  satu  program  pemerintah adalah Program Gerakan menuju 100 Smart City. Pada tahun 2018 ini, Kabupaten Magelang termasuk ke dalam 50 kota yang menandatangani nota kesepahaman mengikuti Gerakan Menuju 100Smart City(https://aptika.kominfo.go.id).

Teknik Anlisis

Penelitian deskriptif memiliki tiga tahap yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi dan tahap seleksi. Tahap deskripsi  merupakan  tahap  dimana  peneliti  mendeskripsikan  tempat,  kegiatan,  orang  pada  suatu kegiatan  sosial.  Tahap  reduksi  merupakan  tahap  peneliti  melakukan  reduksi  data  dari  tahap  deskripsi dan  mulai  fokus  terhadap  tujuan  penelitian.  Sedangkan  tahap  seleksi  adalah  tahap  dimana  peneliti fokus  terhadap  jawab  yang  didapatkan  dan  menguraikannya  menjadi  lebih  terperinci  (Sugiyono, 2015).Metode  penelitian  akan  disesuaikan  dengan  tujuan  penelitian,  yaitu  melakukan  identifikasi indikator  Smart  Environment,  dan  mengetahui  kesiapan  Smart  Environment   setiap   operasional perangkat daerah.

CONTOH TESIS NO.7 KESIAPAN E-GOVERNMENT PEMERINTAH DAERAH MENUJU PENGEMBANGAN SMART  PROVINCE (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA)

Abstrak

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menggambarkan  kesiapan  Pemerintah  kabupaten  Mandailing  Natal  dalam pelaksanaan e-government untuk mendukung inisiatif Smart  province Sumatera Utara. Metode penelitian ini dilaksanakan  secara  kuantitatif  dan  kualitatif.  Data  kuantitatif  dilakukan  dengan metode  survei  kepada  30 orang  pegawai  di  lingkungan  pemerintah  kabupaten  Mandailing  Natal,  sedangkan  data  kualitatif  dilakukan dengan  wawancara  terbuka  kepada  informan  yang  berasal  dari  dinas  komunikasi  dan  informatika.  Hasil penelitian  menemukan  bahwa  Pemerintah  Kabupaten  Mandailing  Natal  telah  memanfaatkan TIK  dalam proses  kerja  di  pemerintahan  namun  belum  maksimal.  Pada  sisi  infrastruktur,  jaringan  internet  di  sebagian besar  Organisasi  Perangkat  Daerah  masih  menggunakan  kabel  telepon  dengan  kecepatan  akses  yang  cukup lambat. Pada sisi SDM, para responden umum memiliki kemampuan operasional perangkat TIK namun tidak memahami  tentang  hal-hal  teknis.  Sedangkan  pada  aspek  tata  kelola,  pemkab  Mandailing  Natal  belum memiliki  kerangka  hukum  sebagai  landasan  opearasional  dan  perencanaan  pengembangan  TIK  kedepan. Studi  ini  juga  mengemukakan  sejumlah  hambatan  pelaksanaan  e-government  dan  merumuskan  beberapa rekomendasi sebagai langkah perbaikan.

BAB I

Seiring   dengan   pertumbuhan   populasi   penduduk,   tingkat   kebutuhan   masyarakat   akan informasi,  dan  semakin  berkembangnya  teknologi  menjadikan Smart    city  sebagai  sebuah  jalan keluar  bagi  banyaknya  problematika  yang  harus  diselesaikan  pemerintah  daerah.  Dimulai  dari permasalahan ketersediaan air bersih, pengelolaan sampah, informasi layanan publik dan berbagai permasalahan masyarakat lainnya. Mengapa dikatakan smart  city sebagai salah satu hal yang perlu diterapkan   oleh   dalam   menangani   berbagai   permasalahan   dalam   konteks   pemerintahan   dan masyarakat?  Hal  tersebut  dikarenakan,  melalui smart    city  terjadi  integrasi  teknologi  yang  dapat menciptakan  keteraturan, mengurangi potensi human error,  meningkatkan  efisiensi dan efektifitas dalam  berbagai  hal,  terutama  layanan  publik.  Pelayanan  publik  yang  biasanya  membutuhkan prosedur  birokrasi  yang  berbelit-belit  bisa  dipangkas  jika  telah  menerapkan smart    city.  Integrasi teknologi  dapat  menciptakan  alur  kerja  dan  prosedur  yang  lebih  cepat  dan  efisien.  Kinerja pemerintahan pun dapat diketahui publik secara terbuka, hal ini tentu dapat berdampak positif bagi pemerintahan  yang  ingin  menjalankan  pemerintahan  secara  transparan.  Masyarakat  akan  menjadi controller  bagi  setiap  kebijakan  pemerintah  kota/kabupaten.  Melalui  penerapan smart    citydiharapkan  terjadinya  peningkatan  produktivitas  kinerja  dari  pemerintahan,  optimalisasi  layanan publik,  efisiensi  birokrasi,  tersedianya  akses  terhadap  keseluruhan  fasilitas  yang  dibutuhkan masyarakat  sehingga  dapat  menciptakan  kehidupan  masyarakat  yang  lebih  modern,  tertata  dansejahtera.

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bertujuan menggambarkan kesiapan pemerintahKabupaten  Mandailing  Natal  dalam  implementasi  e-government  menuju Smart    province  di Provinsi  Sumatera  Utara.  Variabel operasional  yang  digunakan  dalam  mengukur  konsep  kesiapan pemerintah adalah: 1) Kondisi infrastruktur TIK dan aplikasi; 2) Kesiapan tata kelola terkait TIK; 3)  Kompetensi  SDM  aparatur.  Penelitian  ini  dilaksanakan  pada  tahun  2016  dengan  proses pengumpulan   data   secara   kuantitatif   dan   kualitatif   di   lingkungan   Pemerintah   Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.

CONTOH TESIS NO.8 KESIAPAN KOTA SURAKARTA DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA CERDAS (SMART TOURISM) DITINJAU DARI ASPEK FASILITAS DAN SISTEM PELAYANAN

Abstrak

Peningkatan pembangunan perkotaan menanggapi berbagai permasalahan yang terjadi. Adanya Masalah kota membutuhkan kota dan komunitas di dalamnya untuk menyelesaikan masalah, ditambah dengan tantangan global terkait bagaimana kota ini mampu bersaing baik skala nasional maupun internasional. Kemajuan perkembangan kota diwujudkan melalui inovasi dalam kehidupan kota yang ada kemudian sering disebut sebagai Smart City. Konsep Smart City juga dibutuhkan dalam dunia pariwisata Aspek atau biasa disebut Smart Tourism. Perkembangan pariwisata terus berkembang dan telah disinergikan dengan Information and Communication Technology (ICT) termasuk di Kota Surakarta yang mencoba menerapkan konsep Smart Tourism, seperti peluncuran Kota Solo Aplikasi destinasi dan kerjasama pemerintah dan Perusahaan Telekomunikasi untuk mewujudkan pariwisata cerdas. Namun penerapannya masih belum sempurna, apalagi jika dilihat dari fasilitasnya dan sistem pelayanan. Hal ini terlihat dari ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung kegiatan pariwisata yang minim. Masalahnya juga terlihat pada pelayanan yang kurang memadai kualitas di semua komponen pariwisata. Makalah ini mengetahui kesiapan Kota Surakarta dalam masuk mewujudkan pariwisata cerdas dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat komponen (1) pelaku pariwisata, (2) atraksi, (3) transportasi dan (4) sarana penunjang pariwisata. Itu Pendekatannya menggunakan deduktif, sedangkan metode analisisnya kuantitatif dengan menggunakan analisis skoring dari hasil observasi lapangan dan telaah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota Surakarta siap menerapkan konsep smart tourism, meski komponen atraksi kurang siap yang menyebabkan atraksi belum mampu memainkan komponen utama pariwisata yang mampu menarik banyak pengunjung turis. Komponen lainnya seperti pelaku pariwisata, transportasi dan pariwisata fasilitas penunjang sudah menunjukkan siap.

BAB I

Sistem pariwisata cedas meliputi lima elemen: Information Exchange Center (IEC), government/pemerintah, scenic zone/zona indah dan bisnis [Zhui et.al, 2014]. Pengaplikasian dalam bidang pariwisata ini dibutuhkan karena adanya perkembangan kegiatan berwisata yang telah menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Sejak tahun 2010 jumlah kedatangan wisatawan internasional mengalami pertumbuhan rata-rata 5% setiap tahunnya. Tren ini mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat, ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas ekspor dan luasnya lapangan pekerjaan di bidang pariwisata [UNWTO, 2014].

Teknik Analisis

Analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan teknik skoring dengan cara mengakumulasikan skor kemudian dinilai hasil kesiapan tiap variabel seusai langkah-langkah berikut: 1) Menjumlahkan skor sub variabel dalam satu variabel 2) Menentukan rentang kelas interval dengan rumus interval untuk kriteria skor kesiapan setiap variabel 3) Menilai kesiapan tiap variabelnya

CONTOH TESIS NO.9 ANALISISKESIAPAN KOTA KOTAMOBAGU DALAMMEWUJUDKAN KOTAMOBAGU SEBAGAI SMART CITYStudi : Pemerintah Daerah Kotamobagu

Abstrak

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  tingkat  kesiapan Pemerintah  Kota Kotamobagu   menuju   kota   cerdas   tahun   2020.   Pada   penelitian   ini   peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dalam pengumpulan informasi dan datannya peneliti mendapatkanya dari penelitian di beberapa artikel, jurnal, dokumen, data statistik  dan  juga  berita  tentang  pembangunan Smart  City di  Kota  Kotamobagu dan   lain-lain,   yang   berhubunagan   dengan   penelitian   ini.   Hasil   penelitian menjunjukan Kotamobagu telah memiliki tingkat kesiapan yang cukup siap untuk menggunakan sarana TIK menuju kota cerdas yang dimanatelah mencapai 80% kesiapannya.  Melihat  kesiapan Pemerintah  Kota  Kotamobagu yang  sekarang hampir  mencapai  100  %  kesiapannyamaka Pemerintah  Kotamobagu sekarang tinggal   terus   mengingkatkan   potensi   yang   ada   untuk   terus   mendukung terealisasinya  penerapan Smart  City di Kota  Kotamobagu dengan  menambah pengetahuan     mengenai     pengembangan Smart     City untuk     mendukung implementasi penerapan Smart City di Kota Kotamobagu.

BAB I

Penerapan  dari  smart  city  ini  di nilai   memiliki   dampak   yang   sangat baik  sehingga  banyak  kota-kota  yang ada   di   dinia   juga   telah   menerapkan smart  cityini  di  kota-kotanya.  Begitu juga dengan Indonesia beberapa kota di Indonesia yang telah berhasil menerapkan Smart Cityseperti contohnya Kota Surabaya, Kota Bandung,DKI    Jakarta    dan    Kota Yogyakarta     yang     mana     kota-kota tersebut     telah     sukses     dan     telah merasakan dapak dari Smart City ini.

Teknik Analisis

Pada  Penelitian  tentang  analisis kesiapan dari Pemerintah Kota Kotammbagu dalam mewujudkan Smart  City ini  peneliti  menggunakan pendekatan kualitatif, dalam pengumpulan  informasi  dan  datannya peneliti  mendapatkanya  dari  penelitian di  beberapa  artikel,  jurnal,  dokumen, data  statistik  dan  juga  berita  tentang pembangunan Smart    City di    Kota Kotamobagu dan lain-lain, yang berhubungan   dengan   penelitian   ini.

CONTOH TESIS NO.10 Pengukuran Tingkat Kesiapan daan Pengembangan Model Kota Cerdas (Smart City) Kabupaten Pamekasan

Abstrak

Hasil yang didapat dari kegiatan ini adalah analisis tingkat kesiapan kota cerdas kabupaten pamekasan dan peningkatan koordinasi antar stakeholder smart city kabupaten pamekasan. Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan konstribusi dalam proses pembangunan smart city kabupaten pamekasan.

BAB I

Konsep kota cerdas (smart city) saat ini merupakan sebuah trend dan pilihan utama untuk pengolaan kota berbasis TIK yang terintegrasi. Konsep kota cerdas diharapkan menjadi solusi dari permasalan kota yang semakin kompleks dan multi dimensi. Tahun 2018, pemerintah Indonesia telah memulai Gerakan menuju 50 smart city, sebagai inisiasi untuk menyiapkan berbagai kota menjadi sebuah kota cerdas. Kabupaten Pamekasan telah memulai berbagai inisiasi untuk menjadi sebuah kota cerdas. Akan tetapi terdapat berbagai masalah dan kendala dalam hal penyiapan Masterplan, koordinasi antar stakeholder, penyiapan infrastruktur, teknostruktur, dan suprastruktur TIK. Program Abdimas berbasis penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian, pengukuran kesiapan dan pengembangan model kota cerdas di kabupaten Pamekasan.

Teknik Analisis

Teknik Analisis pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.

CONTOH TESIS NO.11 Branding Denpasar Smart City GunaMeningkatkan Kunjungan Wisatawan

Abstrak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan kajian branding yang sistematis, strategis dan terarah serta kerangka branding Kota Cerdas Denpasar yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Beberapa unsur yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membangun identitas merek, positioning merek dan citra merek Kota Cerdas Denpasar. Perlu penguatan promosi dan kampanye branding Smart City Denpasar melalui tiga tahap komunikasi yaitu komunikasi primer, komunikasi sekunder dan komunikasi tersier serta memaksimalkan dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan aplikasi mobile untuk berbagi informasi dengan warga dan pariwisata serta meningkatkan pengelolaan destinasi pariwisata. Teridentifikasi sepuluh tantangan dan kendala yang menyebabkan branding Denpasar Smart City tidak maksimal. Itu harus segera diselesaikan. Peran stakeholders sangat penting untuk mendukung, mempromosikan dan mengkampanyekan branding Denpasar Smart City. Stakeholder tersebut adalah pemerintah, akademisi, pelaku industri pariwisata, pengembang teknologi dan aplikasi smart city, komunitas atau warga, pers dan wisatawan.

 

BAB I

Kajian tentang branding smart city ini dilakukan di Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan branding Kota Cerdas Denpasar sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan, (2) tantangan identitas dan kendala dalam melakukan branding Kota Cerdas Denpasar, dan (3) mendeskripsikan peran pemangku kepentingan untuk mendukung branding Kota Cerdas Denpasar.

Teknik Analisis

Makalah ini menggunakan teknik kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.

CONTOH TESIS NO.12 102KESIAPAN PEMERINTAH KOTA LANGSADALAM MENDUKUNG RENCANA PENGEMBANGAN SMART CITY

Abstrak

Pemerintah kota Langsa, Provinsi Aceh berkomitmen untuk menerapkan smart Government sebagai bagian dari konsep Smart City.  Pentingnya layananSmart government dengan sistem open  data  bertujuan  untuk  mendorong  pelayanan  publik  yang  terintegrasi  dan  transparan.  Penerapan sistem Smart Government, khususnya di Kota Langsa masih terdapat kekurangan terutama pada bidang sumber daya manusia (SDM) danketersediaan sarana dan prasarana penunjang.  Tujuan kajian ini adalah untuk melihat kesiapan Pemerintah Kota Langsa dalam menyusun konsep Smart Governance yang sesuai dengan visi misi dan RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional).  Dalam perencanaan ini menggunakan gabungan framework TOGAF ( The Open Group Architecture Framework ) COBIT 5 capability model.  Penelitian  ini  di  lakukan  pada  fase  implementation  Governance  pada  TOGAF  dan  area Governance pada COBIT 5.  Hasil dari kajian ini adalah rekomendasi kesiapan Pemerintah Kota Langsa dalam menerapkan Smart Government.

BAB I

Di  Indonesia,  beberapa  kota  besar  sudah mulai mengadopsi konsep smart city. Kota besar Jakarta yang memiliki program Jakarta Smart City sejak 2014 lalu. Surabaya juga terus  menerapkan  inovasi  guna  menjadi Smart  City,  misalnya  dengan  menerapkan sistem  tilang  online  bagi  pengemudi kendaraan   bermotor   yang   melakukan pelanggaran  lalu  lintas  dll.  Selain  itu pengelolaan  Command  Center  oleh  kedua kota besar tersebut dalam mengaktualisasikan dan memanage berbagai kejadian  dan  kesadaran  situasional  dinilai berhasil   dalam   mengimplementasikan secara cepat dan efektif.

Teknik Analisis

Metode  penelitian  yang  digunakan    dalam menyusun   perencanaan smart   city khususnya  padasmart  governance.

CONTOH TESIS NO.13 Mengukur Kesiapan Kota Dalam Menerapkan Konsep Smart City Inisiatif (Studi Kasus: Kota Banjarmasin)

Abstrak

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, jumlah penduduk kota Banjarmasin menempati persentase terbesar di Kalimantan Selatan yaitu  16,93%. Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan akan memberikan tantangan dalam menata dan mengelolanya. Konsep smart city (SC) diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah khas perkotaan. Untuk menerapkan SC, framework SC inisiatif bisa digunakan sebagai model pengembangan awal SC. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengukur kesiapan kota dalam menerapkan konsep SC inisiatif menggunakan faktor enabler Garuda Smart City Model (GSCM), studi kasus dilakukan di kota Banjarmasin.

BAB I

Konsep smart  city  (SC)  atau  yang  biasa  disebut   dengan   kota   pintar   muncul   karena   adanya peningkatan jumlah populasi yang ada di daerah       perkotaan       (Supangkat,       2015).       Berdasarkan  data  Badan  Pusat  Statistik  pada  tahun     2014,     jumlah     penduduk     Provinsi     Kalimantan   Selatan   yang   tinggal   di   daerah   perkotaan  telah  mencapai  lebih  dari  45%,  dan  data pada tahun 2015 menunjuk-kan persentase terbesar  ditempati  oleh  kota  Banjarmasin  yaitu  16,93%     (BPS     Kota     Banjarmasin,     2016).     Diperkirakan  jumlah  ini  akan  terus  meningkat.  Pesatnya   pertumbuhan   penduduk   di   daerah   perkota-an     tentu     saja     akan     memberikan     tantangan  dalam  menata  dan  mengelolanya.  SC  diharapkan  dapat  memberikan  solusi  terhadap  masalah   khas   perkotaan,   seperti:   penurunan   kualitas layanan publik, kemacetan, penumpukan sampah, konsumsi energi, dll. (Supangkat & dkk, 2015)

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan metode wawancara, studi dokumen, pengamatan lapangan di Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Pemerintah Kota Banjarmasin. Penggunaan menggunakan indikator 3 (tiga) faktor enabler GSCM yaitu teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tatakelola SC, dan manusia.

CONTOH TESIS NO.14 PERHITUNGAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI SMART CITY DALAM PERSPEKTIF SMART GOVERNANCE DENGAN METODE FIS MAMDANI

Abstrak

Hasil data dikelola dan diolah menggunakan cara kuantitatif. Cara kuantitatif tersebut adalah metode Fuzzy Inference System (FIS) Mamdani. Dari keempat indikator utama diturunkan menjadi 21 variabel input Hasil yang diperoleh adalah tingkat kesiapan Kota Pekalongan dalam mengimplementasikan Smart City dari Perspektif Smart Governance adalah 1,5 (Sedang).

BAB I

Smart City adalah skonsep tata kota yang mengoptimalkan teknologi informasi dan digital untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, serta meningkatkan layanan Pemerintah. Kota Pekalongan sedang berupaya untuk mempersiapkan diri dalam proses implementasi Smart City. Dalam referensi diketahui bahwa salah satu indikator kesiapan implementasi Smart City adalah Smart Governance, yang terdiri atasi empat indikator utama yaitu Participation in decision-making, public and social services, Transparent Governance, political strategies and perspectives. Dari keempat indikator tersebut diperjelas ke dalam indikator operasional yang lebih mudah diukur secara kuantitatif. Oleh sebab itu metode penelitian dipilih mix research methods karena data yang diperoleh dilakukan melalui cara kualitatif dengan wawancara kepada narasumber.

Teknik Analisis

Dalam penelitian ini teknik analisis menggunakan deskriptif kualitatif.

CONTOH TESIS NO.15 PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI BANYUMAS UNTUK MENGETAHUI KESIAPAN MASYARAKAT DALAM MEMANFAATKAN SMART CITY

Abstrak

Berdasarkan   data   Badan   Pusat   Statistik   pada   tahun   2015,   jumlah   penduduk   kota   Banjarmasin   menempati   persentase   terbesar   di   Kalimantan   Selatan   yaitu      16,93%.   Pesatnya   pertumbuhan  penduduk  di  daerah  perkotaan  akan  memberikan  tantangan  dalam  menata  dan  mengelolanya. Konsep smart city (SC) diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah khas perkotaan.   Untuk   menerapkan   SC,   framework   SC   inisiatif   bisa   digunakan   sebagai   model   pengembangan   awal   SC.   Penelitian   kali   ini   bertujuan   untuk   mengukur   kesiapan   kota   dalam   menerapkan konsep SC inisiatif menggunakan faktor enabler Garuda Smart City Model (GSCM), studi kasus dilakukan di kota Banjarmasin. Penelitian  ini  menggunakan  metode  kualitatif  deskriptif.  Pengumpulan  dilakukan  dengan  metode  wawancara,  studi  dokumen,  pengamatan  lapangan  di  Dinas  Komunikasi,  Informatika,  dan  Statistik  (Diskominfotik)  Pemerintah  Kota  Banjarmasin.  Penggunaan  menggunakan  indikator  3  (tiga)  faktor  enabler   GSCM   yaitu   teknologi   informasi   dan   komunikasi   (TIK),   tatakelola   SC,   dan   manusia.   Parameter    enabler    ini    mencakup    aspek-aspek    penting    dalam    SC    inisiatif    yang    mampu    mentransformasi  kota  sehingga  menjadi  SC.  Hasil  pengukuran  kesiapan  kota  untuk  menerapkan  konsep   SC   inisiatif   menunjukkan   bahwa   dari   36   indikator   dan   subindikator   yang   ada,   Kota   Banjarmasin  sudah  mencapai  20  indikator  dan  subindikator.  Dari  tiga  komponen  enabler  yang  telah  disebutkan,   di   Kota   Banjarmasin   komponen   TIK   dan   komponen   manusia   sudah   siap   dalam   menerapkan  konsep  SC  inisiatif.  Akan  tetapi  indikator  komponen  tatakelola  yang  meliputi  tatakelola  TIK di lingkungan Pemko Banjarmasin dan tatakelola SC belum tersedia.

BAB I

Beberapa  kota  besar  di  Indonesia  yang  menerapkan   konsep   SC   inisiatif   antara   lain   adalah  Bandung  dan  Bogor  (Putri  &  Hendrowati,  2015).   Tidak   mau   ketinggalan   dari   kota-kota   tersebut  Banjarmasin  sebagai  salah  satu  kota  terbesar  dan  terpadat  di  pulau  Kalimantan  juga  akan  menerapkan  konsep  ini.  Hal  ini  bisa  dilihat  dari     upaya     Walikota     Banjarmasin     yang     melakukan   kerjasama   dengan   berbagai   pihak   untuk   mewujudkan   Banjarmasin   sebagai   kota   pintar  (Banjarmsin  Post,  2016).  Selain  itu  dalam  Rencana    Pembangunan    Jangka    Menengah    Daerah  (RPJMD)  2015-2020  Kota  Banjarmasin  termuat    visi    dan    misi    menjadikan    sistem    pemerintahan     profesi-onal     berbasis     sistem     informasi dan teknologi.

Teknik Analisis

Penelitian  ini  menggunakan  metode  kualitatif  deskriptif.  Pengumpulan  dilakukan  dengan  metode  wawancara,  studi  dokumen,  pengamatan  lapangan  di  Dinas  Komunikasi,  Informatika,  dan  Statistik  (Diskominfotik)  Pemerintah  Kota  Banjarmasin.

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?