CONTOH TESIS NO.1 GERAKAN PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG
Abstrak
Stunting merujuk pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek dari tinggi badan seumurannya, yang disebabkan kekurangan asupan gizi dalam waktu lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Ketika dewasa, anak rentan terhadap serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes, ataupun gagal ginjal; menghambat bonus demografis Indonesia dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja menurun; ancaman pengurangan tingkat intelejensi sebesar 5-11 poin. Selain faktor gizi, stunting disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terutama, ibu hamil, ibu balita dan kader posyandu tentang stunting. Tujuan pemberdayaan masyarakat ini adalah mencegah kejadian stunting melalui pelatihan kader posyandu dan keterlibatan masyarakat pada event Hari Kesehatan Nasional ke 54. Metode kegiatan adalah cross sectional dan partisipasi masyarakat. Populasi adalah kader posyandu, Kepala Puskesmas Jatinangor dan jajarannya, Camat Jatinangor dan jajarannya. Sampel adalah kader posyandu sebanyak 50 orang di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang, dilaksanakan pada bulan November 2018. Hasil penelitian melalui pelatihan kader posyandu, didapatkan pengetahuan terbanyak cukup (40%). Hasil event HKN ke 54 tersosialisasi pencegahan stunting melalui berbagai media komunikasi, dan ditandatanganinya komitmen pencegahan stunting di wilayah kecamatan Jatinangor. Simpulan pada penelitian ini bahwa gerakan pencegahan stunting melalui pelatihan meningkatkan pengetahuan kader posyandu dan melalui event HKN meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
BAB I
Data stunting di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor sebesar 19,23%. Menurut Bidan di Desa Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, yang dilakukan pada balita stunting yaitu memberikan konseling pada ibu balita tentang pemberian makanan, rangsangan motorik, dan bekerjasama dengan petugas Gizi Puskesmas. Kader posyandu belum pernah memberikan penyuluhan pen-cegahan stunting di posyandu karena tidak tahu mengenai stunting, padahal kader posyandu mempunyai peran penting dalam memberikan informasi kepada masya-rkat, khususnya tentang kesehatan pada ibu balita. Kader posyandu juga melakukan kerjasama dengan petugas kesehatan dan lintas sektor dalam upaya meningkatkan kegiatan posyandu, meningkatkan kunjungan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan oleh kader posyandu berkaitan dengan intervensi pencegahan stunting adalah memantau pertumbuhan balita di posyandu, karena itu merupakan upaya yang strategis untuk mendeteksi secara dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis bivariate dan univariat
CONTOH TESIS NO.2 UPAYA PENCEGAHAN DANPENANGGULANGAN BATITA STUNTING: SYSTEMATIC REVIEW
Abstrak
Stuntingpada balita merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi kronis, baik saat pre-maupun post-natal. Reviewbertujuan mendapatkan cara pencegahan terjadinya stuntingpada anak di bawah tiga tahun (batita) dan memperoleh data efikasi makro atau zat gizi mikro untuk mencegah terjadinya stuntingpada bayi dan anak batita. Artikel dikumpulkan dengan melakukan penelusuran secara komputer melalui MEDLINE, PUBMED, Google Search atau bibliografi dari artikel yang ditelusur. Hanya artikel dengan desain Randomized Control Trial(RCT) dan yang mempunyai teks penuh (full text) yang akan dimasukkan dalam review ini. Diperoleh16artikel dengan subjek bayi atau anak batitauntuk diikutkan dalam analisis ini. Dari 16 artikel yang telah diekstraksi, ada 6 artikel dengan jenis intervensi kombinasi zat gizi (2-3 zat gizi), 5 artikel jenis intervensi multi-zat-gizi-mikro, 3 artikel intervensi dengan kombinasi zat gizi dan makanan serta 2 artikel intervensi dengan zat gizi tunggal. Hasil telaah terhadap 8 artikel intervensi menggunakan zat gizi tunggal (Vitamin A, Fe, Zn atau DHA) dan kombinasi zat gizi menunjukkan hasil yang berbeda, terdapat 3 artikel yang menunjukkan pemberian zat gizi tunggal memberikan peningkatan panjang badan yang signifikan. Pada pemberian multi-zat-gizi-mikro, terdapat 2 artikel yang memperlihatkan hasil positif terhadap perubahan panjang badan. Penambahan makanan sumber karbohidrat pada makanan padat, bubur nasi, maizekombinasi dengan pemberian ASI atau mineral seng atau multivitamin ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan linier pada bayi setelah 6 bulan intervensi. Disimpulkan bahwa intervensi pada bayi untuk penanggulangan masalah stuntingdengan memberikan zat gizi tunggal, kombinasi 2-3 zat gizi (multi-zat-gizi-mikro) telah banyak dilakukan dan dampaknyatidak konklusif bisa mencegah anak batita menjadi stunting.
BAB I
Stunting juga merefleksikan gangguan pertumbuhan sebagai dampak dari rendahnya status gizi dan kesehatan pada periode pre-dan post-natal. UNICEF frameworkmenjelaskan tentang faktor penyebab terjadinya malnutrisi. Dua penyebab langsung stunting adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi. Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada level individu dan rumah tangga tersebut, seperti tinggkat pendidikan, pendapatanrumah-tangga. Banyak penelitian cross-sectional menemukan hubungan yang erat antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak.
Teknik Analisis
Data dianalisis dengan luaran utama dari masing-masing artikel berupa perubahan dalam panjang badan bayi atau tinggi badan anak dalam sentimeter (cm) atau perubahan berdasarkan indikator tinggi menurut umur Z-score (HAZ). Analisis data akan dikelompokkan menurut subjek atau bayi serta jenis intervensi yang diberikan. Analisis akan dilakukan dengan melihat perubahan yang paling signifikanterhadap perubahan panjang badan bayi atau tinggi badan anak setelah diberikan intervensi.
CONTOH TESIS NO.3 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN STUNTING (GANGGUAN PERTUMBUHAN PADA ANAK) DIDESA PANCASILA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan stunting (ganguan pertumbuhan pada anak) Didesa Pancasila Kecamatan Natar Lampung Selatan melalui beberapa tahapan yaitu Tahap penyadaran, yaitu dengan sosialisasi, Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan, dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan yang terakhir Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inivatif untuk mengantarkan pola kemandirian, masyarakat yang sudah mandiri tidak dapat dibiarkan begitu saja. Masyarakat tetap memerlukan perlindungan, yaitu dipantau dengan posyandu. Pembinaan terhadap masyarakat dalam penanggulangan stunting dikatakan berhasil, karena dengan adanya program tersebut penderita stunting di desa pancasila dari 30 orang di tahun 2017 sekarang menjadi 12 orang, dan masyarakat sudah mengerti tentang gaya hidup sehat.
BAB I
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterblakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Teknik Analisis
Pengumpuan data yang dilakukan peneliti dengan cara wawancara, dokumentasi dan observasi terhadap kepala desa, seperangkat desa, masyarakat desa pancasila dan puskesmas setempat.
CONTOH TESIS NO.4 PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MENCEGAH TERJADINYA STUNTING PADA BALITA DI DESA KARANGTURI KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN MELALUI TIM KADER POSYANDU
Abstrak
Melalui Tim Kader Posyandu dan Sekolah Gizi menghasilkan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memahami pola hidup sehat. Hal ini ditandai dengan keaktifan tim Kader Posyandu. Hasilnya menunjukan bahwa adanya peningkatan pengetahuan dan beberapa dari mereka mengimplementasikan pengetahuan yang didapatkan melalui sekolah gizi.
BAB I
Pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat ke depan. Masyarakat yang produktif harus di dukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang di derita antara lain infeksi pernafasan akut bagian atas, malaria, pemyakit system otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup berat dan memiliki durasi lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat.Ini tentu mengurai daya produktifitas masyarakat Desa Karangturi secara umum.
Teknik Analisis
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka peneliti dengan dinas kesehatan akan melakukan sebuah analisis bersama. Analisis ini digunakan untuk mengetahi masalah yang dihadapi yakni gizi stunting yang terjadi di Desa Karangturi. Adapun yang akan dilakukan adalah:
- Most Significant Change adalah membantu menangkap kisah-kisah nyata tentang perubahan-perubahan yang dialami oleh kelompok TTD yang terlibat dalam program, dari perspektif orang yang bersangkutan. Partisipasi anggota kelompok dan keragaman kegiatan kelompok TTD menjadi salah satu proses perubahan berdasarkan Most Significant Change.
- Analisis pohon masalah dan pohon harapan. Teknik ini untuk menganalisis dari akar permasalahan yang akan dipecahkan bersama masyarakat dan sekaligus program apa yang akan di lalui, pohon harapan adalah impian ke depan dari hasil kebalikan dari pohon masalah.
CONTOH TESIS NO.5 Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi Stunting di Indonesia
Abstrak
Prevalensi stunting di Indonesia memiliki angka cukup stagnan dari tahun 2007 hingga 2013. WHO menetapkan batasan masalah gizi tidak lebih dari 20%, sehingga dengan demikian Indonesia termasuk dalam negara yang memiliki masalah kesehatan masyarakat. Tujuan kajian ini adalah untuk mengkaji kebijakan dan kesenjangan yang dapat dipecahkan melalui opsi kebijakan melalui analisis dokumen legal dan literatur lainnya serta program yang telah dikembangkan. Kemudian dilakukan forum diskusi dengan melibatkan pakar dalam menyusun hasil sebagai opsi kebijakan. Penurunan angka stuntinghanya mencapai 4% antara tahun 1992 hingga 2013. Perpres no. 42/2013 telah menetapkan Gerakan Nasional Seribu Hari Pertama Kehidupan dalam upaya meningkatkan status gizi balita yang diikuti oleh pengembangan program termasuk anggarannya. Stunting memiliki risiko panjang yakni PTM pada usia dewasa, walaupun masih dapat dikoreksi pada usia dini. Upaya penurunan masalah gizi harus ditangani secara lintas sektoral di semua lini. Ibu dan calon pengantin harus dibekali dengan pengetahuan cukup tentang gizi dan kehamilan, ASI Eksklusif pada ibu bersalin yang sehat. Selanjutnya MPASI harus dipahami oleh para ibu dan tenaga kesehatan secara optimal.
BAB I
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani secara serius. Hasil-hasil Riskesdas menunjukkan, besaran masalah Stunting yang relatif stagnant sekitar 37% sejak tahun 2007 hingga 2013 Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, lebih dari separuhnya memiliki angka prevalensi diatas rata-rata nasional. Kesenjangan prevalens Stunting antar provinsi yang masih lebar antara DIY (22,5%) dan NTT (58,4%) menunjukkan adanya ketimpangan dan pembangunan yang tidak merata.
Teknik Analisis
Analisis kajian dilakukan melalui review literatur terkait masalah gizi, pertumbuhan dan outcomenya yakni tumbuh dibawah kurva standar anthropometri WHO (<-2 standar deviasi). Kecenderungan pertumbuhan stunting (pendek) dipelajari dari berbagai literatur dan hasil-hasil studi sebelumnya yang terkompilasi dari berbagai survey sejak tahun 1992 (Survey Vitamin A) hingga Riskesdas 2013.
CONTOH TESIS NO.6 TANTANGAN PENCEGAHAN STUNTING PADA ERA ADAPTASI BARU “NEW NORMAL” MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PANDEGLANG
Abstrak
Stunting merupakan permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Kunci kesuksesan pencegahan stunting adalah pemantauan gizi dan pengukuran berat badan bayi dan balita yang dilakukan kader masyarakat di posyandu. Saat pandemi covid-19, kegiatan tersebut tidak bisa dilakukan, dampak pandemi ini terhadap indonesia dapat menyebabkan generation lost di masa depan. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program-program pencegahan stunting di masa pandemi covid-19 ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif murni, yang mengambil lokasi di 2 (dua) desa yang merupakan Lokus stunting, yaitu Desa bayumundu dan Desa Tegalogog. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan maret dan Bulan Juli. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi literatur. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yaitu (1) perencanaan dan sosialisasi (2) pendampingan dan pemberian motivasi kepada kelompok sasaran, (3) pelatihan pemanfaatan hasil pekarangan mendukung diversifikasi konsumsi pangan, (4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan dampaknya, (5) pentingnya aspek promosi dan pemasaran. Jika pemberdayaan masyarakat optimal pada program-program ini maka pencegahan stunting di era new normal ini akan mendapatkan hasil yang optimal.
BAB I
Adapun salah satu indikator yang terkait dengan penciptaan SDM yang berkualitas adalah terpenuhinya sasaran dan target dibidang kesehatan, dimana salah satu indikatornya adalah menurunnya angka prevalensi stunting di Indonesia. Permasalahan stunting di Indonesia mendapat perhatian khusus dari Presiden, dengan dibentuknya Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Strategi ini dijalankan dengan melibatkan berbagai aktor, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat, filantropi dan media massa, serta berada dibawah koordinasi Wakil Presiden. Pembentukan strategi ini dilakukan karena penting untuk bekerjasama lintas sektor, sejatinya stunting dilihat bukan hanya persoalan kesehatan semata. Adapun target yang ditetapkan presiden pada tahun 2024, angka prevalensi stunting dapat diturunkan sampai dengan 14%, dimana target ini lebih tinggi dari yang ditargetkan oleh Bappenas yaitu 19%.
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif murni, yang mengambil lokasi di 2 (dua) desa yang merupakan Lokus stunting, yaitu Desa bayumundu dan Desa Tegalogog. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan maret dan Bulan Juli. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi literatur. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan triangulasi hasil wawancara dengan kebijakan, peraturan perundang-undangan, serta pedoman yang berlaku.
CONTOH TESIS NO.7 Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan Stunting Ditinjau Dari Intervensi Gizi Spesifik Gerakan 1000 HPK Di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan pada tahap input, tidak ada dana khusus untuk intervensi gizi spesifik; masih kurangnya tenaga gizi; belum ada pedoman dan SPO tentang penanganan growth faltering. Tahap proses, perencanaan belum dilaksanakan secara buttom up, belum semua program intervensi gizi spesifik mempunyai pencatatan dan pelaporan. Tahap output, balita yang mendapat kapsul vitamin A dan bumil KEK yang mendapat PMT sudah memenuhi target capaian dan masih ada program intervensi gizi spesifik yang dilaksanakan tapi tidak bisa dievaluasi.
BAB I
Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang ditujukan langsung pada kelompok sasaran tertentu yaitu balita, ibu hamil, remaja putri dan lainnya (Rosha, Sari, et al, 2016). The Lancet seri Ibu dan Anak menyatakan bahwa intervensi gizi spesifik telah terbukti dapat mengurangi stunting sebesar sepertiga dari prevalensi di dunia yaitu intervensi melalui suplementasi dan fortifikasi, mendukung pemberian ASI eksklusif, penyuluhan tentang pola makan anak, pengobatan untuk kekurangan gizi akut dan pengobatan infeksi (The Lancet, 2013).
Teknik Analisis
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pegang Baru bulan September 2018-Juni 2019 menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pemilihan informan secara purposive sampling. Komponen yang diteliti adalah input (pembiayaan, SDM, obat-obatan, pedoman dan SOP), process (perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan) dan output (pencapaian indikator gizi spesifik). Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur (indepth interview), observasi dan Focuss Group Discussion (FGD).
CONTOH TESIS NO.8 Intervensi Gizi dalam Penanganan dan Pencegahan Stuntingdi Asia: Tinjauan Sistematis
Abstrak
Hasil: Hasil review menunjukkan bahwa di Asia terdapat 8 program gizi khusus dan 9 program gizi sensitif. Kesimpulan: Intervensi untuk program nutrisi yang sensitif dan spesifik telah terbukti dapat mengurangi kejadian stunting dan mengatasi efek jangka panjang stunting di berbagai negara di Asia, tetapi program dan implementasinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi negara.
BAB I
Stunting memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi kesehatan anak-anak.Pada jangka pendek dapat menurunkan kemampuan kognitif, motorik, dan verbal, peningkatan morbiditas bahkan mortalitas akibat infeksi,meningkatnyarisiko kematian perinatal dan neonatal, meningkatkan risiko penyakit kronis pada masa dewasa, dan perkembangan anak yang buruk (Stewart et al., 2013; Wali, Agho and Renzaho, 2019).Langkah yang strategis dalam penanggulangan stunting perlu dilakukan, salah satu yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia terkait menurunkan faktor risiko diatas adalah intervensi gizi berupa langkah ntervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik (Joint Child Malnutrition Eltimates, 2018).
Metode Penelitian
Pencariannya dilakukan dari September hingga Oktober 2019, melalui berbagai database antara lain PubMed, EMBASE, dan CINAHL. Kriteria inklusi artikel: uji coba terkontrol secara acak, retrospektif, studi observasional, studi kasus, review, review sistematc, dan meta-analisis.
CONTOH TESIS NO.9 Peningkatan Kemampuan Mengatasi Masalah Stunting dan Kesehatan melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Sukogidri, Jember
Abstrak
Indonesia memiliki prevalensi stunting yang tinggi, dan Jember merupakan salah satu dari enam kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang berkontribusi terhadap prevalensi stunting. Untuk mengatasi masalah stunting diperlukan strategi holistik yang meliputi aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang penting. Tujuan dari program pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah stunting dan kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam program pengabdian masyarakat ini, antara lain pemeriksaan status kesehatan anak, ibu hamil, dan masyarakat berisiko tinggi, penyuluhan dan penyuluhan tentang stunting dan pengaruhnya terhadap derajat kesehatan serta pengaruhnya bagi generasi penerus, penyuluhan tentang stunting. upaya pencegahan stunting, pemberian pelatihan menyiapkan makanan sehat dan pelatihan khusus bagi kader yang bertanggung jawab dalam program penanggulangan stunting. Dampak dari kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang stunting, serta ada beberapa kader terlatih tentang stunting dan pencegahannya.
BAB I
Balita stunting merupakan masalah gizi kronik yang kompleks, kondisi ini disebabkanoleh banyak faktor antara lain kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Selain permasalahan kesehatan yang dialami saat itu, balita stunting di masa yang akandatang juga akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal(PusatData dan Informasi. Kementerian Kesehatan RI, 2018). Oleh karena itu, stunting merupakan permasalahan besar karena berpengaruh pada perkembangan generasi penerus bangsa.
Teknik Analisis
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Sukogidri Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Desa ini terletak 35 km dari pusat Kabupaten Jember. Desa Sukogidri merupakan salah satu desa penyumbang angka stunting di Kabupaten Jember (Desa Sukogidri, 2017). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan secara bertahap dan menggunakan beberapa metodepada bulan Mei-Agustus 2019. Setiap kegiatan dilakukan dengan sasaran tertentu disertai dengan penentuan indikator keberhasilan dan upaya tindak lanjut yang dilakukan setiap tahapannya. Tahapan kegiatan pengabdian yang dilakukan dijabarkan berikut ini.
CONTOH TESIS NO.10 KAJIAN STUNTING DI KOTA SEMARANG
Abstrak
Stunting adalah suatu kondisi dimana seorang anak mengalami gangguan tumbuh kembang akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya stunting. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain case control. Metode pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada sarjana di Kota Semarang tahun 2018 adalah tingkat pendidikan ibu (OR = 2,97), pekerjaan ibu (OR = 6,58), jumlah anak (OR = 4,15), urutan anak. (OR = 4,15), panjang badan saat lahir (OR = 5,77), pengasuh anak (OR = 9,99), status ASI eksklusif (OR = 3,47), kategori pendapatan (OR = 7,37), kondisi rumah (OR = 3,78), dan asupan gizi (OR = 8,79). Kebijakan penanganan stunting yang telah dilakukan di Kota Semarang terkait anggaran telah dialokasikan ke provinsi dan kabupaten / kota, Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 85 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten. Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2019. Saran yang dapat diberikan kepada dinas agama agar lebih meningkatkan kerjasama dengan puskesmas terkait kematangan perkawinan, pengetahuan tentang gizi termasuk pentingnya gizi dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK); Pemerintah Kota Semarang harus dapat memasukkan rencana aksi penanganan stunting, termasuk perbaikan lingkungan permukiman dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam RPJMD.
BAB I
Berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan masalah stunting di Kota Semarang, meliputi upaya intervensi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi dilahirkan, yang merupakan periode penting dalam menentukan kualitas kehidupan manusia. Sasaran pada upaya intervensi 1000 HPK yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-2 tahun. Pada ibu hamil dilakukan upaya perbaikan asupan gizi dan kesehatan, untuk mencegah ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronis (KEK). Pada ibu hamil yang mengalami KEK perlu diberikan makanan tambahan bagi ibu hamil, sebagai upaya perbaikan gizi ibu hamil untuk menurunkan resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Pada saat persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan sesaat setelah bayi dilahirkan dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi hanya diberi Air Susu Ibu saja (ASI eksklusif) sejak lahir hingga berusia 6 bulan. Selanjutnya usia 6 bulan sampai 2 tahun, diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak diberikan imunisasi dasar lengkap dan suplementasi kapsul vitamin A setahun 2 kali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
CONTOH TESIS NO.11 PENCEGAHAN STUNTING MELALUI FAKTOR RISIKO ANAK SELAMA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
Abstrak
Pendahuluan: Tingginya prevalensi stunting menjadi masalah yang bisa mengancam kesehatan anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko stunting pada 1000 hari pertama kehidupan untuk mencegah peningkatan stunting di Puskesmas Seberang Padang tahun 2019. Metode: penelitian ini menggunakan adalah cross sectional study. Hasil: Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit infeksi (p-value = 0,025;6,3) dan pemantauan pertumbuhan (p-value = 0,048; 7,33) terhadap kejadian stunting. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ASI eksklusif, dan imunisasi lengkap dan suplementasi vit A terhadap kejadian stunting. Kesimpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyakit infeksi dan pemantauan pertumbuhan adalah faktor risiko terjadinya stunting. Oleh karena itu diharapkan untuk perhatian khusus bagi Puskesmas Seberang Padang dalam pencegahan stunting melalui peningkatan pencegahan penyakit menular, serta pemantauan pertumbuhan. Meskipun ASI eksklusif, imunisasi lengkap, dan suplementasi vitamin A tidak berhubungan secara signifikan namun masih menjadi masalah di Puskesmas Seberang Padang tahun 2019.
BAB I
Apabila anak menderita malnutrisi selama 1000 HPK, maka akan berdampak permanen dan jangka panjang. Bahkan anak dapat menderita gangguan pertumbuhan seperti stunting yang bersifat irreversible. Artinya adalah apabila anak sudah mengalami stunting maka tidak akan mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan perkembangan di masa depan [2]. Pertumbuhan dan perkembangan otak terjadi pada periode ini. Kekurangan gizi berdampak buruk terhadap perkembangan otak anak. Pada awal kehidupan menyebabkan perlambatan dan pengurangan jumlah dan pengembangan sel otak dan organ lainnya. Kekurangan gizi pada usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah secara kognitif dan kecerdasan fisik maupun mental. Tidak hanya dapat berpengaruh pada penurunan kecerdasan pada anak tetapi juga dapat mempengaruhi peningkatan risiko terjadi berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes dan lain-lain pada usia dewasa.
CONTOH TESIS NO.12 STUDI FENOMENOLOGI UPAYA PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA
Abstrak
Status gizi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan melalui program-programnya. Program yang telah dilakukan oleh petugas Puskesmas GugukPanjang masih terjadi kendala seperti masih kurangnya ketersedian Sumber Daya Manusia dari segi kuantitas, keterlambatan penurunan dana, sarana dan prasarana masih kurang lengkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pencegahan masalah gizikurang pada balita di Puskesmas Guguk Panjang.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dimana pada proses pengolahan data dimulai dari reduksi hasil wawancara, kemudian data disajikan dalam narasi tabel atau flowchart, setelah itu diverifikasi data dg menggunakan triangulasi data dan sumber baru ditarik sebuah kesimpulan penelitian. Partisipan sebanyak 8 orang terdiri dari Kepala Puskesmas, pemegang program gizi, bidan, kader dan ibu Balita..Hasil penelitianmemunculkanenam tema masih kurangnya SDM dari segi kuantitas, keterlambatan penurunan dana, sarana dan prasarana di posyandu masih belum memadai,pelaksanaan Upaya Pencegahan Gizi belum optimal, proses monitoring dan evaluasi sudah baik, Diharapkan kepada petugasuntuk dapat melakukan mapping kegiatan program dengan sesuai perencanaan kegiatan dan mengoptimalkan peran kader kesehatan yang ada.
BAB I
Persoalan gizi pada bayi dan balita masih menjadi persoalan utama dalam tatanan kependudukan, salah satunya adalah masalah gizi kurang. Gizi merupakan salah satu pilar pembangunan sosial dan ekonomi. Sehingga penurunan gizi kurang pada bayi dan anak sangatlah penting demi mendukung untuk terwujudnya Suistainable Development Goals (SDGs) yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi, dan memajukan pertanian berkelanjutan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan desain penelitian Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan lengkap tentang upaya pencegahan masalah gizi kurang pada balita. Penelitian terdiri dari 8 orang partisipan yaitu Kepala Puskesmas, Bidan Desa, Kader dan Ibu Balita.. Proses pengolahan data dimulai dari reduksi hasil wawancara, kemudian data disajikan dalam narasi tabel atau flowchart, setelah itu diverifikasi data denganmenggunakan triangulasi data dan sumber baru ditarik sebuah kesimpulan penelitian. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
CONTOH TESIS NO.13 SOSIALISASI PENCEGAHAN STUNTING UNTUK MENINGKATKANSUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL
Abstrak
Stunting menjadi isu yang mendesak untuk diselesaikan karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Sumber daya manusia adalah faktor utama penentu kesuksesan sebuah negara. Artiek ini bertujuan melihat hulu-hilir sosialisasi pencegahan stunting di Sumber putih Wajak. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan analisa deskriptif. Sumber data berupa analisis dokumen kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, di hulu (level kebijakan) telah ada kebijakan kesehatan desa yang dilahirkan sebagai upaya pencegahan stunting, namun pada kenyataannya angka penurunan stunting masih jauh dari yang ditargetkan. Didesa masih terdapat banyak masyarakat yang belum memiliki penguasaan pengetahuan yang memadai terkait stunting itu sendiri, baik dampaknya, faktor penyebabnya, hingga cara penanggulangannya. Kebijakan penanggulangan stunting terkesan masih berada pada isu stunting seolah masih terdengar asing. Oleh karena itu, masih sangat diperlukan sosialisasi secara massif terkait stunting, dampak yang ditimbulkan, urgensi penanggulangannya, dan upaya penanggulangan stunting pada tataran akar rumput, sebagai bentuk upaya preventif individual tanpa bergantung pada program pemerintah saja, sebab penanggulangan stunting adalah masalah mendesak yang mesti ditangani oleh semua pihak dengan segera tanpa menunggu apapun.
BAB I
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) sertamengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi (10 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Itervensi Anak Kerdil (Stunting), 2017). Generasi yang tumbuh optimal alias tidak stunting memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik, akan memberikan daya saing yang baik dibidang pembangunan dan ekonomi(Indrastuty & Pujiyanto, 2019).
Metode Penelitian
Pengabdian ini bertempat di daerah Sumber putih Wajak Kabupaten Malang dilaksanakan dalam kurun waktu satu bulan selama kegiatan KKN PPM Tematik berlangsung. Teknik pengumpulan data pada kegiatan ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam melaksanakan kegiatan ini sangat dibutuhkan partisipasi dari pihak desa selaku tuan rumah, dan masyarakat sebagai peserta supaya program dapat berjalan dan berkelanjutan, adalah dengan kegiatan sosialisasi mengenai proker.
CONTOH TESIS NO.14 APLIKASI STRATEGI INTERVENSI SIMULATION GAME DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING PADA ANAK
Abstrak
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat tergantung pada asupan nutrisinya. Jika tidak terpenuhi maka anak beresiko mengalami masalah gizi, salah satunya adalah stunting. Stunting merupakan kondisi dimana tubuh balita tumbuh pendek sebagai akibat kekurangan gizi kronis yang berdampak pada tidak optimalnya perkembangan otak. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi anak sesuai usia merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan pengetahuan keluarga adalah dengan melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan. Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat, tim mengadakan pendidikan kesehatan dengan metode yang lebih interaktif, diantaranya adalah simulation game. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat diketahui terjadi peningkatan pengetahuan pada ibu mengenai stunting (pengertian, bahaya, cara pencegahan dan penanganan) serta pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak. Ibu juga mampu mengatur posisi dan pelekatan saat menyusui bayinya. Selain itu, tenaga kesehatan telah tersosialisasi mengenai metode simulation game sehingga diharapkan metode ini dapat diakomodir menjadi strategi dalam melakukan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
BAB I
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini juga didasarkan atas permintaan dari Kepala Desa Muara Penimbung yang memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap kesehatan masyarakatnya (surat permohonan masyararakat terlampir). Pihak desa mengharapkan agar tim pengabdian dapat melakukan intrevensi terkait permasalahan yang dihadapi. Tim pengabdian terdiri dari 4 orang dosen berlatarbelakang pendidikan keperawatan. Tim pengabdian juga memiliki pengalaman penelitian terkait pemenuhan nutrisi pada anak. Selain itu ketua tim juga merupakan konselor menyusui sehingga diharapkan dapat memberikan edukasi lebih dalam terkait ASI. Dimana diketahui bahwa ASI merupakan nutrisi awal yang sangat penting bagi anak diawal kehidupannya yang sangat bermanfaat untuk mencegah stunting.
Metode Penelitian
Metode kegiatan dilakukan dengan cara pembinaan sikap dan ketrampilan kader dan masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dalam rangka mencegah stunting.Dalam kegiatan ini tim pengabdian melakukan edukasi kepada kader posyandu danmasyarakat setempat dengan menggunakan metode simulation game.Pendidikan kesehatan dengan menggunakan simulationgame diharapkan dapat meningkatkan antusiasme masyarakat dapat menerima pengetahuan baru,dalam hal ini terkait nutrisi dan stuntingpada anak.
CONTOH TESIS NO.15 PREVALENSI STUNTINGPADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDEMEN KARANGASEM
Abstrak
Stunting diidentifikasi berdasarkan indikator TB/U menurut WHO dengan nilai z score kurang dari -2. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, Kabupaten Karangasem memiliki angkastuntingtertinggi dari seluruh kabupaten/kota di Bali yaitu sebesar 39,0%. Sementara, sampai saat ini Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem belum melakukan evaluasi tentang besarnya masalah stuntingpada balita. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui prevalensi stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sidemen.Studi deskriptif cross-sectional dilaksanakan terhadap 100 balita pada 8 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sidemen yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Data stunting pada balita didapatkan melalui pengukuran tinggi badan dan disesuaikan dengan kurva TB/U menurut WHO, sedangkan data lainnya dilakukan melalui wawancara. Data hasil penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif.Prevalensistuntingpada balita di wilayah kerja Puskesmas Sidemen adalah sebesar 35%. Balita dengan stuntingcendrung lebih banyak ditemukan pada balita dengan jenis kelamin perempuan (38,3%), tingkat pendidikan ibu rendah (35,1%), riwayat ASItidak ekslusif (44,9%), dan memiliki riwayat BBLR (66,7%). Prevalensi stuntingpada balita di wilayah kerja Puskesmas Sidemen cukup tinggi sehingga upaya pencegahan diperlukan melalui program gizi kesmas dan kesehatan ibu dan anak
Teknik Analisis
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross-sectional untuk mengetahui prevalensi stuntingpada balita dan distribusi berdasarkan karakteristik sampel dan beberapa faktor risiko yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, riwayatBeratBadan Lahir Rendah(BBLR), dan riwayat pemberian Air Susu Ibu (ASI)eksklusif.
Leave a Reply