CONTOH TESIS NO.1 Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Deteksi Dini Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang pada Balita
Abstrak
Salah satu masalah kesehatan terkait pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita yang dapat menimbulkan dampak buruk dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah stunting. Saat ini, pemerintah berusaha menanggulangi stunting dengan upaya intervensi gizi spesifik. Agar program tersebut dapat berjalan dengan efektif maka deteksi dini anak dengan stunting penting untuk dilakukan selain pemberian stimulasi tumbuh kembang yang tepat bagi anak. Berdasarkan data Puskesmas Jatinangor di Desa Cipacing terdapat 14 anak yang berada pada status stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini stunting serta stimulasi tumbuh kembang pada anak. Sasaran pada kegiatan ini adalah kader kesehatan dengan total sampel sebanyak 31 orang. Kegiatan pemberdayaan berupa satu hari pelatihan yang terbagi dalam 3 sesi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta demonstrasi dan redemonstrasi oleh para kader kesehatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan para kader kesehatan yaitu sebelum dilakukan kegiatan sebanyak 61,3% kader memiliki pengetahuan yang baik dan setelah dilakukan kegiatan meningkat menjadi sebanyak 93,5%. Selain itu, hasil uji statistik menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan pada pengetahuan kader kesehatan setelah dilakukan intervensi (p = 0,000). Namun, untuk aspek psikomotor yang diukur setelah dilakukan pelatihan, didapatkan hampir setengah dari jumlah responden masih berada pada kategori kurang baik. Maka dari itu, diharapkan kegiatan pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini stunting serta stimulasi tumbuh kembang pada anak sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan dengan bekerja sama bersama pihak-pihak terkait, sehingga diharapkan memberikan kontribusi atas terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat pada umunya dan anak pada khususnya.
BAB I
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Millenium Challenge Account – Indonesia, 2018). Prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%). Persentase tersebut dengan pembagian untuk kategori sangat pendek 19,2% dan pendek 18,1%. Artinya, diperkirakan lebih dari sepertiga atau lebih dari 8,9 juta anak usia dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai ukuran standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Stunting menurut WHO Child Growth Standard didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan batas (z-score) <-2 SD (WHO, 2013).
Teknik Analisis
Kegiatan pemberdayaan berupa satu hari pelatihan yang terbagi dalam 3 sesi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta demonstrasi dan redemonstrasi oleh para kader kesehatan.
CONTOH TESIS NO.2 GAMBARAN PRAKTIK KADER DALAM PENENTUAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA SIDOMOYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN 1 YOGYAKARTA
Abstrak
Salah satu masalah gizi cukup besar dan belum terselesaikan yaitu stunting. Stunting dapat mengakibatkan kerusakan pada anak yang irreversible (tidak dapat diubah). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting yaitu adanya program 1000 hari pertama kehidupan. Pemerintah telah menyiapkan pedoman pelatihan gizi namun kegiatannya di daerah masih bersifat jarang sehingga belum mencakup seluruh wilayah Indonesia, karena itu diperlukan suatu jalan keluar yang komprehensif dan sistematik dalam memberdayakan kader. Untuk mengetahui gambaran praktik kader dalam penentuan stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Sidomoyo wilayah kerja Puskesmas Godean I, maka penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan menggunakan pendekatan cross sectional.
BAB I
Konsekuensi jangka pendek yang diakibatkan stunting yaitu meningkatkan mortalitas dan morbiditas, terganggunya fungsi kognitif, motorik, terganggunya proses metabolisme dan meningkatkan pengeluaran untuk biaya perawatan anak sakit. Sedangkan efek jangka panjangnya adalah menurunkan prestasi sekolah, menurunkan kapasitas belajar, perawakan pendek ketika dewasa, obesitas, penurunan kapasitas kerja dan penurunan produktivitas (Stewart et al, 2013).
Teknik Analisis
Teknik analisa univariat berupa presentase dan ukuran central tendency berupa rerata kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
CONTOH TESIS NO.3 MINIMALISASI STUNTING DAN DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU 2 DESA ARANGMANGU KECAMATAN PURWOJATI BANYUMAS
Abstrak
Kabupaten Banyumas berada di peringkat 100 besar kabupaten dengan tingkat stunting tertinggi di Indonesia. Tingkat stunting di Banyumas diketahui 24% dari 300 sampel di bawah lima, jumlahnya telah melampaui standar WHO, yang merupakan maksimum 20%. Di Desa Karangmangu berdasarkan hasil survei pendahuluan di Posyandu 2 Karangmangu dari 30 balita yang melakukan penimbangan di Posyandu 2 menemukan bahwa 5 anak stunted dan 2 kekurangan gizi. Berdasarkan data awal di Posyandu 2, perlu dilakukan pendekatan komprehensif terutama untuk bayi di bawah usia 2 tahun (Baduta). Deteksi dini status gizi buruk dan pengerdilan diharapkan dapat ditangani dengan baik sehingga dapat meminimalkan masalah yang dapat timbul dari masalah kekurangan gizi dan pengerdilan. Hasil dari kegiatan ini adalah deteksi kasus kekurangan gizi dan pengerdilan bayi di bawah 2 tahun (Baduta) di Desa Karangmangu, membantu Baduta dengan konseling tentang pengerdilan dan kekurangan gizi, pelatihan pemijatan batuk dingin dan pijat nafsu makan, suplementasi vitamin A dan makanan tambahan pada setiap pertemuan, serta memberikan susu tambahan untuk bayi dengan status gizi buruk dan pengerdilan 15 di bawah dua balita.
BAB I
Terdeteksinya secara dini status gizi kurang dan stunting diharapakan dapat ditangani secara baik sehingga meminimalisasi masalah yang dapat ditimbulkan dari masalah gizi kurang dan stunting adapun kegiatan yang akan dilakukan antara lain pengkajian secara menyeluruh, pemeriksaan tumbuh kembang, pemeriksaan perkembangan motorik, pelatihan pijat nafsu makan untuk bayi/balita, pemberian vitamin A dan pemberian susu tambahan bagi balita gizi kurang dan stunting.
Metode Pengabdian
Berdasarkan data awal di Posyandu 2, perlu dilakukan pendekatan komprehensif terutama untuk bayi di bawah usia 2 tahun (Baduta). Deteksi dini status gizi buruk dan pengerdilan diharapkan dapat ditangani dengan baik sehingga dapat meminimalkan masalah yang dapat timbul dari masalah kekurangan gizi dan pengerdilan.
CONTOH TESIS NO.4 PEMBERDAYAAN IBU SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KEKURANGAN GIZI BALITA DI PUSKESMAS II SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS
Abstrak
Peran ibu sebagai walikota dalam tumbuh kembang anak terutama dalam hal status gizinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kejadian gizi kurang dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab gizi kurang seperti faktor anak, faktor keluarga, faktor ibu dan faktor lingkungan dengan pendekatan kuantitatif, mengidentifikasi sejauh mana interaksi masyarakat dengan kesehatan masyarakat, mengidentifikasi efektivitas program. untuk mencegah kekurangan gizi. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan regresi logistik ganda. Model interaktif1) digunakan untuk menganalisis sejauh mana kesehatan masyarakat untuk program pencegahan kekurangan gizi. Sampel penelitian ini adalah anak kurang gizi periode Januari-Juli 2012 sebanyak 50 subjek. Sebagai kontrol, peneliti menggunakan 50 anak dengan status gizi baik yang tinggal di dekat subjek dengan status gizi kurang. Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil penyebab gizi buruk pada jenis kelamin, pekerjaan ibu, dan sanitasi lingkungan. Faktor yang paling dominan adalah pekerjaan ibu. Analisis kualitatif menyimpulkan masalah kelembagaan antara lain pemberian MP-ASI belum mampu mengatasi masalah gizi kurang, riwayat gizi ibu dan BBLR, rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu, kurangnya ASI eksklusif, MP-ASI persalinan prematur, partisipasi ibu yang rendah. di posyandu dan keluarga berpenghasilan rendah. Deteksi dini gizi buruk dapat dilakukan dengan pemberdayaan ibu rumah tangga dengan peningkatan pengetahuan tentang ASI / MP-ASI dan gizi selama hamil, pemeliharaan sanitasi lingkungan, serta peningkatan partisipasi ibu di posyandu.
BAB I
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya terciptanya perbaikan status kesehatan. Status gizi ini dapatmembantu mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.
Teknik Analisis
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariat dan univariat.
CONTOH TESIS NO.5 41PELATIHAN KADER KESEHATAN DETEKSI DINI STUNTING PADA BALITA DI DESA BETTENG
Abstrak
Stuntingmerupakan pertumbuhan fisik tinggi badan yang tidak normal sesuai dengan umur. Stunting atau Bahasa lainnya adalah Gizi buruk kronik merupakan kondisi gizi buruk yang dialami semasa balita yang memiliki dampak yang buruk bagi tumbuh kembang anak. Deteksi dini stunting pada balita merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas anak dan bagian dari tugas para kader kesehatan. Oleh karena itu sangat diharapkan pemahaman dan keterampilan kader dalam melakukan deteksi dini stunting. Dalam hasil pendataan awal, didapatkan jumlah stunting cukup banyak di Desa Betteng yaitu >40%. Berdasarkan data tersebut Desa Betteng masuk dalam kategori kejadian stunting serius. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan kader kesehatan dalam melaksanakan deteksi dini stunting. Pelaksanaan kegiatan ini dengan cara memberikan pelatihan tentang stunting, dan cara mendeteksinya. Kesimpulan : peningkatan pemahaman kader kesehatan tentang deteksi dini stunting dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pelatihan.
BAB I
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia. Stuntingadalah status gizi yang didasarkan pada indekx Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (Z-score)<-2 Standar Deviasi (SD) (Kemenkes, 2017). Dampak dari stuntingtidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang stunting memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia normal.
Teknik Analisis
Faktor internal dan faktor eksternal sangat mempengaruhi tingkat pengetahui seseorang.
CONTOH TESIS NO.6 PENGEMBANGAN MODUL DETEKSI DINI PEMANTAUAN BALITA STUNTINGDI POSYANDU
Abstrak
Prevalensi stunting pada balita yang cenderung meningkat baik pada tingkat kabupaten kota sampai tingkat nasional, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun tahun 2013 stunting mengalami peningkatan dari 35,6% pada tahun 2010 menjadi 37,2% atau peningkatan sebesar 2,4%, dengan rincian 18,0 % sangat pendek dan 19,2 % pendek. Dampak yang ditimbulkan dari masalah stunting adalah obesitas dan kehilangan IQ point, hasil penelitian oleh University of North Carolina, menemukan bahwa skor IQanak-anak stunting usia delapan tahun lebih rendah 11 point dibandingkan dengan anak-anak yang tidak stunting. World Health Assembly (WHA) menargetkan pada tahun 2025 penurunan prevalensi balita stunting sebesar 40% dari prevalensi saat ini, untuk mencapai target tersebut semua unsur harus dilibatkan semua kabupaten kota sampai pada masyarakat, hususnya kader posyandu..Sebanyak 53,3 % kader memiliki tingkat pendidikan kader yang mengikuti uji coba modul adalah SMA, dengan usia berkisar antara 31 sampai dengan 60 tahun, 93,3 % kader menilai sesuai antara Judul pokok bahasan dengan isi modul. 73,3% dapat memahami isi dari modul2. Setelah dilakukan focus group discussion yang merasa sulit dipahami adalah perhitungan umur dengan metode 2, 67,7 % kader posyandu menilai modul sangat penting bagi mereka dan hanya 33,3 % yang mengatakan penting, dan 46,7 % menilai perlu dilaksanakan deteksi dini kejadian stunting di Posyandu.
BAB I
Kartu Menuju Sehat yang digunakan untuk memantau pertumbuhan, dibuatberdasarkan standar baku WHO antro 2005 dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Indeks ini tidak dapat memantau kejadian stunting pada balita. Sehingga perlu adanya KMS berdasarkan indeks Tinggi Badan atau Panjang Badan menurut Umur (TB-PB/U) yang dapat digunakan untuk mendeteksi kejadian stunting pada anak balita. (Kemenkes, 2010) Diharapkan melalui kelompok pemberdayaan, masyarakat tahu dan menganggap stunting sebagai suatu masalah, agar mereka memiliki motivasi untuk melakukan pencegahannya pada tingkat rumah tangga dan memanfaatkan layanan yang tersedia untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak (WHO,2013) Melalui kader yang dipilih oleh masyarakat, dapat membantu mengidentifikasi masalah, mengembangkan kapasitas agar masyarakat dapat menangani masalah yang dihadapi secara lebih efektif, untuk itu kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakankegiatannya.
Metode Penelitian
Sasaran kegiatan ini adalah Kader Posyandu yang nantinya melaksanakan pemantauan stunting pada anak balita karena memiliki komitmen untuk pelaksanaan kegiatan penurunan prevalensi stunting, Penjelasan modul oleh Tim Pengabmas, dilanjutkan review modul oleh kader selama 1 minggu kemudian dilakukan evaluasi akhir
CONTOH TESIS NO.7 DETEKSI DINI STUNTING DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING PADA BALITA DI DESA DURIN TONGGAL, PANCUR BATU, SUMATERA UTARA
Abstrak
Latar belakang:Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan pada anak balita akibat kurang gizi kronis sehingga anak terlibat lebih pendek dari pertumbuhan usianya. Hal tersebut akan berdampak pada perkembangan anak, maka pemantauan pertumbuhan dan perkembang balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui hambatan pertumbuhan (growth faltering) sejak dini.Salah satu desa yang sulit dijangkau membuat masyarakat kurang informasi tentang stunting dan tidak menyadari situasi pertumbuhan dan permbangan anak mereka. Tujuan:kegiatan ini untuk mendeteksi secara dini stunting pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Desa Durin Tunggaldan memberikan informasi penting tentang stunting. Metode kegiatan yang dilakukanadalah pengukuran tinggi Badan dan Berat Badan yang dikonversi dengan nila Z sesuai acuan kementrian kesehatan Republik Indonesia dan juga diberikan pendidikan kesehatan tentang stunting atau mayarakat mengenal dengan sebutan kerdil.Hasil:Sebanyak 18 ibu dengan anak balita mengikuti kegiatan dengan aktif dan 22 balita dilakukan deteksi stunting. Kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukan mayoritas masyarakat tidak memahami tentang stunting dan 54,5 % balita laki-laki yang diukur tinggi badan dan berat badan. Mayoritas balita yang dideteksi usia 4-5 tahun (63,6%) dan 2-3 tahun sebanyak 36,4%. Hasil pengukuran menunjukan 86,4 % balita tidak mengalami stunting namun ditemukan 13,6 % balita stunting. Kesimpulan:Maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus supaya ibu-ibu bisa menyadari pertumbuhan anaknya dan memberikan asupan nutrisi yang baik untuk mencegah stunting. Kata kunci: stunting; balita; deteksi dini
BAB I
Salah satu tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan dalam upaya mencegah stunting pada anak adalah medeteksi sedini mungkin dan upaya promosi kesehatantentang stunting. Berdasarkan fenomena dan pemaparan situasi wilayah DesaDurin Tonggal Dusun I Kecamatan Pancur Batudilakukan promosi kesehatan tentang pencegahan stunting dan deteksi dini stunting. Tujuan utama kegiatan ini adalah seluruh Ibu danAnak berpartisipasi aktif untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan stunting dan mengetahui sejak dini terjadi atau tidak terjadina stunting.
Metode Evaluasi
Kegiatan evaluasi ini mengidentifikasi pertumbuhan balita melalui pengukuran tinggi badan/panjang badan dan berat badan sesuai dengan usianya. Hasil anak mengalami stuntingjika nilai Z-Score -2 SD di Desa Durin Tonggal Kecamatan Pancur Batu. Pengetahuan ibu meningkat tentang stunting dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas nutrisi anak
CONTOH TESIS NO.8 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 25-59 BULAN DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS WONOSARI II TAHUN 2017
Abstrak
Stunting masih menjadi permasalahan dalam masalah gizi dan tumbuh kembang anak di Indonesia.. Stunting di DIY pada tahun 2014 sebesar 11,4%. Prevelensi stunting tertinggi berada di Kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 7,7% balita pendek dan 23,3% balita sangat pendek. Penyumbang angka stunting tertinggi adalah Puskesmas Wonosari II dengan 549 balita. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain case control dengan menggunakan data sekunder dari buku KIA ibu dan data primer melalui wawancara. Variabel yang diteliti meliputi tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, pemberian ASI eksklusif, berat lahir, dan jenis kelamin. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple rundom sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 152 sampel yang meliputi 76 kelompok kasus dan 76 kelompok kontrol. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah tinggi badan ibu pvalue 0,015 (95% CI 1,495-40,012), pemberian ASI Eksklusif p-value 0,006 (95% CI 1,366 – 6,228), jenis kelamin p-value 0,002 (95% CI 1,590-7,312). Hasil analisis multivariat tinggi badan ibu memiliki besar risiko paling tinggi terhadap dengan kejadian stunting (p=0,015 OR=7,735, 95% CI=1,495-40,012) dan jenis kelamin merupakan faktor yang paling signifikan terhadap kejadian stunting pvalue 0,002 (95% CI 1,590-7,312). Tinggi badan ibu merupakan faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan kejadian stunting.
BAB I
Stunting merupakan salah satu masalah yang menghambat perkembangan manusia secara global. Pada saat ini terdapat sekitar 162 juta anak berusia dibawah lima tahun mengalami stunting. Jika tren seperti ini terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada tahun 2025 terdapat 127 juta anak berusia dibawah lima tahun akan mengalami stunting. 1 Menurut United Nations Children’s Emergency Fund (UNICEF) lebih dari setengah anak stunting atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau sebesar 37% tinggal di Afrika.
Teknik Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat dan bivariat.
CONTOH TESIS NO.9 STUDI LITERATUR GAMBARAN PENGETAHUAN KADER DALAM MENDETEKSI STUNTING PADA ANAK
Abstrak
Stunting adalah permasalahan gizi yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Tingginya kasus stunting disebabkan oleh kurangnya pengetahuan kader dan kesadaran ibu yang memiliki balita melakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu, sehingga kasus stunting semakin meningkat setiap tahun. Pengetahuan tentang stunting pada anak menjadi dasar kemampuan dari seorang kader dalam deteksi dini stunting, kurangnya pengetahuan kader menyebabkan terhambatnya peran dan fungsinya dalam pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya pada kegiatan posyandu dimana, deteksi stunting dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri. Penelitian ini adalah literatur review menggunakan jurnal nasional dan internasional Hasil dari mengidentifikasi jurnal menemukan bahwa terdapat sebagian besar kader yang memiliki tingkat pengetahuan rendah maka keterampilan yang dimiliki kurang, sehingga adanya keterkaitan antara pengetahuan kader dalam mendeteksi stunting pada anak. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan kader dalam mendeteksi stunting pada anak. Misalnya dengan memberikan pelatihan serta penyuluhan kepada kader.
BAB I
Deteksi dini stunting dapat dilakukan yaitu dengan pemantauan gizi balita setiap bulan melalui penimbangan berat badan yang kemudian akan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Pendokumentasian KMS sangat penting bagi ibu balita maupun petugas kesehatan karena sebagai media edukasi tentang kesehatan anak balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi. Kartu Menuju Sehat merupakan program perbaikan gizi yang memuat informasi tentang pemberian makanan bayi, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI, dan memuat mengenai informasi deteksi dini adanya masalah kekurangan gizi (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Teknik Analisis
Penelitian ini adalah literatur review menggunakan jurnal nasional dan internasional Hasil dari mengidentifikasi jurnal menemukan bahwa terdapat sebagian besar kader yang memiliki tingkat pengetahuan rendah maka keterampilan yang dimiliki kurang, sehingga adanya keterkaitan antara pengetahuan kader dalam mendeteksi stunting pada anak.
CONTOH TESIS NO.10 PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TENTANG STUNTING PADA BALITA USIA 12 – 36 BULAN MELALUI PENERAPAN APLIKASI ANAK BEBAS STUNTING (ABS)
Abstrak
Hasil penelitian : didapatkan bahwa terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap kader setelah diberikan Aplikasi Anak Bebas Stunting (ABS) dengan nilai p <0,005, presentase peningkatan pengetahuan 25,1% dan persentase sikap 76,2%.
Simpulan : penelitian terdapat pengaruh penerapan aplikasi Anak Bebas Stunting (ABS) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap kader tentang stunting .
Saran : Aplikasi ABS dapat di manfaatkan dan digunakan untuk membantu penatalaksanaan posyandu yang dilakukan kader
BAB I
Penggunaan teknologi seluler pada penelitian yag dilakukan Otu A, Ebenso B, Okuzu O dan Dawodu EO menunjukkan inovasi mHealth dapat membantu meringankan beberapa kendala sistem kesehatan seperti kurangnya alat untuk mengumpulkan data, dan terbatasnya akses ke pelatihan dibidang kesehatan seperti kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan reproduksi. mHealth meningkatkan fungsi sistem kesehatan dan pengetahuan sebanyak 11% dari sebelumnya serta perubahan sikap terhadap penyakit. (Otu, Ebenso, Okuzu dan Dawudo,2016).
Teknik Analisis
Desain penelitian quasi experiment one group pre test and post test, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Leuwigoong,. Subjek penelitian 80 orang kader dengan simple random sampling.
CONTOH TESIS NO.11 Pemakaian Aplikasi Mobile ‘“Balita Sehat”’ Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Abstrak
Perkembangan berbagai praktik di bidang kesehatan ke layanan perangkat bergerak (m-Health) saat ini masih terbatas di Indonesia. Pemanfaatan aplikasi “Balita Sehat” dapat menjadi salah satu alternatif untuk memantau pertumbuhan, perkembangan dan konsumsi balita. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat pengetahuan dan sikap ibu balita, menguji efektivitas,dan mengidentifikasi faktor dominan yang mempengaruhi perubahan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Disain penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel adalah ibu dari anak berusia 0-59 bulan. Sampel terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan intervensi yang masing-masing berjumlah 100 orang ibu. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur dan dianalisis dengan uji Mann Whitney dan regresi logistik. Hasil pretest menunjukkan tidak ada perbedaan skor pengetahuan dan sikap diantara dua kelompok (p value =0,348 dan 0,347) dan setelah intervensi terdapat perbedaan signifikan (p value<0,01 dan 0,001). Perubahan skor pengetahuan dan sikap juga menunjukkan perbedaan signifikan antara dua kelompok (p value 0,001 dan 0,013). Pemakaian aplikasi mobile “Balita Sehat” secara bermakna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.. Pemanfaatan aplikasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan sikap selain pendidikan ayah. Aplikasi “Balita Sehat” dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kepedulian ibu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
BAB I
Malnutrisi adalah masalah kesehatan diIndonesia, khususnya untuk daerah pedesaan dengan bayi dan anak balita sebagai kelompok yang paling rentan. Tingkat pemberian ASI eksklusif yang rendah, pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini atau terlalu lambat, makanan yang tidak aman dan kurang bergizi, dan rendahnya cakupan program pemantauan pertumbuhan adalah penyebab umum terjadinya malnutrisi.4Pemantauan pertumbuhan anak memungkinkan para ibu dan orang tua untuk mendapat informasi yang baik dengan menggunakan alat sederhana untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Hal ini juga memungkinkan petugas kesehatan, melalui alat yang hemat biaya, untuk menilai dan memantau pertumbuhan dan status gizi anak-anak untuk mendukung pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama, praktik pemberian makanan pelengkap yang tepat waktu, dan pemberian ASI berkelanjutan selama 2 tahun atau lebih.
Teknik Analisis
Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.
CONTOH TESIS NO.12 PELATIHAN KADER POSYANDU SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTINGPADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGADANA DAN PUSKESMAS TEGAL SELATAN KOTA TEGAL
Abstrak
Stunting merupakan masalah global dan Indonesia akibat kurangnya kebutuhan gizi anak selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan kader terhadap pencegahan stunting pada balita. Jenis penelitian ini adalah Quasy-Eksperimental dengan desain kelompok kontrol tidak setara. Sampel penelitian terdiri dari 64 kader posyandu yang diambil dengan teknik purposive sesuai kriteria inklusi. Pelatihan menggunakan metode penyuluhan, pemberian buku pedoman kader stunting, dan praktek lapangan selama dua minggu. Hasil analisis uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen setelah pelatihan memberikan perbedaan pengetahuan (p = 0,000), self-efficacy (p = 0,002), dan praktek (p = 0,000). Sedangkan sikap tidak menghasilkan perbedaan (p = 0,182). Meski tidak ada perubahan sikap, hal itu terjadi karena kader posyandu menunjukkan sikap positif tentang stunting sebelum dilakukan pelatihan. Peningkatan pengetahuan, sikap, self-efficacy, dan praktek setelah dilakukan intervensi menunjukkan bahwa stimulus dapat diterima secara efektif, sehingga mempengaruhi perhatian, kemudian ada kemauan untuk bertindak, dan membentuk keyakinan pada individu yang berdampak pada aktualisasi. tindakan atau mengubah perilaku. Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, self-efficacy, dan praktik pada pre-test dan post-test (p> 0,05). Tes Mann Whitney pada kedua kelompok menghasilkan perbedaan dalam pengetahuan dan praktik dengan nilai (p = 0,000). Dapat disimpulkan bahwa pelatihan kader stunting dengan menggunakan buku pedoman kader stunting disertai pendampingan praktik lapangan cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan, self-efficacy, dan praktik kader posyandu dalam upaya pencegahan kasus stunting pada balita. Efikasi diri responden yang baik perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk menghasilkan kinerja yang baik. Penelitian ini menyarankan agar kader posyandu dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan lima paket pelayanan utama pencegahan stunting sehingga angka stunting pada balita dapat dikurangi.
BAB I
Pencegahan stunting menjadi tanggung jawab bersama. Kader posyandu sebagai perwakilan masyarakat memiliki peran yang besar demi terlaksananya intervensi yang efektif untuk menurunkan angka stunting balita di Kota Tegal. Namun, masih kurangnya keterampilan kader dalam pencegahan stuntingkarena belum adanya pelatihan pada kader posyandu untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai kader stunting. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengadakan Pelatihan Kader dalam Pencegahan Stuntingpada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Margadana dan Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal dengan mengkombinasikan tugas kader posyandu dan KPM yang berfokus pada lima paket layanan utama pencegahanstuntingpada sasaran 1000 HPK yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-23 bulan untuk mengetahui adanya perubahan perilaku pada pengetahuan, sikap, self-efficacy, dan praktik kader sebelum dan sesudah pelatihan.
Teknik Analisis
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku kader terkait pencegahan stuntingyang terdiri dari pengetahuan, sikap, self-efficacy, dan praktik. Uji normalitas data dilakukan sebelum uji bivariat .
CONTOH TESIS NO.13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada AnakBalita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan
Abstrak
Pada tahun 2013 prevalensi stunting di Kabupaten Jember tertinggi di daerah pedesaan yaitu67% dan wilayah perkotaan tertinggi sebesar 27,27%. Apabila masalah stunting di atas 20%maka merupakan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan danperkotaan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional dandilakukan di Puskesmas Patrang dan Puskesmas Mangli untuk perkotaan dan PuskesmasKalisat untuk pedesaan dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Analisis datamenggunakan analisis chi-square, mann whitney dan regresi logistik dengan ?=0,05. Hasilanalisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balitayang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga,pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkatkecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik. Namun, untuk statuspekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, status imunisasi, tingkat kecukupan energi, dan statusBBLR tidak mempengaruhi terjadinya stunting. Tingkat kecukupan protein dan kalsium diwilayah pedesaan menunjukkan hubungan yang signifikan sedangkan di wilayah perkotaan tidakmenunjukkan adanya hubungan. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya stunting padaanak balita di wilayah pedesaan maupun perkotaan yaitu tingkat kecukupan zink.
BAB I
Saat ini untuk di Kabupaten JemberPuskesmas Kalisat merupakan puskesmasdengan jumlah anak balita stunting tertinggi didaerah pedesaan yaitu sebesar 67%. Selain itu,untuk daerah perkotaan jumlah anak balitastunting tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Patrang sebanyak 27,27% danPuskesmas Mangli 14%.Menurut karakteristikwilayah tempat tinggal prevalensi stunting tahun2013 terbanyak terjadi di pedesaan jikadibandingkan di perkotaan. Prevalensi stuntingtahun 2013 di wilayah pedesaan adalah 42,1%,dan wilayah perkotaan sebesar 32,5%.
Teknik Analisis
Analisis data menggunakan chi-square test, mann whitneytest dan regresi logistik. Analisis data digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel yang diteliti. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah dengan ?=0,05.
CONTOH TESIS NO.14 Pelatihan Pengukuran Status Gizi Balita sebagai Upaya Pencegahan Stunting Sejak Dinipada ibu di Dusun Randugunting, Sleman, DIY
Abstrak
Dusun Randugunting memiliki jumlah balita terbanyak diantara Dusun lain di wilayah Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman. Hal ini sangat berisiko menyumbang angka kasus stunting apabila para orang tua kurang memperhatikan kesehatan dan tumbuh kembang anak. Peran orang tua sebagai garda terdepan dan bertanggung jawab penuh terhadap masalah kesehatan anak, terutama masalah gizi balita. Seyogyanya orang tua memiliki pengetahuan dan keterampilan cukup memadai untuk dapat melakukan pengukuran status gizi balita dengan menggunakan metode antropometrisederhana.Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah meningkatkan kesadaran akan keterampilan sasaran dalam deteksi dini stunting secara mandiri dengan menggunakan metode antropometri. Metode pelaksanaan kegiatanpengabdian ini menggunakan gabungan dari metode edukasi, pelatihan, dan simulasi. Sasarannya adalah ibu hamil, ibu yang memiliki anak usia dibawah lima tahun, dan kader kesehatan. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi dari sasaran. Harapannya melalui kegiatan ini dapat meningkatkankesadaran orang tua dalam masalah kesehatan gizi balita, sehingga berdampak dan dapat berkontribusi mengurangi angka kasus stunting di Indonesia.
BAB I
Beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah termasuk petugas kesehatan guna menekan angka kejadian stuntingdi Desa Tamanmartani, antara lain revitalisasi posyandu, pelatihan kader setiap setahun sekali, dan melakukan advokasi kepada stakeholder setempat guna mendapatkan dukungan. Namun demikian, upaya tersebut belummembuahkan hasil yang maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh masyarakat merasa hanya menjadi obyek atau sasaran program yang terus menerus diberikan edukasi tanpa diberikan kesempatan menjadi subyek, misalnya dengan diberikan keterampilan. Kemudian,kurangnya kesadaran masyarakat untuk memantau status gizi balita juga menjadi sebab pendukung tingginya angka kasus stunting.
Metode Evaluasi
Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian angkets ebelum dan setelah dilakukannya kegiatan dan dokumentasikegiatan. Selanjutnya, analisisa data dilakukan dengan pendekatan kuantitatifmelalui uji Tberpasangan.Indicator keberhasilan kegiatan dilihat dari jumlah peserta yang hadir lebih dari 50% dari jumlah undangan dan proses pelaksanaan kegiatan pengabdian.
CONTOH TESIS NO.15 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI STUNTING DANPERKEMBANGAN BALITA USIA 12-59 BULAN
Abstrak
Stunting merupakan masalah gizi buruk kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama akibat pemberian makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Balita yang melakukan perburuan berisiko mengalami penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel 60 balita umur 12-59 bulan yang terdiri dari 60 balita. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah data kategorik. Instrumen mengukur stunting menggunakan microtoase dan z-score, untuk mendeteksi perkembangan dengan menggunakan Denver II. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan chisquare dan uji alternatif uji Fisher Exact. Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan bayi (p = 1.000), ada hubungan jenis kelamin dengan perkembangan balita (p = 0,643), tidak ada hubungan antara umur dalam perkembangan bayi (p = 0,307) antara berat badan lahir. riwayat dan perkembangan bayi (p = 0,612). Bidan lebih memperhatikan tumbuh kembang anak stunting dan melakukan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan kepada keluarga tentang dampak dan cara pencegahan komplikasi stunting, kepada keluarga agar lebih memperhatikan anak stunting dan dapat memberikan upaya kesehatan yang optimal agar anak dapat mencapai tujuan proses pertumbuhan yaitu hisage.
BAB I
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan olehasupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yangtidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Fitrah, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, prevalensi stunting dikatakan tinggi apabilamencapai 30%-39% dan dikatakan sangat tinggi jika prevalensinya mencapai? 40%. Prevalensi anak stunting di Indonesia termasuk dalam kategori tinggi karenaberdasarkan Riskesdas tahun 2013, secara nasional prevalensi stunting adalah 30,7%.Prevalensi stunting meningkat secara nasional dalam tiga tahun 2010-2013 sebanyak1,6%. Angka prevalensi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka prevalensigizi kurang dan buruk (17,9%), kekurusan (13,3%) serta kegemukan (14%)(Riskesdas, 2013).
Teknik Analisis
Analisis univariat dengan distribusifrekuensi, analisis bivariat menggunakanchi squaredan uji alternatifFisher Exacttes.
Leave a Reply