HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Deteksi Dini Stunting Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Deteksi Dini Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang pada Balita

Abstrak

Salah satu masalah kesehatan terkait pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita yang dapat menimbulkan dampak buruk dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah stunting. Saat ini, pemerintah berusaha menanggulangi stunting dengan upaya intervensi gizi spesifik. Agar program tersebut dapat berjalan dengan efektif maka deteksi dini anak dengan stunting penting untuk dilakukan selain pemberian stimulasi tumbuh kembang yang tepat bagi anak. Berdasarkan data Puskesmas Jatinangor di Desa Cipacing terdapat 14 anak yang berada pada status stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini stunting serta stimulasi tumbuh kembang pada anak. Sasaran pada kegiatan ini adalah kader kesehatan dengan total sampel sebanyak 31 orang. Kegiatan pemberdayaan berupa satu hari pelatihan yang terbagi dalam 3 sesi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta demonstrasi dan redemonstrasi oleh para kader kesehatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan para kader kesehatan yaitu sebelum dilakukan kegiatan sebanyak 61,3% kader memiliki pengetahuan yang baik dan setelah dilakukan kegiatan meningkat menjadi sebanyak 93,5%. Selain itu, hasil uji statistik menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan pada pengetahuan kader kesehatan setelah dilakukan intervensi (p = 0,000). Namun, untuk aspek psikomotor yang diukur setelah dilakukan pelatihan, didapatkan hampir setengah dari jumlah responden masih berada pada kategori kurang baik. Maka dari itu, diharapkan kegiatan pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini stunting serta stimulasi tumbuh kembang pada anak sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan dengan bekerja sama bersama pihak-pihak terkait, sehingga diharapkan memberikan kontribusi atas terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat pada umunya dan anak pada khususnya.

BAB I

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Millenium Challenge Account – Indonesia, 2018). Prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%). Persentase tersebut dengan pembagian untuk kategori sangat pendek 19,2% dan pendek 18,1%. Artinya, diperkirakan lebih dari sepertiga atau lebih dari 8,9 juta anak usia dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai ukuran standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Stunting menurut WHO Child Growth Standard didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan batas (z-score) <-2 SD (WHO, 2013).

Teknik Analisis

Kegiatan pemberdayaan berupa satu hari pelatihan yang terbagi dalam 3 sesi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta demonstrasi dan redemonstrasi oleh para kader kesehatan.

CONTOH TESIS NO.2 GAMBARAN PRAKTIK KADER DALAM PENENTUAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA SIDOMOYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN 1 YOGYAKARTA

Abstrak

Salah satu masalah gizi cukup besar dan belum terselesaikan yaitu stunting. Stunting dapat mengakibatkan kerusakan pada anak yang irreversible (tidak dapat diubah). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting yaitu adanya program 1000 hari pertama kehidupan. Pemerintah telah menyiapkan pedoman pelatihan gizi namun kegiatannya di daerah masih bersifat jarang sehingga belum mencakup seluruh wilayah Indonesia, karena itu diperlukan suatu jalan keluar yang komprehensif dan sistematik dalam memberdayakan kader. Untuk mengetahui gambaran praktik kader dalam penentuan stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Sidomoyo wilayah kerja Puskesmas Godean I, maka penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB I

Konsekuensi jangka pendek yang diakibatkan stunting yaitu meningkatkan mortalitas dan morbiditas, terganggunya fungsi kognitif, motorik, terganggunya proses metabolisme dan meningkatkan pengeluaran untuk biaya perawatan anak sakit. Sedangkan efek jangka panjangnya adalah menurunkan prestasi sekolah, menurunkan kapasitas belajar, perawakan pendek ketika dewasa, obesitas, penurunan kapasitas kerja dan penurunan produktivitas (Stewart et al, 2013).

Teknik Analisis

Teknik analisa univariat berupa presentase dan ukuran central tendency berupa rerata kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

CONTOH TESIS NO.3 MINIMALISASI  STUNTING DAN DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU 2 DESA ARANGMANGU  KECAMATAN PURWOJATI BANYUMAS

Abstrak

Kabupaten Banyumas berada di peringkat 100 besar kabupaten dengan tingkat stunting tertinggi di Indonesia. Tingkat stunting di Banyumas diketahui 24% dari 300 sampel di bawah lima, jumlahnya telah melampaui standar WHO, yang merupakan maksimum 20%. Di Desa Karangmangu berdasarkan hasil survei pendahuluan di Posyandu 2 Karangmangu dari 30 balita yang melakukan penimbangan di Posyandu 2 menemukan bahwa 5 anak stunted dan 2 kekurangan gizi. Berdasarkan data awal di Posyandu  2,  perlu  dilakukan  pendekatan  komprehensif  terutama  untuk  bayi  di  bawah  usia  2  tahun (Baduta).  Deteksi  dini  status  gizi  buruk  dan  pengerdilan  diharapkan  dapat  ditangani  dengan  baik sehingga  dapat  meminimalkan  masalah  yang  dapat  timbul  dari  masalah  kekurangan  gizi  dan pengerdilan.  Hasil  dari  kegiatan  ini  adalah  deteksi  kasus  kekurangan  gizi  dan  pengerdilan  bayi  di bawah  2  tahun  (Baduta)  di  Desa  Karangmangu,  membantu  Baduta  dengan  konseling  tentang pengerdilan   dan   kekurangan   gizi,   pelatihan   pemijatan   batuk   dingin   dan   pijat   nafsu   makan, suplementasi  vitamin  A  dan  makanan  tambahan  pada  setiap  pertemuan,  serta  memberikan  susu tambahan untuk bayi dengan status gizi buruk dan pengerdilan 15 di bawah dua balita.

BAB I

Terdeteksinya  secara  dini  status  gizi kurang   dan   stunting   diharapakan   dapat ditangani secara baik sehingga meminimalisasi     masalah     yang     dapat ditimbulkan  dari  masalah  gizi  kurang  dan stunting    adapun    kegiatan    yang    akan dilakukan   antara   lain   pengkajian   secara menyeluruh, pemeriksaan tumbuh kembang,     pemeriksaan     perkembangan motorik, pelatihan pijat nafsu makan untuk bayi/balita,   pemberian   vitamin   A   dan pemberian  susu  tambahan  bagi  balita  gizi kurang dan stunting.

Metode Pengabdian

Berdasarkan data awal di Posyandu  2,  perlu  dilakukan  pendekatan  komprehensif  terutama  untuk  bayi  di  bawah  usia  2  tahun (Baduta).  Deteksi  dini  status  gizi  buruk  dan  pengerdilan  diharapkan  dapat  ditangani  dengan  baik sehingga  dapat  meminimalkan  masalah  yang  dapat  timbul  dari  masalah  kekurangan  gizi  dan pengerdilan.

CONTOH TESIS NO.4 PEMBERDAYAAN IBU SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KEKURANGAN GIZI BALITA DI PUSKESMAS II SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

Abstrak

Peran ibu sebagai walikota dalam tumbuh kembang anak terutama dalam hal status gizinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kejadian gizi kurang dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab gizi kurang seperti faktor anak, faktor keluarga, faktor ibu dan faktor lingkungan dengan pendekatan kuantitatif, mengidentifikasi sejauh mana interaksi masyarakat dengan kesehatan masyarakat, mengidentifikasi efektivitas program. untuk mencegah kekurangan gizi. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan regresi logistik ganda. Model interaktif1) digunakan untuk menganalisis sejauh mana kesehatan masyarakat untuk program pencegahan kekurangan gizi. Sampel penelitian ini adalah anak kurang gizi periode Januari-Juli 2012 sebanyak 50 subjek. Sebagai kontrol, peneliti menggunakan 50 anak dengan status gizi baik yang tinggal di dekat subjek dengan status gizi kurang. Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil penyebab gizi buruk pada jenis kelamin, pekerjaan ibu, dan sanitasi lingkungan. Faktor yang paling dominan adalah pekerjaan ibu. Analisis kualitatif menyimpulkan masalah kelembagaan antara lain pemberian MP-ASI belum mampu mengatasi masalah gizi kurang, riwayat gizi ibu dan BBLR, rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu, kurangnya ASI eksklusif, MP-ASI persalinan prematur, partisipasi ibu yang rendah. di posyandu dan keluarga berpenghasilan rendah. Deteksi dini gizi buruk dapat dilakukan dengan pemberdayaan ibu rumah tangga dengan peningkatan pengetahuan tentang ASI / MP-ASI dan gizi selama hamil, pemeliharaan sanitasi lingkungan, serta peningkatan partisipasi ibu di posyandu.

BAB I

Peningkatan status gizi masyarakat  merupakan  bagian  dari upaya   terciptanya   perbaikan   status kesehatan.      Status   gizi   ini   dapatmembantu    mendeteksi    lebih    dini risiko  terjadinya  masalah  kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan  sebagai  bentuk  antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

Teknik Analisis

Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariat dan univariat.

CONTOH TESIS NO.5 41PELATIHAN KADER KESEHATAN DETEKSI DINI STUNTING PADA BALITA DI DESA BETTENG

Abstrak

Stuntingmerupakan  pertumbuhan  fisik  tinggi  badan  yang  tidak  normal  sesuai  dengan  umur.  Stunting  atau Bahasa  lainnya  adalah  Gizi  buruk  kronik  merupakan  kondisi  gizi  buruk  yang  dialami  semasa  balita  yang memiliki dampak yang buruk bagi tumbuh kembang anak. Deteksi dini stunting pada balita merupakan salah satu  upaya  meningkatkan  kualitas  anak  dan  bagian  dari  tugas  para  kader  kesehatan.  Oleh  karena  itu  sangat diharapkan  pemahaman  dan  keterampilan  kader  dalam  melakukan  deteksi  dini  stunting.  Dalam  hasil pendataan awal,  didapatkan  jumlah  stunting  cukup  banyak  di  Desa  Betteng  yaitu  >40%.  Berdasarkan  data tersebut   Desa   Betteng   masuk   dalam   kategori   kejadian   stunting   serius.   Tujuan   kegiatan   ini   adalah meningkatkan  pemahaman  dan  keterampilan  kader  kesehatan  dalam  melaksanakan  deteksi  dini  stunting. Pelaksanaan  kegiatan  ini  dengan  cara  memberikan  pelatihan  tentang  stunting,  dan  cara  mendeteksinya. Kesimpulan : peningkatan pemahaman kader kesehatan tentang deteksi dini stunting dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pelatihan.

BAB I

Stunting merupakan salah satu permasalahan  gizi  yang  terjadi  di  Indonesia. Stuntingadalah  status  gizi  yang  didasarkan pada  indekx  Tinggi  Badan  menurut  Umur (TB/U)  dengan  ambang  batas  (Z-score)<-2 Standar   Deviasi   (SD)   (Kemenkes,   2017). Dampak  dari stuntingtidak  hanya  dirasakan oleh individu yang mengalaminya tetapi juga berdampak  terhadap  roda  perekonomian  dan pembangunan  bangsa.  Hal  ini  dikarenakan sumber daya manusia yang stunting memiliki kualitas yang   lebih   rendah   dibandingkan dengan sumber daya manusia normal.

Teknik Analisis

Faktor  internal  dan  faktor  eksternal sangat   mempengaruhi    tingkat   pengetahui seseorang.

CONTOH TESIS NO.6 PENGEMBANGAN MODUL DETEKSI DINI PEMANTAUAN BALITA STUNTINGDI POSYANDU

Abstrak

Prevalensi stunting pada  balita  yang  cenderung  meningkat  baik  pada  tingkat  kabupaten kota sampai tingkat nasional, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun tahun 2013 stunting mengalami  peningkatan  dari  35,6%  pada  tahun  2010  menjadi  37,2%  atau peningkatan sebesar 2,4%, dengan rincian 18,0 % sangat pendek dan 19,2 % pendek. Dampak yang  ditimbulkan  dari  masalah stunting adalah  obesitas  dan  kehilangan  IQ  point,  hasil penelitian  oleh University  of  North  Carolina, menemukan  bahwa  skor  IQanak-anak stunting usia delapan tahun lebih  rendah 11 point dibandingkan dengan  anak-anak  yang tidak stunting. World  Health  Assembly (WHA)  menargetkan  pada  tahun  2025  penurunan  prevalensi  balita stunting sebesar  40%  dari  prevalensi  saat  ini,  untuk  mencapai  target  tersebut  semua  unsur  harus dilibatkan semua kabupaten kota sampai pada masyarakat, hususnya kader posyandu..Sebanyak  53,3  %  kader  memiliki  tingkat  pendidikan  kader  yang  mengikuti  uji  coba modul  adalah  SMA,  dengan  usia  berkisar  antara  31  sampai dengan  60  tahun,  93,3  %  kader menilai  sesuai  antara  Judul  pokok  bahasan  dengan  isi  modul.  73,3%  dapat  memahami  isi  dari modul2. Setelah dilakukan focus group discussion yang merasa sulit dipahami adalah perhitungan umur dengan metode 2, 67,7 % kader posyandu menilai modul sangat penting bagi mereka  dan  hanya  33,3  %  yang  mengatakan  penting,  dan  46,7  %  menilai  perlu  dilaksanakan deteksi dini kejadian stunting di Posyandu.

BAB I

Kartu   Menuju   Sehat   yang   digunakan   untuk   memantau   pertumbuhan,      dibuatberdasarkan standar baku WHO antro 2005 dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur  (BB/U).  Indeks  ini  tidak  dapat  memantau  kejadian stunting pada  balita.  Sehingga  perlu adanya KMS berdasarkan indeks Tinggi Badan atau Panjang Badan menurut Umur (TB-PB/U) yang dapat digunakan untuk mendeteksi kejadian stunting pada anak balita. (Kemenkes, 2010) Diharapkan  melalui  kelompok  pemberdayaan,  masyarakat  tahu  dan  menganggap  stunting sebagai  suatu  masalah,  agar  mereka  memiliki  motivasi  untuk  melakukan  pencegahannya  pada tingkat   rumah   tangga   dan   memanfaatkan   layanan   yang   tersedia   untuk   meningkatkan pertumbuhan   dan   perkembangan   anak   (WHO,2013)   Melalui   kader   yang   dipilih   oleh masyarakat,   dapat   membantu   mengidentifikasi   masalah,   mengembangkan   kapasitas   agar masyarakat dapat menangani masalah  yang dihadapi secara lebih efektif, untuk itu kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakankegiatannya.

Metode Penelitian

Sasaran  kegiatan  ini  adalah  Kader  Posyandu  yang  nantinya  melaksanakan  pemantauan stunting pada  anak  balita  karena  memiliki  komitmen  untuk  pelaksanaan  kegiatan  penurunan prevalensi stunting,  Penjelasan  modul  oleh  Tim  Pengabmas,  dilanjutkan  review  modul  oleh kader selama 1 minggu kemudian dilakukan evaluasi akhir

CONTOH TESIS NO.7 DETEKSI DINI STUNTING DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING PADA BALITA DI DESA DURIN TONGGAL, PANCUR BATU, SUMATERA UTARA

Abstrak

Latar  belakang:Stunting  adalah  kondisi  terhambatnya  pertumbuhan  pada  anak  balita  akibat kurang  gizi  kronis  sehingga  anak  terlibat  lebih  pendek  dari  pertumbuhan  usianya.  Hal  tersebut akan  berdampak  pada  perkembangan  anak,  maka  pemantauan  pertumbuhan dan  perkembang balita  sangat  penting  dilakukan  untuk  mengetahui hambatan  pertumbuhan  (growth  faltering) sejak  dini.Salah  satu  desa  yang  sulit  dijangkau membuat  masyarakat  kurang  informasi  tentang stunting  dan  tidak menyadari  situasi  pertumbuhan  dan  permbangan  anak  mereka. Tujuan:kegiatan ini untuk mendeteksi secara dini stunting pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Desa Durin Tunggaldan memberikan informasi penting tentang stunting. Metode kegiatan yang dilakukanadalah pengukuran  tinggi  Badan  dan  Berat  Badan yang  dikonversi  dengan  nila  Z sesuai acuan kementrian kesehatan Republik Indonesia dan juga diberikan pendidikan kesehatan tentang  stunting  atau  mayarakat  mengenal  dengan  sebutan  kerdil.Hasil:Sebanyak  18  ibu dengan  anak  balita  mengikuti  kegiatan  dengan  aktif  dan  22  balita  dilakukan  deteksi  stunting. Kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukan mayoritas masyarakat tidak memahami tentang stunting  dan  54,5  %  balita  laki-laki  yang  diukur  tinggi  badan dan  berat  badan. Mayoritas  balita yang  dideteksi  usia  4-5  tahun  (63,6%)  dan  2-3  tahun  sebanyak  36,4%. Hasil  pengukuran menunjukan  86,4  %  balita  tidak  mengalami  stunting  namun  ditemukan  13,6  %  balita  stunting. Kesimpulan:Maka  hal  ini  perlu  menjadi perhatian  khusus  supaya  ibu-ibu  bisa  menyadari pertumbuhan anaknya dan memberikan asupan nutrisi yang baik untuk mencegah stunting. Kata kunci: stunting; balita; deteksi dini

BAB I

Salah  satu  tindakan  yang  dilakukan  pelayanan  kesehatan  dalam  upaya  mencegah  stunting  pada anak   adalah medeteksi   sedini   mungkin   dan upaya   promosi   kesehatantentang stunting. Berdasarkan fenomena dan pemaparan situasi wilayah DesaDurin Tonggal Dusun I  Kecamatan Pancur Batudilakukan promosi kesehatan tentang pencegahan stunting dan deteksi dini stunting. Tujuan utama kegiatan ini adalah seluruh Ibu danAnak berpartisipasi aktif untuk meningkatkan pengetahuan  tentang  pencegahan  stunting dan  mengetahui  sejak  dini terjadi  atau tidak  terjadina stunting.

Metode Evaluasi

Kegiatan   evaluasi   ini   mengidentifikasi pertumbuhan   balita   melalui pengukuran  tinggi  badan/panjang  badan  dan  berat  badan  sesuai dengan  usianya.  Hasil  anak mengalami  stuntingjika nilai Z-Score -2  SD di  Desa  Durin  Tonggal  Kecamatan  Pancur  Batu. Pengetahuan  ibu  meningkat  tentang  stunting  dan  berkomitmen  untuk  meningkatkan  kualitas nutrisi anak

CONTOH TESIS NO.8 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 25-59 BULAN DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS WONOSARI II TAHUN 2017

Abstrak

Stunting masih menjadi permasalahan dalam masalah gizi dan tumbuh kembang anak di Indonesia.. Stunting di DIY pada tahun 2014 sebesar 11,4%. Prevelensi stunting tertinggi berada di Kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 7,7% balita pendek dan 23,3% balita sangat pendek. Penyumbang angka stunting tertinggi adalah Puskesmas Wonosari II dengan 549 balita. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain case control dengan menggunakan data sekunder dari buku KIA ibu dan data primer melalui wawancara. Variabel yang diteliti meliputi tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, pemberian ASI eksklusif, berat lahir, dan jenis kelamin. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple rundom sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 152 sampel yang meliputi 76 kelompok kasus dan 76 kelompok kontrol. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah tinggi badan ibu pvalue 0,015 (95% CI 1,495-40,012), pemberian ASI Eksklusif p-value 0,006 (95% CI 1,366 – 6,228), jenis kelamin p-value 0,002 (95% CI 1,590-7,312). Hasil analisis multivariat tinggi badan ibu memiliki besar risiko paling tinggi terhadap dengan kejadian stunting (p=0,015 OR=7,735, 95% CI=1,495-40,012) dan jenis kelamin merupakan faktor yang paling signifikan terhadap kejadian stunting pvalue 0,002 (95% CI 1,590-7,312). Tinggi badan ibu merupakan faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan kejadian stunting.

BAB I

Stunting merupakan salah satu masalah yang menghambat perkembangan manusia secara global. Pada saat ini terdapat sekitar 162 juta anak berusia dibawah lima tahun mengalami stunting. Jika tren seperti ini terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada tahun 2025 terdapat 127 juta anak berusia dibawah lima tahun akan mengalami stunting. 1 Menurut United Nations Children’s Emergency Fund (UNICEF) lebih dari setengah anak stunting atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau sebesar 37% tinggal di Afrika.

Teknik Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat dan bivariat.

CONTOH TESIS NO.9 STUDI LITERATUR GAMBARAN PENGETAHUAN KADER DALAM MENDETEKSI STUNTING PADA ANAK

Abstrak

Stunting adalah permasalahan gizi yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Tingginya kasus stunting disebabkan oleh kurangnya pengetahuan kader dan kesadaran ibu yang memiliki balita melakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu, sehingga kasus stunting semakin meningkat setiap tahun. Pengetahuan tentang stunting pada anak menjadi dasar kemampuan dari seorang kader dalam deteksi dini stunting, kurangnya pengetahuan kader menyebabkan terhambatnya peran dan fungsinya dalam pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya pada kegiatan posyandu dimana, deteksi stunting dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri. Penelitian ini adalah literatur review menggunakan jurnal nasional dan internasional Hasil dari mengidentifikasi jurnal menemukan bahwa terdapat sebagian besar kader yang memiliki tingkat pengetahuan rendah maka keterampilan yang dimiliki kurang, sehingga adanya keterkaitan antara pengetahuan kader dalam mendeteksi stunting pada anak. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan kader dalam mendeteksi stunting pada anak. Misalnya dengan memberikan pelatihan serta penyuluhan kepada kader.

BAB I

Deteksi dini stunting dapat dilakukan yaitu dengan pemantauan gizi balita setiap bulan melalui penimbangan berat badan yang kemudian akan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Pendokumentasian KMS sangat penting bagi ibu balita maupun petugas kesehatan karena sebagai media edukasi tentang kesehatan anak balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi. Kartu Menuju Sehat merupakan program perbaikan gizi yang memuat informasi tentang pemberian makanan bayi, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI, dan memuat mengenai informasi deteksi dini adanya masalah kekurangan gizi (Kementerian Kesehatan RI, 2010)

Teknik Analisis

Penelitian ini adalah literatur review menggunakan jurnal nasional dan internasional Hasil dari mengidentifikasi jurnal menemukan bahwa terdapat sebagian besar kader yang memiliki tingkat pengetahuan rendah maka keterampilan yang dimiliki kurang, sehingga adanya keterkaitan antara pengetahuan kader dalam mendeteksi stunting pada anak.

CONTOH TESIS NO.10 PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TENTANG STUNTING PADA BALITA USIA 12 – 36 BULAN MELALUI PENERAPAN APLIKASI ANAK BEBAS STUNTING (ABS)

Abstrak

Hasil penelitian : didapatkan bahwa terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap kader setelah diberikan Aplikasi Anak Bebas Stunting (ABS) dengan nilai p <0,005, presentase peningkatan pengetahuan 25,1% dan persentase sikap 76,2%.

Simpulan : penelitian terdapat pengaruh penerapan aplikasi Anak Bebas Stunting (ABS) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap kader tentang stunting .

Saran : Aplikasi ABS dapat di manfaatkan dan digunakan untuk membantu penatalaksanaan posyandu yang dilakukan kader

BAB I

Penggunaan teknologi seluler pada penelitian yag dilakukan Otu A, Ebenso B, Okuzu O dan Dawodu EO menunjukkan inovasi mHealth dapat membantu meringankan beberapa kendala sistem kesehatan seperti kurangnya alat untuk mengumpulkan data, dan terbatasnya akses ke pelatihan dibidang kesehatan seperti kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan reproduksi. mHealth meningkatkan fungsi sistem kesehatan dan pengetahuan sebanyak 11% dari sebelumnya serta perubahan sikap terhadap penyakit. (Otu, Ebenso, Okuzu dan Dawudo,2016).

Teknik Analisis

Desain penelitian quasi experiment one group pre test and post test, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Leuwigoong,. Subjek penelitian 80 orang kader dengan simple random sampling.

CONTOH TESIS NO.11 Pemakaian Aplikasi Mobile ‘“Balita Sehat”’ Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Abstrak

Perkembangan  berbagai  praktik  di  bidang  kesehatan  ke  layanan  perangkat  bergerak  (m-Health)  saat  ini masih terbatas di Indonesia. Pemanfaatan aplikasi “Balita Sehat” dapat menjadi salah satu alternatif untuk memantau pertumbuhan, perkembangan dan konsumsi balita. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat  pengetahuan  dan  sikap  ibu  balita,  menguji  efektivitas,dan  mengidentifikasi  faktor  dominan yang  mempengaruhi  perubahan  pengetahuan  dan  sikap  ibu  terhadap  pemantauan  pertumbuhan  dan  perkembangan.  Disain  penelitian  ini  adalah  kuasi  eksperimen.  Sampel  adalah  ibu  dari  anak  berusia  0-59 bulan. Sampel terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan intervensi yang  masing-masing  berjumlah  100  orang  ibu.  Data  diperoleh  melalui  wawancara  dengan  kuesioner  terstruktur  dan  dianalisis dengan uji Mann Whitney dan regresi logistik. Hasil pretest menunjukkan tidak ada perbedaan skor  pengetahuan  dan  sikap  diantara  dua  kelompok  (p  value  =0,348  dan  0,347)  dan  setelah  intervensi  terdapat perbedaan signifikan (p value<0,01 dan 0,001). Perubahan skor pengetahuan dan sikap juga menunjukkan perbedaan signifikan antara dua kelompok (p value 0,001 dan 0,013). Pemakaian aplikasi mobile “Balita Sehat” secara bermakna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.. Pemanfaatan aplikasi juga  merupakan  faktor  yang  mempengaruhi  perubahan  sikap  selain  pendidikan  ayah.  Aplikasi  “Balita  Sehat” dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kepedulian ibu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

BAB I

Malnutrisi  adalah  masalah  kesehatan  diIndonesia,   khususnya   untuk   daerah   pedesaan   dengan bayi dan anak balita sebagai kelompok yang paling  rentan.  Tingkat  pemberian  ASI  eksklusif  yang  rendah,  pemberian  makanan  pendamping  ASI terlalu dini atau terlalu lambat, makanan yang tidak  aman  dan  kurang  bergizi,  dan  rendahnya  cakupan    program    pemantauan    pertumbuhan    adalah  penyebab  umum  terjadinya  malnutrisi.4Pemantauan  pertumbuhan  anak  memungkinkan  para ibu dan orang tua untuk mendapat informasi yang  baik  dengan  menggunakan  alat  sederhana  untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.  Hal  ini  juga  memungkinkan  petugas  kesehatan,  melalui  alat  yang  hemat  biaya,  untuk  menilai  dan  memantau  pertumbuhan  dan  status  gizi   anak-anak   untuk   mendukung   pemberian   ASI  eksklusif  dalam  6  bulan  pertama,  praktik  pemberian makanan pelengkap yang tepat waktu, dan pemberian ASI berkelanjutan selama 2 tahun atau lebih.

Teknik Analisis

Analisis   data   yang   dilakukan   adalah analisis    univariat,    bivariat    dan    multivariat.

CONTOH TESIS NO.12 PELATIHAN KADER POSYANDU SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTINGPADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGADANA DAN PUSKESMAS TEGAL SELATAN KOTA TEGAL

Abstrak

Stunting merupakan masalah global dan Indonesia akibat kurangnya kebutuhan gizi anak selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan kader terhadap pencegahan stunting pada balita. Jenis penelitian ini adalah Quasy-Eksperimental dengan desain kelompok kontrol tidak setara. Sampel penelitian terdiri dari 64 kader posyandu yang diambil dengan teknik purposive sesuai kriteria inklusi. Pelatihan menggunakan metode penyuluhan, pemberian buku pedoman kader stunting, dan praktek lapangan selama dua minggu. Hasil analisis uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen setelah pelatihan memberikan perbedaan pengetahuan (p = 0,000), self-efficacy (p = 0,002), dan praktek (p = 0,000). Sedangkan sikap tidak menghasilkan perbedaan (p = 0,182). Meski tidak ada perubahan sikap, hal itu terjadi karena kader posyandu menunjukkan sikap positif tentang stunting sebelum dilakukan pelatihan. Peningkatan pengetahuan, sikap, self-efficacy, dan praktek setelah dilakukan intervensi menunjukkan bahwa stimulus dapat diterima secara efektif, sehingga mempengaruhi perhatian, kemudian ada kemauan untuk bertindak, dan membentuk keyakinan pada individu yang berdampak pada aktualisasi. tindakan atau mengubah perilaku. Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, self-efficacy, dan praktik pada pre-test dan post-test (p> 0,05). Tes Mann Whitney pada kedua kelompok menghasilkan perbedaan dalam pengetahuan dan praktik dengan nilai (p = 0,000). Dapat disimpulkan bahwa pelatihan kader stunting dengan menggunakan buku pedoman kader stunting disertai pendampingan praktik lapangan cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan, self-efficacy, dan praktik kader posyandu dalam upaya pencegahan kasus stunting pada balita. Efikasi diri responden yang baik perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk menghasilkan kinerja yang baik. Penelitian ini menyarankan agar kader posyandu dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan lima paket pelayanan utama pencegahan stunting sehingga angka stunting pada balita dapat dikurangi.

BAB I

Pencegahan stunting menjadi  tanggung jawab   bersama.   Kader posyandu sebagai perwakilan  masyarakat  memiliki  peran  yang besar   demi   terlaksananya   intervensi   yang efektif untuk menurunkan angka stunting balita di   Kota   Tegal.   Namun,   masih   kurangnya keterampilan kader dalam pencegahan stuntingkarena  belum  adanya  pelatihan  pada kader  posyandu  untuk  dapat  melaksanakan tugasnya  sebagai  kader stunting.  Hal  tersebut membuat  peneliti  tertarik  untuk  mengadakan Pelatihan  Kader  dalam  Pencegahan Stuntingpada   Balita   di Wilayah   Kerja Puskesmas Margadana   dan   Puskesmas   Tegal   Selatan Kota  Tegal  dengan  mengkombinasikan  tugas kader posyandu dan KPM yang berfokus pada lima    paket    layanan    utama    pencegahanstuntingpada  sasaran  1000  HPK  yaitu  ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-23 bulan untuk  mengetahui  adanya  perubahan  perilaku pada   pengetahuan,  sikap, self-efficacy,  dan praktik kader sebelum dan sesudah pelatihan.

Teknik Analisis

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan  perilaku  kader  terkait  pencegahan stuntingyang terdiri  dari  pengetahuan,  sikap, self-efficacy,  dan  praktik. Uji  normalitas  data dilakukan     sebelum     uji     bivariat .

CONTOH TESIS NO.13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada AnakBalita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan

Abstrak

Pada tahun 2013 prevalensi  stunting di Kabupaten Jember tertinggi di daerah pedesaan yaitu67%  dan  wilayah  perkotaan  tertinggi   sebesar  27,27%.  Apabila  masalah  stunting  di  atas  20%maka   merupakan   masalah   kesehatan   masyarakat.   Tujuan   penelitian   ini   untuk   menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting  pada anak balita di wilayah pedesaan danperkotaan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional  dandilakukan   di   Puskesmas   Patrang   dan   Puskesmas   Mangli   untuk   perkotaan   dan   PuskesmasKalisat   untuk   pedesaan   dengan   jumlah   sampel   sebanyak   50   responden.   Analisis   datamenggunakan   analisis  chi-square, mann whitney  dan   regresi   logistik   dengan  ?=0,05.   Hasilanalisis   menunjukkan   bahwa  faktor   yang   mempengaruhi   terjadinya  stunting  pada   anak   balitayang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pendidikan ibu, pendapatan  keluarga,pengetahuan   ibu   mengenai   gizi,   pemberian   ASI   eksklusif,  umur   pemberian   MP-ASI,  tingkatkecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik. Namun, untuk statuspekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, status imunisasi, tingkat kecukupan energi, dan statusBBLR   tidak   mempengaruhi   terjadinya  stunting.   Tingkat   kecukupan   protein   dan   kalsium   diwilayah pedesaan menunjukkan hubungan yang signifikan sedangkan di wilayah perkotaan tidakmenunjukkan   adanya   hubungan.   Faktor   yang   paling   mempengaruhi   terjadinya  stunting  padaanak balita di wilayah pedesaan maupun perkotaan yaitu tingkat kecukupan zink.

BAB I

Saat   ini   untuk   di   Kabupaten   JemberPuskesmas     Kalisat     merupakan     puskesmasdengan   jumlah   anak   balita  stunting  tertinggi   didaerah pedesaan yaitu sebesar 67%. Selain itu,untuk   daerah   perkotaan   jumlah   anak   balitastunting    tertinggi   berada   di   wilayah   kerja Puskesmas   Patrang   sebanyak   27,27%   danPuskesmas   Mangli   14%.Menurut   karakteristikwilayah tempat tinggal prevalensi stunting tahun2013    terbanyak     terjadi     di     pedesaan     jikadibandingkan   di   perkotaan.   Prevalensi  stuntingtahun 2013 di wilayah pedesaan adalah 42,1%,dan wilayah perkotaan sebesar 32,5%.

Teknik Analisis

Analisis  data menggunakan   chi-square   test,   mann   whitneytest dan regresi logistik. Analisis data digunakan untuk   mengetahui   hubungan   masing-masing variabel yang diteliti.  Derajat kepercayaan yang digunakan adalah dengan ?=0,05.

CONTOH TESIS NO.14 Pelatihan Pengukuran Status Gizi Balita sebagai Upaya Pencegahan Stunting Sejak Dinipada ibu di Dusun Randugunting, Sleman, DIY

Abstrak

Dusun  Randugunting  memiliki  jumlah  balita  terbanyak diantara  Dusun  lain  di wilayah  Desa  Tamanmartani,  Kalasan,  Sleman.  Hal  ini  sangat  berisiko  menyumbang  angka kasus  stunting  apabila  para  orang  tua  kurang  memperhatikan  kesehatan  dan  tumbuh kembang anak. Peran  orang  tua  sebagai  garda  terdepan  dan  bertanggung  jawab  penuh terhadap  masalah  kesehatan  anak,  terutama  masalah  gizi  balita.  Seyogyanya orang  tua memiliki pengetahuan dan keterampilan cukup memadai untuk dapat melakukan pengukuran status  gizi  balita  dengan menggunakan  metode  antropometrisederhana.Tujuan  dari  kegiatan pelatihan  ini  adalah  meningkatkan  kesadaran akan keterampilan  sasaran  dalam  deteksi dini stunting  secara  mandiri  dengan  menggunakan  metode  antropometri. Metode  pelaksanaan kegiatanpengabdian ini menggunakan gabungan dari metode edukasi, pelatihan, dan simulasi. Sasarannya  adalah  ibu  hamil,  ibu  yang  memiliki  anak  usia  dibawah  lima  tahun,  dan  kader kesehatan. Hasil  pelaksanaan  kegiatan  menunjukkan  antusiasme  yang  cukup  tinggi  dari sasaran. Harapannya  melalui  kegiatan  ini  dapat meningkatkankesadaran  orang  tua  dalam masalah kesehatan gizi balita, sehingga berdampak dan dapat berkontribusi mengurangi angka kasus stunting di Indonesia.

BAB I

Beberapa   upaya   telah   dilakukan   oleh   Pemerintah   termasuk   petugas kesehatan  guna  menekan  angka  kejadian stuntingdi  Desa  Tamanmartani,  antara lain  revitalisasi  posyandu,  pelatihan  kader  setiap  setahun  sekali,  dan  melakukan advokasi  kepada  stakeholder  setempat  guna  mendapatkan  dukungan.  Namun demikian, upaya tersebut belummembuahkan hasil yang maksimal. Hal ini dapat disebabkan  oleh  masyarakat  merasa  hanya  menjadi  obyek  atau  sasaran  program yang  terus  menerus  diberikan  edukasi  tanpa  diberikan  kesempatan  menjadi subyek, misalnya dengan diberikan keterampilan. Kemudian,kurangnya kesadaran masyarakat  untuk  memantau  status  gizi  balita  juga  menjadi  sebab  pendukung tingginya angka kasus stunting.

Metode Evaluasi

Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian angkets ebelum dan   setelah   dilakukannya   kegiatan dan   dokumentasikegiatan.   Selanjutnya, analisisa data dilakukan dengan pendekatan kuantitatifmelalui uji Tberpasangan.Indicator  keberhasilan  kegiatan  dilihat  dari jumlah  peserta  yang  hadir  lebih  dari 50% dari jumlah undangan dan proses pelaksanaan kegiatan pengabdian.

CONTOH TESIS NO.15 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI STUNTING DANPERKEMBANGAN BALITA USIA 12-59 BULAN

Abstrak

Stunting merupakan masalah gizi buruk kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama akibat pemberian makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Balita yang melakukan perburuan berisiko mengalami penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel 60 balita umur 12-59 bulan yang terdiri dari 60 balita. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah data kategorik. Instrumen mengukur stunting menggunakan microtoase dan z-score, untuk mendeteksi perkembangan dengan menggunakan Denver II. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan chisquare dan uji alternatif uji Fisher Exact. Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan bayi (p = 1.000), ada hubungan jenis kelamin dengan perkembangan balita (p = 0,643), tidak ada hubungan antara umur dalam perkembangan bayi (p = 0,307) antara berat badan lahir. riwayat dan perkembangan bayi (p = 0,612). Bidan lebih memperhatikan tumbuh kembang anak stunting dan melakukan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan kepada keluarga tentang dampak dan cara pencegahan komplikasi stunting, kepada keluarga agar lebih memperhatikan anak stunting dan dapat memberikan upaya kesehatan yang optimal agar anak dapat mencapai tujuan proses pertumbuhan yaitu hisage.

BAB I

Stunting  merupakan  masalah  kurang  gizi  kronis  yang  disebabkan  olehasupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yangtidak   sesuai   dengan   kebutuhan   gizi (Fitrah,   2013).   Menurut   World   Health Organization  (WHO)  tahun  2010,  prevalensi  stunting  dikatakan  tinggi  apabilamencapai 30%-39% dan dikatakan sangat tinggi jika prevalensinya mencapai? 40%. Prevalensi  anak  stunting  di  Indonesia  termasuk  dalam  kategori  tinggi  karenaberdasarkan Riskesdas tahun 2013, secara nasional prevalensi stunting adalah 30,7%.Prevalensi stunting meningkat secara nasional dalam tiga tahun 2010-2013 sebanyak1,6%. Angka prevalensi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka prevalensigizi   kurang   dan   buruk   (17,9%),   kekurusan   (13,3%)   serta   kegemukan   (14%)(Riskesdas, 2013).

Teknik Analisis

Analisis   univariat   dengan   distribusifrekuensi, analisis bivariat menggunakanchi squaredan uji alternatifFisher Exacttes.

 

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?