Gambaran dari Upaya Pencegahan Stunting
Definisi Upaya Pencegahan Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru Nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa (MCA, 2014).
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting merupakan suatu indikator kependekan dengan menggunakan rumus tinggi badan menurut umur (TB/U) Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak dilahirkan yang mengakibatkan stunting. (Achadi LA. 2012)
Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi refrensi internasional. Tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seumurnya merupakan definisi stunting yang ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai dengan umur anak (WHO, 2006).
Cara Mencegah Stunting pada Anak
- Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil. Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.
- Beri ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
- Dampingi ASI eksklusif dengan MPASI sehat.
- Terus memantau tumbuh kembang anak.
- Selalu jaga kebersihan lingkungan.
Mengenali Kondisi Stunting pada Anak
Gangguan pertumbuhan stunting atau anak berperawakan pendek dapat dipantau melalui perkembangan tinggi anak. Orang tua dapat memantau pertumbuhan anak dengan membawanya ke dokter anak atau posyandu secara berkala. Periksa pertumbuhan anak setiap bulan jika usianya masih di bawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan jika usianya sudah 1-3 tahun.
Pertumbuhan anak akan dipantau menggunakan kurva pertumbuhan sesuai standar World Health Organization (WHO). Seorang anak bisa dikatakan stunting, jika tinggi badannya berada di bawah standar pertumbuhan anak tersebut.
Tidak hanya tampak pendek, stunting juga berisiko mengganggu perkembangan kognitif dan kemampuan belajar anak. Selain itu, stunting juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami berbagai penyakit kronis ketika dewasa, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Contoh Tesis tentang Upaya Pencegahan Stunting
CONTOH TESIS NO.1 MODEL PREDIKSI DAN SISTEM SKORING PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING PADA BALITA DI INDONESIA
Prevalensi stunting di Indonesia sangat menghawatirkan, dari 34 propinsi, 14 propinsi diantaranya termasuk prevalensi stunting kategori berat, dan sebanyak 15 propinsi termasuk kategori serius. Dibutuhkan model pencegahan dan penanggulangan masalah gangguan pertumbuhan pada balita sebagai dasar menyusunan rekomendasi kebijakan. Penelitian menggunakan data sekunder IFLS 2007 dengan pendekatan cross sectional. Model skoring diprediksi dari karakteristik anak, karakteristik orang tua dan pelayanan kesehatan Populasi adalah seluruh Balita di Indonesia dari ibu usia reproduksi. Sampel sebanyak 3589 balita terpilih saat pengumpulan data IFLS 2007 dari ibu wanita usia 15-49 tahun. Besar sampel dipilih secara purposif sampling dengan kriteria inklusi berusia 1-5 tahun, anak kandung, tinggal dengan orang tua kandung, ditimbang berat lahir, tersedia data umur kehamilan, dan tidak mengalami penyakit kronis. Pemodelan menggunakan regresi logistik ganda. Pembentukan skoring berdasarkan nilai OR dari masing-masing variabel. Uji diagnostik menggunakan Kurva Receiver Operation Characteristic (ROC). Hasil penelitian menemukan bahwa prevalensi stunting sebesar 39,5%. Faktor yang harus dicegah dan ditanggulangi dalam menyelesaikan masalah stunting balita di Indonesia adalah adalah memimalisasi bayi lahir BBLR, jumlah anak tidak lebih dari 3, perlu olah asuh yang baik pada anak laki-laki, mencegah ibu melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun. Memperbaiki status gizi remaja sehingga tinggi badannya maksimal, melengkapi kebutuhan imunisasi, meningkatkan pendidikan ibu, memfokuskan pelayanan kesehatan pada balita dipedesaan, dan mencukupkan kebutuhan tablet Fe ibu hamil. Secara keseluruhan bila model ini dapat diterapkan maka akan mampu mencegah dan menganggulangi masalah stunting anak balita sebesar 64 %. Berdasarkan kurva ROC diperoleh Cut off point > 13,5 untuk menilai keberhasilan pencegahan dan penanggulangan stunting, dengan nilai sensitifitas 61,9% dan spesifisitas 60,9%, nilai AUROC 65,5%. Perlu upaya pendampingan ibu hamil dengan tinggi badan yang rendah dan kehamilan usia remaja sebagai kelompok risiko tinggi dan pencegahan serta penatalaksanaan pada bayi lahir dengan BBLR untuk mencegah stunting.
CONTOH TESIS NO.2 Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi kurang. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi. Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) dan menduduki peringkat kelima dunia. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara 1.Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. 2.ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. 3.Memantau pertumbuhan balita di posyandu. 4.Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan
CONTOH TESIS NO.3 TANTANGAN PENCEGAHAN STUNTING PADA ERA ADAPTASI BARU “NEW NORMAL” MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PANDEGLANG
Stunting merupakan permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Kunci kesuksesan pencegahan stunting adalah pemantauan gizi dan pengukuran berat badan bayi dan balita yang dilakukan kader masyarakat di posyandu. Saat pandemi covid-19, kegiatan tersebut tidak bisa dilakukan, dampak pandemi ini terhadap indonesia dapat menyebabkan generation lost di masa depan. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program-program pencegahan stunting di masa pandemi covid-19 ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif murni, yang mengambil lokasi di 2 (dua) desa yang merupakan Lokus stunting, yaitu Desa bayumundu dan Desa Tegalogog. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan maret dan Bulan Juli. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi literatur. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yaitu (1) perencanaan dan sosialisasi (2) pendampingan dan pemberian motivasi kepada kelompok sasaran, (3) pelatihan pemanfaatan hasil pekarangan mendukung diversifikasi konsumsi pangan, (4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan dampaknya, (5) pentingnya aspek promosi dan pemasaran. Jika pemberdayaan masyarakat optimal pada program-program ini maka pencegahan stunting di era new normal ini akan mendapatkan hasil yang optimal.
CONTOH TESIS NO.4 Pendidikan Gizi Gemar Makan Ikan Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Stunting Di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Latar belakang : Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi dengan dampak kesehatan yang serius. Hasil riskesdas terbaru di tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,8%, yang artinya 1 dari 3 anak indonesia masih mengalami stunting. Kabupaten Lamongan merupakan satu dari 100 kabupaten prioritas stunting di Indonesia.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang Pencegahan Stunting.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan one group pre-test and post-test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yaitu mengambil semua ibu dengan balita usia 0 – 59 bulan di desa Gempolmanis, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan sebanyak 22 ibu balita. Pemilihan desa Gempolmanis dipilih secara purposive. Uji T dependen digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan gizi. Response rate penelitian ini sebesar 86,4%.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan pada awal sesi sebelum diberikan pendidikan gizi tentang stunting, mayoritas ibu masih memiliki pengetahuan yang cukup (57,9%) dan kurang (36,8%). Hanya 5,3% yang memiliki pengetahuan gizi baik, namun setelah edukasi gizi, 68,4% ibu memiliki tingkat pengetahuan baik. Rerata skor sebelum edukasi sebesar 60,5 + 18,9 dan meningkat menjadi 88,4 + 13,8 setelah edukasi gizi (P<0.05).
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa pendidikan gizi secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait pencegahan stunting pada anak di usia golden period. Pemberian edukasi gizi secara berkala baik oleh petugas gizi puskesmas maupun kader posyandu perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting.
CONTOH TESIS NO.5 KEBIJAKAN PENANGGULANGAN STUNTING DI INDONESIA
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi stunting yang tinggi, yaitu sekitar 36%. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah stunting melalui berbagai kebijakan dan regulasi serta melalui sejumlah intervensi. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan kebijakan dan regulasi tentang penanggulangan stunting di Indonesia. Indonesia telah memiliki sejumlah kebijakan dan regulasi penanggulangan stunting, yang diwujudkan dalam bentuk intervensi baik yang bersifat spesifik maupun sensitif. Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan dengan memfokuskan pada program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sedangkan intervensi sensitif di antaranya dilakukan melalui penyediaan akses air bersih dan sanitasi. Selain kesehatan, faktor sosial ekonomi juga diketahui berpengaruh terhadap stunting, seperti masalah kemiskinan, tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga. Penanggulangan stunting perlu kerjasama lintas sektor dan dilakukan secara menyeluruh. Kebijakan dan regulasi yang ada di tingkat pusat, harus juga diikuti dengan tindak lanjut di daerah hingga tingkat desa dan melibatkan tidak hanya sector kesehatan tetapi juga sektor terkait lainnya. Sistem penanggulangan berbasis masyarakat perlu ditingkatkan lagi, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat akan pentingnya gizi seimbang, sanitasi dan kebersihan lingkungan merupakan modal yang besar untuk menekan angka stunting.
CONTOH TESIS NO.6 PRAKTIK PENGASUHAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK STUNTING PADA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL KANAK-KANAK
Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadinya gagal tumbuh pada anak kanak-kanak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi stunting di dunia. Dampak dari stunting salah satunya yaitu tejadinya hambatan perkembangan, dimana jika hal tersebut tidak dicegah akan berdampak pada kurang optimalnya kinerja anak di sekolah dan dampak jangka panjang dapat tejadi penurunan kualitas sumber daya manusia. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian stimulasi perkembangan dalam praktik pengasuhan untuk meningkatkan perkembangan anak sesuai dengan tahap usianya. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara sistematis efektifitas praktik pengasuhan terhadap perkembangan kanak-kanak. Metode Systematic review digunakan untuk pencarian artikel pada database elektronik yaitu ProQuest, Sage Publications, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu “parenting practice” AND “psychosocial development” AND “stunting impact” AND “children” OR “child”. Analisis yang dilakukan penulis dari 5 artikel yang relevan didapatkan bahwa dengan dilakukannya praktik pengasuhan yang aktif dan responsive pada anak dapat meningkatkan perkembangan kanak-kanak.
CONTOH TESIS NO.7 Kebijakan Penanggulangan Stunting Di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi stunting yang tinggi, yaitu sekitar 36%. Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk menanggulangi masalah stunting me lalui berbagai kebijakan dan regulasi serta melalui sejumlah intervensi. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan kebijakan dan regulasi tentang penanggulangan stunting di Indonesia. Indonesia telah memiliki sejumlah kebijakan dan regulasi penanggulangan stunting yang diwujudkan dalam bentuk intervensi baik yang bersifat spesifik maupun sensitif.
Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan dengan memfokuskan pada program 1000 Hari Pertama Kehidupan ( sedangkan intervensi sen sitif di antaranya dilakukan melalui penyediaan akses air bersih dan sanitasi. Selain kesehatan, faktor sosial ekonomi juga diketahui berpengaruh terhadap stunting, seperti masalah kemiskinan, tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga. Penanggulangan stu nting perlu
kerjasama lintas sektor dan dilakukan secara menyeluruh. Kebijakan dan regulasi yang ada di tingkat pusat, harus juga diikuti dengan tindak lanjut di daerah hingga tingkat desa dan melibatkan tidak hanya sektor kesehatan tetapi juga sektor terk ait lainnya. Sistem penanggulangan berbasis masyarakat perlu ditingkatkan lagi, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat akan pentingnya gizi seimbang, sanitasi dan kebersihan lingkungan merupakan modal yang besar untuk menekan angka stunting.
CONTOH TESIS NO.8 PENGARUH EDUKASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK USIA BALITA
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia Balita di Dusun Ulusadar, Seram Bagian Barat. Desain penelitian menggunakan quasy experimental with one group pre post without control dengan jumlah sampel sebanyak 20 yang diperoleh dengan secara consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan intrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari data demografi, pengetahuan orang dan upaya orang tua tua terhadap stunting. Hipotesis dianalisa dengan cara uji beda mean antra kelompok sebelum dan sesudah edukasi dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh edukasi terhadap pengetahuan dan upaya pencegahan stunting dengan p value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan upaya preventif di masyarakat dapat dilakukan dengan optimal dan berkesinambungan.
CONTOH TESIS NO.9 KONSUMSI IKAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN STUNTING DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Konsumsi ikan dianggap sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan pemasalahan gizi di Indonesia karena ikan merupakan sumber protein hewani yang dihasilkan oleh sumber daya alam di Indonesia. DKI Jakarta merupakan Ibukota Provinsi Republik Indonesia dengan penduduk yang sangat padat, sebagai pusat bisnis, pusat pemerintahan di Indonesia, yang dihuni oleh berbagai etnis dan golongan yang tinggal di wilayah tersebut. Akan tetapi angka stunting di DKI Jakarta masih cukup tinggi yaitu 23%. Konsumsi ikan di DKI Jakarta tergolong rendah yakni sebesar 25,40 kg/kapita/tahun dibandingkan dengan konsumsi ikan nasional sebesar 47,34 kg/kapita/tahun pada Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan hasil analisis konsumsi ikan di DKI Jakarta yang dikaitkan dengan wilayah kabupaten/kota dan juga kelas pendapatan rumah tangga. Sumber data yang digunakan adalah SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2017 dengan responden berjumlah 5062 rumah tangga. Data analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, untuk tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi ikan rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat partisipasi konsumsi ikan di DKI Jakarta sebesar 76,67% dengan besaran konsumsi ikan tertinggi pada wilayah Kepulauan Seribu dan terendah adalah Jakarta Pusat. Oleh karena itu, strategi peningkatan konsumsi ikan yang dapat dilaksanakan adalah dengan peningkatan keterjangkauan dari ikan baik dari sisi harga maupun ketersediaanya. Selain itu, program edukasi dan promosi terhadap seluruh lapisan masyarakat perlu di lakukan. Jakarta Pusat seharusnya menjadi fokus wilayah peningkatan konsumsi ikan di DKI Jakarta karena rendahnya angka konsumsi ikan dan masih tingginya angka stunting di wilayah ini.
CONTOH TESIS NO.10 PEMBERIAN ASI EKSLUSIF SEBAGAI PENCEGAHAN STUNTING
Stunting adalah masalah kekurangan gizi yang kronis dikarenakan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak dimana tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya. Stunting terjadi akibat kurangnya supan nutrisi pada bayi bahkan sejak saat masih di dalam kandungan. Menurut WHO, kondisi ini terjadi pada 20 persen kasus kehamilan. Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia kedepannya, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek) saja, akan tetapi juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi dalam pendidikan, produktivitas dan kreativitas. Salah satu pencegahan stunting yang dilakukan oleh pemerintah yakni berfokus pada pendekatan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenalkan kepada bayi. Dua tahun pertama kehidupan anak, atau dikenal dengan 1.000 hari pertama adalah masa yang kritis bagi tumbuh kembangnya. Pada waktu inilah bayi harus memperoleh asupan gizi yang cukup dan tepat supaya ia tidak menderita malnutrisi yang dapat berujung pada stunting. Pemberian ASI eksklusif merupakan cara termudah untuk terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi. Manfaat ASI eksklusif telah terbukti membantu anak mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga meminimalisir risiko terjadinya stunting pada anak. . Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi dalam bidang apapun.
Leave a Reply