HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Implementasi Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG

Abstrak

Latar Belakang: Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya yang saat ini dilakukan di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pelayanan yang diberikan secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien untuk mencapai hasil yang pasti dimasukkan sebagai tujuan pelayanan kefarmasian. Jika pelayanannya baik dan tepat kepada pasien maka akan timbul kepuasan terhadap pelayanan tersebut. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat Pandanwangi berdasarkan lima dimensi penilaian kualitas pelayanan, meliputi reliability, assurance, tangible, emphaty, dan responsiveness. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling secara tidak sengaja dengan jumlah responden sebanyak 100 responden. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan skala likert yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan Cronbach’s Alpha. Data dianalisis menggunakan metode Servqual dan Importance Performance Analysis. Hasil & Kesimpulan: Hasil penelitian dengan metode Servqual menunjukkan bahwa nilai rata-rata realitas 4,06 lebih rendah dari nilai rata-rata harapan yaitu 4,60, dengan hasil rata-rata total masing-masing indikator negatif (-). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Impotance Performance Analysis / IPA diperoleh nilai tingkat kesesuaian sebesar 88,30% yaitu kurang dari 100% dengan tingkat kepuasan pada kategori “Tidak Terpuaskan”.

BAB I

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang terkait dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes RI, 2009b). Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Teknik Analisis

Data dianalisis menggunakan metode Servqual dan Importance Performance Analysis.

 

CONTOH TESIS NO.2 Pengaruh kehadiran apoteker terhadap pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek di Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, dan Kabupaten Ende

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kehadiran apoteker terhadap pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek di kabupaten ngada, kabupaten nagekeo, dan kabupaten ende. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian secara deskriptif non-analitik dan kuantitaif. Sampel penelitian adalah 22 Apoteker Pengelola Apotek di Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, dan Kabupaten Ende. Hasil pengujian analisis regresi linear dapat diketahui pengaruh X terhadap Y positif. Untuk kabupaten ngada pengujian koefisien determinasi nenunjukkan bahwa X mempunyai pengaruh tinggi terhadap Y yaitu sebesar 79.00%. berdasarkan tabel uji F test sebesar 18.769 dengan tingkat signifikan 0.007 karena tingkat signifikan < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kehadiran Apoteker mempunyai pengaruh terhadap Pelayanan Kefarmasian. Untuk kabupaten nagekeo pengujian koefisien determinasi nenunjukkan bahwa X mempunyai pengaruh tinggi terhadap Y yaitu sebesar 91.5%. berdasarkan tabel uji F test sebesar 52.578 dengan tingkat signifikan 0.001 karena tingkat signifikan < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kehadiran Apoteker mempunyai pengaruh terhadap Pelayanan Kefarmasian. Untuk kabupaten ende pengujian koefisien determinasi nenunjukkan bahwa X mempunyai pengaruh tinggi terhadap Y yaitu sebesar 90.8%. berdasarkan tabel uji F test sebesar 59.00 dengan tingkat signifikan 0.000 karena tingkat signifikan < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kehadiran Apoteker mempunyai pengaruh terhadap Pelayanan Kefarmasian.

BAB I

Pekerjaan kefarmasian di apotek meliputi penerimaan resep, pemeriksaan keabsahan resep, penyiapan dan pembuatan resep, pengemasan sediaan obat, pemberian etiket sediaan, penyerahan sediaan, pemberian informasi tentang cara penggunaan obat dan melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada pasien,serta melakukan home pharmacy care untuk memonitoring efek penggunaan obat pada beberapa pasien penyakit kronis.

Teknik Analisis

Untuk kabupaten nagekeo pengujian koefisien determinasi nenunjukkan bahwa X mempunyai pengaruh tinggi terhadap Y yaitu sebesar 91.5%. berdasarkan tabel uji F test sebesar 52.578 dengan tingkat signifikan 0.001 karena tingkat signifikan < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kehadiran Apoteker mempunyai pengaruh terhadap Pelayanan Kefarmasian.

CONTOH TESIS NO.3 Tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Batu Kota Batu

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Batu Kota Batu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat observasional yang dilakukan dari bulan Februari, Maret, Juni 2020. Data diambil menggunakan kuesioner dari pasien rawat jalan ruang Farmasi di Puskesmas Batu Kota Batu. Pengukuran kepuasan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI). Parameter yang digunakan adalah dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 100 orang. Secara keseluruhan diperoleh nilai kepuasaan sebesar 87,08% dengan kategori sangat puas. Kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Batu Kota Batu memiliki nilai kepuasan sebesar 87,07% sehingga dikategorikan sangat puas. Nilai kepuasan tertinggi terletak pada dimensi empathy dan nilai kepuasan terendah terletak pada dimensi tangible.

BAB I

Pelayanan kefarmasian adalah suatu layanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Mutu pelayanan kefarmasian yang baik dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang muncul akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang didapatkan setelah pasien membandingkan yang dirasakannya. Adanya keterkaitan antara kualitas pelayanan kefarmasian dengan tingkat kepuasan pasien yaitu terdapat pengaruh positif antara pemberian informasi obat pada tingkat kepuasan saat pasien menebus obat.

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat observasional yang dilakukan dari bulan Februari, Maret, Juni 2020. Data diambil menggunakan kuesioner dari pasien rawat jalan ruang Farmasi di Puskesmas Batu Kota Batu. Pengukuran kepuasan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI). Parameter yang digunakan adalah dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 100 orang. Secara keseluruhan diperoleh nilai kepuasaan sebesar 87,08% dengan kategori sangat puas. Kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Batu Kota Batu memiliki nilai kepuasan sebesar 87,07% sehingga dikategorikan sangat puas. Nilai kepuasan tertinggi terletak pada dimensi empathy dan nilai kepuasan terendah terletak pada dimensi tangible.

CONTOH TESIS NO.4 Implementasi   Permenkes   Nomor   72   Tahun   2016   tentang Standar  Pelayanan  Kefarmasian  di  Rumah  Sakit  Terhadap Tatakelola  SDM  Instalasi  Farmasi  Rsu  Mayjen  H.A  Thalib Kerinci Tahun 2018

Abstrak

Penelitian ini menggunakan desain Sequential Explanatorymenggabungkan kuantitatif dan kualitatifdanpenelitian kuantitatif adalah 28 orang, untuk informan pada penelitian kualitatif adalah 9 orang. Waktu penelitian dari Nopember sampai Desember 2018 di RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci. Hasil penelitian adalahkualifikasi tenaga  TKK  masih  ada  dengan  latar  belakang  SMF,  Hasilcheck  listdokumen  didapatkan  jika  pengelolaan  sediaan farmasi,  alat  kesehatan,  dan  bahan  medis  habis  pakai  44,4%  belum  terlaksana  sedangkan  pelayanan  farmasi  klinik 63,6% belum terlaksana. Hasil pengamatan work samplingdidapatkan hasil jika unit gudang dan rawat jalan memiliki produktivitas  sedang,  sedangkan  untuk  unit  rawat  inap  menunjukkan  tingkat  produktivitas  rendah.  Kualifikasi, persyaratan serta Beban kerja dan kebutuhan SDM di IFRS MHAT belum sesuai dengan Permenkes 72 tahun 2016.

BAB I

Permenkes  72  tahun2016  sangat  penting  di  terapkan  di  setiap  Instalasi  Farmasi  di  rumah  sakit,  sehingga tercapainya   peningkatan   mutu   Pelayanan   Kefarmasian.   Tujuan   penelitian   ini   adalah   mengetahui   bagaimana implementasi Permenkes No.72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian terhadap tata kelola SDM Instalasi farmasi RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci Tahun 2018 dengan menganalisis kualifikasi, persyaratan serta Beban kerja dan kebutuhan SDM di IFRS MHAT.

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan desain Sequential Explanatorymenggabungkan kuantitatif dan kualitatifdanpenelitian kuantitatif adalah 28 orang, untuk informan pada penelitian kualitatif adalah 9 orang

CONTOH TESIS NO.5 Analisis Tingkat Kepuasan Pasien BPJS Pada PelayananKefarmasian Di Apotek Klinik SATKES PUSDOKKES MABES POLRI

Abstrak

Kepuasan pelayanan tercapai jika apa yang didapat pasien melebihi apa yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien BPJS dan dimensi yang mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan di Klinik Apotek Satkes Polsek Pusdokkes Mabes Polri. Penelitian ini dilakukan terhadap data pasien yang dirawat dan dilakukan secara cross sectional, dengan penyebaran kuesioner dan dianalisis secara deskriptif. Subjek penelitian diambil dengan teknik quota sampling. Tingkat kepuasan penelitian ini diukur berdasarkan lima dimensi kualitas pelayanan dan dianalisis menggunakan prosentase andlikert scalet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di Klinik Apotek Satkes Pusdokkes Mabes Polri merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pelayanan yang diberikan.

BAB I

Apotek    salah    satu    sarana    kesehatan    dalampelayanan  kefarmasian  dimana  tempat  dilakukan praktik   kefarmasian   oleh   Apoteker.   Pelayanan kefarmasian di apotek telah mengalami perubahanyang  semula  berfokus  pada  pengelola obat (drugoriented)      berkembang      menjadi      pelayanan komphrensif,     meliputi     pengelolaan     sediaan farmasi,  alat  kesehatan,  dan  bahan  medis  habis pakai   serta   pelayanan   farmasi   klinik,   meliputi; pengkajian    dan    pelayanan    resep,    dispensing, Pelayanan    Informasi    Obat    (PIO),    konseling, pelayanan  kefarmasian dirumah  (home  pharmacycare),    Pemantauan    Terapi    Obat    (PTO),    dan Monitoring Efek Samping Obat(MESO). Kegiatan tersebut    harus    didukung    oleh    sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Keberhasilan suatu pelayanan  kefarmasian  sangat  erat  dengan  tingkat kepuasan pasien. (PermenkesNomor73,2016).

Teknik Analisis

Analisa  data  penelitian  ini  menggunakan  perangkatlunak  program  SPSS  versi  18.0,  berupa;  Analisaunivariat, yaitu analisis yang bertujuan untuk melihat variabel  secara  deskriptif

CONTOH TESIS NO.6 Evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Tabanan Bali berdasarkan Permenkes RI No 74 Tahun 2016

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara pelayanan kefarmasian di Puskesmas kabupaten tabanan bali dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 tahun 2016 tentang pelaksanaan standar kefarmasian di Puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional non analitik dengan pengambilan sampel secara menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada apoteker atau tenaga teknis kefarmasian. Data yang diteliti yakni aspek pengelolaan sediaan farmasi, aspek pelayanan farmasi klinik, aspek sumber daya kefarmasian, dan mutu pelayanan kefarmasian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan desember 2019 – januari 2020. di 20 puskesmas kabupaten tabanan bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 10 dari 20 puskesmas di kabupaten tabanan yang memiliki apoteker, pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas kabupaten tabanan bali sudah memenuhi standar pelayanan kefarmasian dengan persentase rata-rata dan kriteria untuk masing- masing aspek secara berurutan diperoleh 98,89% (sangat baik), 72,71% (baik), 78,29% (sangat baik), 81,76% (sangat baik).

BAB I

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas menyatakan bahwa puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian observasional non analitik dengan pengambilan sampel secara menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada apoteker atau tenaga teknis kefarmasian.

CONTOH TESIS NO.7 GAMBARAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT KH.ABDUR RAHMAN SYAMSURY (ARSY) PACIRAN LAMONGAN

Abstrak

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden menyatakan sangat puas terhadapmutu pelayanan kesehatan kefarmasian yaitu 49 orang (94,22%) dan sebagian kecil cukup puas terhadap mutu pelayanan kefarmasian yaitu 3 orang (5,76%),sehingga dapat disimpulkan hampir seluruhnya responden menyatakan sangat puas terhadap mutu pelayanan kefarmasian. Saran dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

BAB I

Mutu pelayanan kesehatan merupakankeseuaian pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta diselengarakan, secara aman dan memuaskan pelangan sesuai dengan norma dan etika yang baik.Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian dirumah sakit, harus dilakukan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian yang meliputi: monitoring dan evaluasi.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran mutu pelayanan kefarmasian di Instalasi farmasi rumah sakit KH. Abdur Rahman Syamsuri (ARSY).

Teknik Analisis

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif, menggunakan teknik simple random sampling, populasi yang diperoleh 59 respondendan didapatkan sampel yang diteliti sebanyak 52 responden. Sedangan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner.

CONTOH TESIS NO.8 EVALUASI MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT SETELAH IMPLEMENTASI JKN DI UPTD INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA KUPANG

Abstrak

Pengelolaan obat bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat yang merata dan efektif di pelayanan kesehatan. Di era JKN Ketersediaan obat yang terjamin kuantitas dan kualitasnya, dipengaruhi oleh manajemen pengelolaan obat yang terlaksana dengan baik dan lancar. Apabila fungsi manajemen itu tidak berjalan dengan baik dan sesuai standar maka pencapaian tujuan tidak tercapai dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran evaluasi manajemen pengelolaan obat di era JKNdi UPTD Instalasi Farmasi Kota Dinas Kesehatan Kota Kupang pada tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif, pengumpulan data dilakukan secara retrospektif untuk mengetahui gambaran evaluasi manajemen pengelolaan obat di era JKN berdasarkan Petunjuk Teknis Tata Laksan Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2017-2019 di UPTD Instalasi Farmasi Kota Dinas Kesehatan Kota Kupang pada Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen pengelolaan obat era JKN di UPTD Instalasi Farmasi Kota Dinas Kesehatan Kota Kupang pada tahun 2019 sudah memenuhi standar berdasarkan Petunjuk Teknis tata laksana indikator kinerja tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan tahun 2017-2019 yang disusun oleh direktorat jenderal kefarmasian dan alat kesehatan kementerian kesehatan Republik Indonesia.

BAB I

Ketersediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan dan keberhasilan pengobatan yang diberikan. Hal ini menyebabkan fasilitas kesehatan harus memiliki ketersediaan obat yang cukup dan lengkap tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas dari obat tersebut. Melihat betapa pentingnya peranan obat dalam pelayanan kesehatan, maka perlu adanya fungs i manajemen yang baik yaitu: perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan. Apabila fungsi manajemen itu tidak berjalan dengan baik maka pencapaian tujuan tidak tercapai dengan optimal (Depkes RI, 2005).

Teknik Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian kuantatif yang bersifat deskriptif noneksperimental, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif atau menjelaskan data yang sudah terjadi di masa lalu (Notoatmodjo, 2005).

CONTOH TESIS NO.9 EVALUASI PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Abstrak

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan utama menggambarkan suatu keadaan secara obyektif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi sesuai Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Dasar Kefarmasian di Rumah Sakit. Data observasi dianalisis dengan menggunakan kertas cheklists, obat yang rusak dan kadaluwarsa dihitung dan diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Instalasi Farmasi RS Islam Surakarta menerapkan penataan ruang 73,9%, penyiapan stok obat 90,9%, pencatatan kartu stok, dan pengamatan kualitas obat sesuai dengan ketentuan di rumah sakit. standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan. Persentase obat kadaluwarsa dan rusak di instalasi farmasi adalah 2%.

BAB I

Penyimpanan obat yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan obat sekaligus kerugian bagi rumah sakit, sehingga obat harus disimpan dengan baik agar kualitas obat tetap terjaga hingga obat didistribusikan kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penyimpanan obat dan mengetahui jumlah obat yang kadaluwarsa dan rusak di instalasi farmasi RS Islam Surakarta.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan utama menggambarkan suatu keadaan secara obyektif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi sesuai Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Dasar Kefarmasian di Rumah Sakit. Data observasi dianalisis dengan menggunakan kertas cheklists, obat yang rusak dan kadaluwarsa dihitung dan diuji

CONTOH TESIS NO.10 EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP PENGADAAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT TK IV CIJANTUNG KESDAM JAYA JAKARTA TIMUR

Abstrak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat pada tahap pengadaan  di Rumah Sakit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya belum sepenuhnya sesuai dengan indikator standar. Hal ini ditunjukan dari 4 indikator yang dapat diukur yaitu persentase dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan 73,87%(100%), persentase alokasi dana pengadaan obat 17,17%(30-40%), persentase jumlah item obat yang diadakan dengan yang direncanakan 61,52%(100%), Frekuensi pengadaan obat untuk kategori frekuensi rendah sebesar 92,9% dari 445 item obat dengan rata-rata frekuensi pengadaan sebanyak 3,9 kali/ tahun, frekuensi sedang adalah 6,05% dari 29 item obat dengan frekuensi 15 kali/ tahun dan frekuensi tinggi sebesar 1,04% dari 5 item obat dengan frekuensi pengadaan adalah 26,6 kali/ tahun.

BAB I

Pengelolaan obat pada tahap pengadaan merupakan aspek penting dan berpengaruh terhadap persediaan obat dan Anggaran Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit serta penunjang bagi pelayanan kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan melakukan evaluasi pengelolaan obat pada  tahap pengadaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya tahun 2018.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara Retrospektif tahun 2018 berupa laporan keuangan, perencanaan pengadaan dan data pemakaian obat disertai wawancara dengan pihak terkait untuk memperoleh data primer. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan indikator pengelolaan obat riil terhadap indikator standar yang ditetapkan Depkes RI tahun 2008 dan Pudjaningsih tahun 1996.

CONTOH TESIS NO.11 Pertanggungjawaban tenaga kefarmasian terhadap kelalaian dalam pemberian aturan pakai obat ditinjau dari PERMENKES Nomor 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban tenaga kefarmasian terhadap pasien akibat kelalaian pemberian aturan pakai obat dalam pelayanan kefarmasian dan pelaksanaan ganti rugi terhadap kelalaian yang dilakukan tenaga kefarmasian dihubungkan dengan Pasal 1365 KUHPerdata.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan: Bahwa tenaga kefarmasian yang lalai dalam menjalankan kewajibannya yang merugikan pasien atau dapat disebut perbuatan melawan hukum mempunyai tanggungjawab. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 58 ayat (1) UU Kesehatan, pasien berhak mendapatkan ganti rugi jika terjadi kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. Pelaksanakan ganti rugi dilakukan dengan cara mediasi antara kedua belah pihak untuk menentukan ganti rugi yang akan diberikan sesuai kesepakatan. Itikad baik dari tenaga kesehatan pun sangat diperlukan sebagai rasa tanggungjawab terhadap profesinya. Jika tenaga kefarmasian tersebut tidak bertanggungjawab, maka pasien selaku konsumen berhak untuk menuntut pelaku usaha dalam hal ini apotek melalui BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) untuk mendapat gantirugi terhadap kerugian yang telah diterimanya.

BAB I

Tenaga kefarmasian dalam menjalankan tugas harus berdasarkan etika profesi, kesadaran, serta tanggungjawab yang dijunjung tinggi. Salah satu yang harus diperhatikan oleh tenaga kefarmasian, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dalam pelayanan farmasi klinik ada yang dimaksud dispensing, yang mana merupakan pelayanan kefarmasian dari tahap penyiapan sampai penyerahan obat. Peraturan tersebut telah dilanggar oleh tenaga kefarmasian yang melakukan kelalaian dalam pemberian aturan pakai obat tidak sesuai dengan resep. Seorang tenaga kefarmasian harus menyadari jika terjadi kesalahan pengobatan (medication error).

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu jenis metode penelitian yang ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai subjek atau objek penelitian sebagaimana adanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yaitu suatu metode pendekatan hukum sosiologis atau dapat dipahami dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku dengan apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat. Metode analisis data dengan menggunakan kualitatif, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.

CONTOH TESIS NO.12 EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI SALAH SATU RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI KOTA BANDUNG

Abstrak

Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang terjadi pada fase prescribing, transcribing, dispensing dan administration di rumah sakit yang sebetulnya dapat dicegah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Medication Error yang terjadi dan pengaruhnya terhadap mutu pelayanan. Penelitian ini merupakan observasional dengan desain cross sectional terhadap data-data resep di instalasi farmasi salah satu di rumah sakit ibu dan anak di Kota Bandung.Pengumpulan data dilakukan secara Konkuren dimulai pada bulan mei sampai juli 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi medication error pada fase prescribing 64%, transcribing 17,48%, dispensing 11,16%, dan administration 7,36%. Dari total populasi sampel ditemukan presentase potensi medication error yang terjadi sebanyak 55% sedangkan yang tidak berpotensi sebanyak 45%. Berdasarkan standar pelayanan minimal farmasi mengenai mutu pelayanan salah satu indikatonya adalah tidak adanya kesalahan pemberian obat yaitu 100%. Medication error ini dapat mempengaruhi mutu pelayanan secara signifikan dan perlu di evaluasi lebih lanjut

BAB I

Pada studi prospektif yang dilakukan oleh Perwitasari et al., (2010) di rumah sakit pemerintah di Yogyakarta pada bulan Juni-September 2009 menunjukkan bahwa terjadi medication errors sebanyak 226 resep dari 229 resep yang diteliti antara lain 99,12% prescribing errors, 3,02% pharmaceutical errors dan 3,66% dispensing errors. Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada fase peresepan (prescribing error) kesalahan penerjemahan resep (transcribing erorr), kesalahan menyiapkan dan meracik obat (dispensing erorr), dan kesalahan penyerahan (Administration error) (Andrini TM, 2015)

Teknik Analisis

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan diperoleh dengan cara mengolah hasil dan menghitung setiap kejadian pada tiap kategori dari total resep yang telah diobservasi. Standar untuk tidak adanya kesalahan pemberian obat berkisar 100%.

CONTOH TESIS NO.13 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Puskesmas Sisir Kota Batu

Abstrak

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Puskesmas merupakan perwujudan kesehatan sebagai hak asasi manusia di Indonesia. Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu asuhan kesehatan yang berada di Puskesmas dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian yang baik akan meningkatkan kualitas hidup pasien, loyalitas pasien dan juga meningkatkan kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi Puskesmas Sisir Kota Batu. Hasil penelitian diadapatkan tingkat kepuasan pada dimensi kehandandalan 78,2% (puas), ketanggapan 79% (puas), jaminan 81,4% (sangat puas), kepedulian 82,6% (sangat puas), bukti fisik 79,4 (puas). Kesimpulan penelitian ini tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di isntalasi Puskesmas Sisir Kota Batu sebesar 80,12% dengan kategori puas.

BAB 1

Pelayanan kefarmasian yang bermutu merupakan pelayanan yang dapat menimbulkan kepuasan terhadap setiap pasien di mana tata cara penyelenggaraan pelayanannya sesuai dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan. menurut Depkes RI (2016) Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakat dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Salah satu tujuan adanya standar kefarmasian tersebut adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien.

Metode Penelitian

Jenis penelitan deskriptf dengan pendekatan kuantitatif. Cara pengambilan sampel dengan metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 100 responden. Metode perhitungan tingkat kepuasan pasien menggunakan metode Customer Satisfiaction Indeks (CSI).

CONTOH TESIS NO.14 Evaluasi Kesesuaian Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Dr. H. Koesnadi Bondowoso Tahun 2019-2020

Abstrak

Hasil rata-rata kesesuaian pada Permenkes sebesar 81%, rata-rata tersebut didapat dari persyaratan penyimpanan sebesar 60% komponen penyimpanan 100% sistem penyimpanan 75% metode penyimpanan 80% dan peralatan penyimpanan 90%. Hasil rata-rata persentase kesesuaian Binfar yaitu 80,53%, nilai tersebut didapat dari nilai pengaturan tata ruang sebesar 100%, penyusunan stok obat 66,6% dan sarana penataan gudang yang dilakukan secara FIFO dan FEFO namum masih terdapat indikator yang belum terpenuhi seperti nilai TOR sebesar 4,46x periode, presentase nilai obat kadaluwarsa atau rusak sebesar  2,3% presentase stok kosong sebanyak 5,2% dan presentase sok mati yaitu 1,6%. Berdasarkan evaluasi kesesuaian penyimpanan obat di Gudang Farmasi RSUD Dr. H. Koesnadi Bondowoso dibutuhkan peningkatan kesesuaian penyimpanan obat.

BAB I

Penyimpanan obat merupakan salah satu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang telah diterima. Penyimpanan obat di instansi farmasi menjadi bagian dari keutuhan atau kelayakan obat sebelum diberikan kepada pasien, karena kesalahan dalam penyimpanan obat dapat membuat turunnya kadar atau potensi obat serta menyebabkan sediaan farmasi di gedung instansi farmasi rumah sakit umum Dr. H. Koesnadi Bondowoso.

Teknik Analisis

Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental yaitu berupa penelitian desain deskriptif yang dilakukan secara observasi dan wawancara terkait proses penyimpanan sediaan farmasi melalui evaluasi berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 dan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta analisis indikator penyimpanan obat.

CONTOH TESIS NO.15 GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI SARAF DI RUMAH SAKIT RUMAH SEHAT TERPADU DOMPET DHUAFA BOGOR

Abstrak

Waktu tunggu dalam pelayanan farmasi terhadap kepuasan pasien merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran waktu tunggu pelayanan farmasi dilihat dari aspek input,proses dan output.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis rancangan studi kasus. Informan terdiri dari 10 orang. Instrumen penelitian yang di gunakan yaitu pedoman wawancara dan pedoman observasi perhitungan waktu. Hasil penelitian yang di dapat dari aspek input yaitu jumlah SDM yang ada belum mencukupi namun untuk latar belakang pendidikan sudah sesuai dengan standar yang ada, kebijakan alur proses pelayanan resep obat pasien pun tersedia, khususnya pada bagian farmasi berbeda dengan jumlah pasien hal ini mempengaruhi waktu tunggu pelayanan farmasi terhadap pasien. Berdasarkan aspek proses, proses yang ada sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur yang ada. Sedangkan berdasarkan output waktu tunggu pelayanan farmasi masih tergolong lama yaitu 66 menit (1 jam 6 menit)untuk obat jadi dan 148 menit (2 jam 28 menit) untuk obat racik, tidak sesuai standar yang ada, hal ini di pengaruhi oleh SDM, Kebijkan dan Jumlah Pasien dengan penyebab utama yaitu SDM yang tidakmencukupi. Perlu adanya perhitungan beban kerja kepada petugas terkait sehingga dapat di ketahui jumlah petugas yang ideal.

BAB I

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 11 97/Menkes/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasiklinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan RI,2004)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.Penelitian ini di unit Instalasi Farmasi bulan September 2018.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Kualitatif. Informan dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan topik penelitian yang terdiri dari 4 informan yaitu: Kepala Instalasi farmasi 1 orang , Apoteker 1 orang , Asisten Apoteker 3 orang , Pasien Poli Syaraf 5 orang. Teknik pengumpalan data dalam penelitian meliputi data primer melalui wawancara dan data sekunder melalui telaah dokumen. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam, lembar telaah dokumen dan lembar observasi. Dalam melakukan wawancara mendalam, penelitian menggunakan alat perekam suara, kamera, kertas dan alat tulis untuk membantu proses wawancara

 

Incoming search terms:

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?