Judul Tesis : Pembelajaran Fisika Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept Map) dan Strategi PQ4R (Preview, Questions, Read, Reflect, Recite, And Review) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Tingkat Berfikir Abstrak Siswa
A. Latar Belakang Masalah
Strategi pembelajaran peta konsep (concept map) dan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review), merupakan strategi yang sistem pembelajarannya menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered), yang akan mencari dan menemukan sendiri suatu pengetahuan. Dan guru nantinya hanya akan memberikan arahan ataupun memberikan contoh sedikit kemudian akan dikembangkan oleh siswa dan bisa jadi siswa sendiri yang akan mencari suatu pengetahuan dan akan menyelesaikan sendiri masalahnya.
Tujuan dari strategi pembelajaran tersebut juga lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan konsep sebagai suatu kesatuan pengetahuan. Jadi siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok ataupun individu untuk memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menerapkan suatu strategi pembelajaran dalam pembelajaran fisika pada materi kinematika gerak satu dimensi yakni strategi pembelajaran peta konsep dan strategi pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) ditinjau dari tingkat berfikir abstrak dan motivasi belajar siswa.
B. Perumusan Masalah
- Apakah ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran peta konsep dan strategi pembelajaran PQ4R terhadap prestasi belajar siswa?
- Apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa?
- Apakah ada pengaruh tingkat berfikir abstrak tinggi dan tingkat berfikir abstrak rendah terhadap prestasi belajar siswa?
C. Landasan Teori
Strategi Pembelajaran Peta Konsep (Concept Map)
Istilah strategi pembelajaran sering dijumpai di lingkungan pendidikan, dan bahkan menjadi salah satu istilah yang sering menjadi kambing hitam ketika tujuan pembelajaran atau prestasi pembelajaran yang dicapai oleh siswa tidak meningkat. Dilihat dari definisinya, strategi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan seorang pendidik dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.
Strategi Pembelajaran PQ4R
Strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) merupakan salah satu bagian dari stratgei elaborasi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca, dan dapat membantu proses belajar mengajar dikelas. Kegiatan membaca buku bertujuan untuk mempelajari sampai tuntas bab demi bab suatu buku pelajaran. Setelah membaca buku pelajaran, siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Membaca dapat dipandang sebagai proses interaktif antara bahasa dan fikiran. Sebagai proses interaktif, maka keberhasilan membaca akan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang melatarbelakangi dan juga strategi membacanya.
Motivasi Belajar
Istilah motivasi sering kali dikaitkan dengan proses pembelajaran. Banyak ahli mendefinikan istilah motivasi tersebut dari beragam sudut pandang. David Mc.Clelland, Abraham Maslow, Wand dan Brown dalam R Angkowo dan A. Kosasih (2007: 34) mendefinisikan “motivasi sebagai suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang yang timbul akibat faktor dari dalam diri (faktor instrinsik) dan faktor dari luar (faktor ekstrinsik)”. Selanjutnya Sardiman AM dalam Soemarsono (2007: 12) mengemukakan bahwa “motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan suatu kondisi sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka tersebut”.
Berfikir Abstrak
Berfikir abstrak merupakan suatu tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam menghadapi situasi-situasi tertentu, terutama dalam memecahkan masalah dengan menggunakan fasilitas verbal, dan lambang-lambang bilangan yang dimiliki. Berfikir abstrak merupakan tingkat berfikir tingkat tinggi bila di lihat dari urutan periode berfikir manusia seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Tingkat berfikir abstrak kadang-kadang disebut berfikir formal. Konsep-konsep dasar kecerdasan dari Binet dan Stoddars, keduanya juga menekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam konsep Binet unsur abstraksi dalam kecerdasan terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir secara rasional, dan mempunyai otokritik. Stoddard menganggap bahwa kemampuan abstraksi merupakan inti dari kecerdasan.
D. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan populasi penelitian seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Mu’allimat Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur tahun pelajaran 2010/2011, Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas. Strategi pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yaitu kelas X2 menggunakan strategi peta konsep dan pada kelas eksperimen 2 adalah kelas X5 menggunakan strategi PQ4R.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk data prestasi belajar dan tes berfikir abstrak siswa, kemudian metode angket untuk data motivasi belajar siswa. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2.
Kesimpulan
1. Dari hasil uji lanjut
pasca anava menggunakan uji t, diperoleh kesimpulan bahwa strategi pembelajaran peta konsep memiliki pengaruh yang lebih baik daripada strategi pembelajaran PQ4R.
2. Motivasi belajar siswa kategori tinggi lebih baik
dibandingkan dengan motivasi belajar kategori rendah karena motivasi belajar siswa kategori tinggi memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan motivasi belajar kategori rendah. Jadi dapat dikatakan bahhwa semakin besar motivasi belajar seseorang maka semakin besar pula prestasi belajar yang akan ia peroleh.
3. Pengaruh tingkat berfikir abstrak
Siswa kategori tinggi dan tingkat berfikir abstrak siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa. Kemudian setelah dilakukan uji lanjut pasca anava terhadap hipotesis nomor tiga ini, didapatkan bahwa tingkat berfikir abstrak siswa kategori tinggi memiliki pengaruh yang tidak lebih baik dibandingkan dengan tingkat berfikir abstrak siswa kategori rendah. Jadi dari hasil uji lanjut pasca anava tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat berfikir abstrak siswa kategori tinggi tidak lebih dibandingkan dengan tingkat berfikir abstrak siswa kategori rendah.
Leave a Reply