HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Tesis Pendidikan: Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta

Judul Tesis : Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun 2007

 

A. Latar Belakang

Letak topografi juga menjadi salah satu sebab terjadinya banjir di Surakarta yang telah diungkapkan oleh Kepala Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BTPDAS) Ir Nugroho Sulistyo Priyono MSc. Beliau menuturkan, kerawanan tersebut disebabkan topografi Kota Solo yang rendah di bagian timur atau yang berbatasan dengan Bengawan Solo. Penyebab lain limpasan air permukaan yang tidak tertampung saluran drainase. (Suara Merdeka. Rabu, 24 Nopember 2004). Secara geografis wilayah Kota Surakarta ini terletak diantara 3 gunung api yaitu sebelah Timur gunung Lawu dan sebelah Barat Gunung Merapi dan Merbabu, dan dibagian timur dilalui oleh Sungai Bengawan Solo. Wilayah Kota Surakarta berada pada cekungan diantara tiga gunung sehingga mempunyai topografi yang relatif datar antara 0 – 15 % dengan ketinggian tempat antara 80 – 130 dpl.

Banjir di Kota Surakarta juga disebabkan cepatnya pertumbuhan kawasan pemukiman yang membuat daerah resapan menjadi berkurang, bahkan di daerah Surakarta jarang sekali kita jumpai lahan kosong, hampir semua telah berubah menjadi bangunan, adanya betonisasi diatas permukaan tanah dan jaringan jalan yang diperkeras dengan aspal.

 

B. Rumusan Masalah Tesis

  1. Dimana sajakah persebaran lokasi rawan banjir di Kota Surakarta?
  2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan banjir di Kota Surakarta?

 

C. Landasan Teori

Pemetaan

Peta yang menggambarkan fenomena geografikal tidak hanya sekedar pengecilan suatu fenomena saja, tetapi jika peta itu dibuat dan didesain dengan baik, maka akan menjadi alat bantu yang baik untuk kepentingan melaporkan, memperagakan, menganalisis dan secara umum untuk memahami suatu objek atau kenampakan di muka bumi. Peta menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan kecakapan untuk membuat dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya (Sinaga, 1995 : 2).

Pengertian Data

Menurut Sinaga (1995 : 28) mengemukakan bahwa secara garis besar pencerminan data dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tidak menyebutkan jumlah atau nilai maka percerminan dalam peta hanyalah mengungkapkan agihan atau distribusi keruangan dari unsur yang dipetakan saja. Data kuantitatif menunjukkan nilai atau jumlah dari unsur-unsur yang digambarkan, baik untuk data bersifat posisional, linier ataupun area/luasan.

Pengertian Banjir

Banjir bukan merupakan hal yang asing bagi manusia tetapi pengertian banjir sering rancu disamakan dengan genangan. Banjir yaitu genangan yang ditimbulkan oleh meluapnya aliran sungai, sedangkan genangan adalah tertahannya aliran air permukaan akibat tidak berfungsinya drainase. Banjir dan genangan tersebut sama-sama melanda daerah permukiman penduduk sehingga menimbulkan kerugian harta maupun jiwa.

 

D. Metode Penelitian Tesis

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Wilayah kajiannya mencakup seluruh wilayah Kota Surakarta yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 51 Kelurahan.

Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer.

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi dan wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui persebaran banjir adalah pengskoran dan overlay dari tiga parameter yaitu: peta penggunaan lahan, peta kerapatan saluran drainase, peta kemiringan lereng. Sebelum dilakukan overlay, terlebih dahulu ditentukan faktor penimbang setiap parameter.

Penentuan faktor penimbang didasarkan pada besarnya pengaruh suatu parameter terhadap kerawanan banjir.

Penyebab banjir dianalisis dari Penggunaan Lahan, Kemiringan Lereng, dan Kerapatan Saluran Drainase. Besarnya risiko menggunakan probabilitas dan skoring, menggunakan parameter kekerapan, besaran dan lama kejadian.

 

E. Kesimpulan

  1. Kerawanan banjir Kota Surakarta, berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibagi menjadi 5 klas yaitu klas sangat rawan dengan luas 0,5 km2 (1,14 %), meliputi Pucangsawit dan Karangasem. Klas rawan dengan luas 3,8 km2 (8,63 %), meliputi Jagalan, Sewu, Gandekan, Sudiroprajan, Sangkrah, Semanggi, Baluwarti, Pajang, Kerten, Gilingan, Sumber, Ketelan dan Kestalan. Klas rawan sedang 3,5 km2 (7,95 %), meliputi Jebres, Tegalrejo, Purwodiningratan, Joyosuran, Kedunglumbu, Joyotakan, Serengan, Tipes, Danukusuman, Laweyan, Jajar, Nusukan dan Banyuanyar. Klas kurang rawan dengan luas 1,6 km2 (3,68 %) meliputi Kepatihan Wetan, Kepatihan Kulon, Pasar Kliwon, Kauman, Gajahan, Kampung Baru, Kratonan, Panularan, Bumi, Sondakan, Kadipiro, Punggawan, Keprabon, Stabelan dan Jayengan.. Klas tidak rawan 34,64 km2 (78,66 %), meliputi Mojosongo, Tegalharjo,  Keprabon, Kampung Baru, Kauman, Baluwarti, Gajahan, Mangkubumen, Manahan, Purwosari, Penumping, Sriwedari, Kemlayan, Jayengan,
  2. Dari hasil analisis penyebab banjir Kota Surakarta diketahui bahwa saluran drainase, kemiringan lereng dan penggunaan lahan sangat berperan dalam terjadinya banjir yang menyebabkan kota tersebut rawan terhadap banjir.

 

Contoh Tesis Pendidikan

  1. Analisis Kompetensi Profesional Guru Matematika dalam Interaksi Belajar Mengajar di SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008 / 2009
  2. Prestasi Belajar Mahasiswa yang Berwirausaha dan Mahasiswa yang Tidak Berwirausaha
  3. Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun 2007
  4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
  5. Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menulis Narasi pada Siswa Kelas V

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?