HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah

Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasanayang tidak menyenangkan akibat timbunan sampah. Kondisi yang tidak menyenangkan ini akan memunculkan  bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai penyakit siap menghadang di depan mata dan peluang pencemaran lingkungan disertai  penurunan kualitas estetika pun akan menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat (Sugito, 2008).

Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah
Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah

Bank Dunia dalam laporan yang berjudul “What a Waste: A Global Review of Solid Waste Management”, mengungkapkan jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun ini hingga tahun 2025, dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah sampah padat yang diproduksi secara nasional mencapai 151.921 ton per hari. Hal itu berarti, setiap penduduk Indonesia rata-rata membuang sampah padat sebesar 0,85 kg setiap hari. Data Bank Dunia juga menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan. Sisa terbuang mencemari lingkungan. Volume sampah di Indonesia  sekitar 1 juta meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi,  sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000 meter titik atau sekitar 300.000 ton (Departemen Pekerjaan Umum, 2012).

Perilaku membuang sampah sembarangan ini, tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial. Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan, mereka menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang dengan seenaknya sendiri. Kurang kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi faktor yang paling dominan, di samping itu kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa yang akan terjadi apabila tidak dapat menjaga lingkungan sekitar (Nurdin, 2004).  Salah satu bentuk perilaku membuang sampah. Pada masyarakat adalah dengan membuang sampah di sungai.  Kondisi ini menyebabkan lingkungan di sekitar tepi sungai terlihat sangat kotor akibat tumpukan sampah, lalat beterbangan, banyak tikus dan nyamuk, bahkan menyebarkan aroma yang tidak sedap (Munaf, 2007).

Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan sampah maka DTRKP menggalakan program Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) dengan membangun 3 unit komposter yang memanfaatkan sampah organic tersebut belum mampu mengatasi masalah persampahan kota. (Supriyanto, 2010). Sebagian besar masyarakat mempunyai kebiasaan membuang sampah disebuah selokan yang ada di Keurahan tersebut dan dari sampah – ampah yang belum terbawa arus air selokan tersebut sehingga menimbulkan berbagai masalah antara lain lingkungan di sekitar tepi sungai terlihat sangat kotor, banyak lalat, banyak tikus dan nyamuk, bahkan menyebarkan aroma yang tidak sedap, faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku faktor predisposisi (predisposing factor), seperti kebiasaan masyarakat, pengetahuan masyarakat tentang sampah, yang kedua adalah faktor yang memudahkan (Enabling Factor) seperti ketersediaan fasilitas tempat sampah yang disediakan dan lain sebagainya dan faktor yang memperkuat (Reinforcing Factor) seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah ”.

Rumusan Masalah

Apakah faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah ?

Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.

2.    Tujuan Khusus

a.    Mengetahui pengaruh budaya masyarakat terhadap perilaku dalam membuang sampah di sembarangan tempat di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.

b.    Mengetahui pengaruh ketersediaan fasilitas tempat sampah terhadap perilaku dalammembuang sampah di sembarangan tempat yang di sediakan dari kantor DTRKP di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.

c.    Mengidentifikasi sikap petugas kesehatan terhadap perilaku dalam membuang sampah di sembarangan tempat di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.

d.   Menganalisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.

Manfaat Penelitian

1.    Bagi peneliti

Dapat memperluas pengetahuan dan menyebarluaskan informasi tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah di RT 01/RW 04 KelurahanKampung Dalem  Kota Kediri.

2.    Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan pengetahuan bagi mahasiswa tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah

3.    Bagi Institusi Pendidikan

Di harapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa  tentang bahaya dan efek sampah bagi kesehatan.

4.    Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi awal pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah.

5.   Bagi Profesi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sebagai bentuk upaya preventif yang merupakan bagian dari proses keperawatan komunitas.

Keaslian Penelitian

Sebelumnya telah dilakukan penelitian Saudara Lasma Rohani dengan judul “ Perilaku masyarakat dalam pengolahan sampah di desa Medan Senembah Kabupaten Deliserdang dan Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan Tahun 2007”.Perbedaan penelitian adalah pada variabel penelitian, permasalahan tempat penelitian, dan tahun penelitian yaitu Variabel dan permasalahan yang diteliti adalah “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah” di RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.

Tinjauan Pustaka

Konsep Perilaku  

Sarwono (2001) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Morgan (2002) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Walgito (2002) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak  (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping aktivitas  motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif. Robet Kwick menyatakan perilaku adalah tindakaan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, bicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons.

Skiner membedakan adanya dua respons yaitu:

  1. Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
  2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

  • Perilaku tertutup (covert behavior).

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

  • Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2008).

Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam yakni:

  1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang yang menganjurkan orang lain untuk melakukan perawatan payudara meskipun ia sendiri tidak melakukannya.
  2. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku ini jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya orang yang sudah pernah melakukan perawatan payudara. Oleh karena perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour (Notoatmodjo, 2008).

Teori Perilaku

1.      Teori Naluri (instinct theory)

Ada beberapa teori yang dapat di kemukakan oleh MC dougaal sebagai pelopor psikologi sosial. Menurut beliau prilaku itu disebabkan naluri naluri merupakan prilaku yang innate, prilaku bawaan dan naluri akan mengalami perubahan karena pengelaman.

2.      Teori dorongan (drive theory)            

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan organism yang mendorong organism berprilaku. Bila organisme mempunyai kebutuhan, dan organisme inngin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berprilaku dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan dorongan tersebut. 

3.      Teori insentif (insentive theory)          

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa prilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berprilaku.

4.      Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab sebab perilaku orang. Apakah prilaku itu disebabkan oleh disposisi internal ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh fritz heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya prilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat eksternal (machfoedz, suryani, 2006).

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Green (2006), dalam Notoatmodjo, 2008 mengembangkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:

  1. Faktor prediposisi (Predisposing factor)Seperti kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarang tempat, pengetahuanmasyarakat tentang sampah dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
  2. Faktor yang memudahkan (Enebling factor)Seperti ketersediaan fasilitas dan lain sebagainya.
  3. Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)Seperti sikap dan prilaku petugas kesehatan (Notoatmojo, 2008).

Cara pembentukan perilaku

1.      Pembentukan perilaku dengan kebiasaan yaituh dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang di harapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut

2.      Pembentukan perilaku dengan pengertian yaituh pembentukan perilaku yang ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaituh belajar dengan disertai adanya pengertian.

3.      Pembentukan perilaku dengan menggunakan model yaituh pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) (suryani, 2006).

Proses Perubahan Perilaku

1)      Perubahan Alamiah Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan, maka kita sering mengikuti perubahan itu tanpa banyak pikiran inilah yang disebut dengan perubahan alamiah.

2)      Perubahan tercerna Perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri.

3)      Kesediaan berubah Sebagian orang sangat cepat untuk menerima suatu perubahan, tetapi sebagian orang lain sangat lambat untuk menerima perubahan (Notoatmodjo, 2008).

Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari skinner maka prilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. System pelayanan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini.Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:

1)      Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)Usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2)      Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatanPerilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakitatau kecelakaan.

3)      Perilaku kesehatan lingkunganYaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya (Notoatmojo, 2008).

Konsep Sampah

Menurut Slamet (2007), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berujud padat atau semi padat berupa zat organik atau an organik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.  Berdasarkan definisi-definisi tersebut sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan  kimianya sehingga mempermudah pengelolaannya sebagai berikut :

  1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan yang cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah berupa gas metan dan H2S  yang bersifat racun bagi tubuh.
  2. Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse),  terdiri dari sampah plastik, logam, gelas, karet dan lain-lain.
  3. Sampah yang berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau sampah.     
  4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah sampah yang karena sifatnya , jumlahnya, konsentrasinya atau karenasifat kimia, fisika dan mikrobologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang irreversibell ataupun sakit berat yang pulih (tidak berbalik) atau reversibell (berbalik) atau berpotensi  menimbulkan bahaya sekarang maupun dimasa yang akan datang  terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah, disimpan atau dibuang dengan baik.

Sumber Sumber Sampah

1)   Pemukiman/rumah tanggaBiasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.

2)   Pertanian dan PerkebunanSampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.

3)    Sisa Bangunan dan Konstruksi GedungSampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.

4)    Perdagangan dan Perkantoran           Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.

5)   Industri Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan bahan kimia serpihan atau potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,kayu,plastik,kain atau lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang sering kali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum di buang.

Faktor-Faktor Penyebab Penumpukan Sampah

  1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
  2. Lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain
  3. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
  4. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
  5. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
  6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera di keluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
  7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.
  8. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.9)   Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
  9. Manajemen sampah tidak efektif. hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama  bagi masyarakat sekitar.

Penyebab Orang Membuang Sampah Sembarangan

Menurut Fadilah (2008), penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini bisa terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah:

  1. Kurangnya fasilitas atau tempat pembuangan sampahKurang banyak tempat sampah. Ini membuat orang jadi kesulitan membuang sampahnya. Mungkin ada tempat sampah. Tapi sangat jauh.
  2. TPA yang jauh dari lingkungan
  3. Tempat Penampungan Akhir atau pembuangan sampah yang jauh dari tempat tinggal.
  4. Kurangnya pengetahuan masyarakatKurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak dari membuang sampah di sembarang tempat menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat lebih memilih membuang sampah di selokan daripada di TPS.

Dampak dari Membuang Sampah Sembarangan terhadap Masyarakat Sekitar

  1. Dampak terhadap kesehatan pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit
  2. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
  3. Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit).
  4. Dampak Terhadap Sosial EkonomiPengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah

a.   Faktor Budaya

Kata budaya berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi (Sanskerta) yang berarti‘akal’ (Purwodarminto, 2008).

MenurutNotoatmodjo (2010), kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan-kebiasaanlain (Ratna, 2005). Definisi yang mutakhir dikemukakan oleh Harris(2009) yaitu seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar,termasuk pikiran dan tingkah laku. Kecuali itu juga ada definisi yang dikemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.

Wujud kebudayaan ada tiga macam:

  1. Kebudayaan sebagai kompleks ide,gagasan, nilai, norma, dan peraturan
  2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola manusiadalam masyarakat
  3. Benda-benda sebagai karya manusia Koentjaraningrat, 2004).

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuanlain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat (Tylor, E.B. 2004). Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (2007), kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat telah tertanam di benak masyarakat sejak usia dini. Ini bukan tanpa alasan, orang tua secara tidak sadar mengajarkan cara membuat sampah yang tidak benar kepada anak-anak mereka. Melempar sampah ke sungai atau di depan rumah adalah hal yang paling mudah dilakukan. Masyarakat punya kesadaran yang rendah dalam hal memikirkan konsekuensinya

Faktor Ketersediaan Fasilitas Tempat Sampah

Tempat sampah adalah suatu wadah yang terbuat dari seng, plastik, semen, atau kayu,untuk menyimpan sampah sebelum dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah (Nilton dkk, 2008).Fasilitas tempat sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu diperhatikan menurut (Sarujd, 2006) adalah:

  • Penyimpanan setempat (onsite storage)Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya tikus, lalat dan binatang pengganggu lainnya serta tidak menimbulkan bau. Oleh karena itu persyaratan kontainer sampah harus mendapatkan perhatian.
  • Pengumpulan sampahTerjaminnya kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah juga tergantung pada pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah atau oleh pengurus kampung atau pihak pengelola apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya. Keberlanjutan dan keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.c.   

 Faktor Sikap Petugas Kesehatan

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu, timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap obyek sikap (Azwar, 2007)

Ciri-ciri Sikap

  1. Sikap tidak di bawah sejak lahir, tetapi dipelajari sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.
  2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan tergantung dari keadaan orang tersebut.
  3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan objek.
  4. Obyek sikap dpat merupakan suatu hal tertentu dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
  5. Sikap mempunyai gabungan dengan motivasi dan perasaan (Azwar, 2007)

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

a)    Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang seseorang harus mempunyai pengalaman yang  berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif akan tergantung pada faktor lain. Sehubungan dengan hal ini mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

b)      Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar ikut mempengaruhi salah satu di antara kompnen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuan bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita. Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang  yang berarti khusus bagi kita (Sighificant Others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c)    Pengaruh kebudayaan

Seorang ahli psikologis yang terkena Burrhus Frederic Skiner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian, katanya, tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcemen, yang kita alami. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapatkan reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku yang lain.

d)   Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain lain mempunyai pcngaaih besnr dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang lain.

e)    Lembaga pendidikan dan lembaga agama.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyaipengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran ajaranya.

f)    Pengaruh faktor emosional        

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang kadang suatu bentuk sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi, atau penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego.Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah menghilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Tingkatan sikap

Sikap memiliki 4 tingkatan :

  1. Menerima (receiving), individu ingin dan memperhatikan          rangsangan (stimulus) yang diberikan.
  2. Merespons (responding), sikap individu dapat memberikan          jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
  3. Menghargai (valuing), sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
  4. Bertanggung jawab (responsible), sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.

Pengukuran sikap

Pengukuran sikap tidak dapat di lakukan secara cermat melalui cara penanyaan langsung (direct questioning) maupun observasi tingkah laku. Metode pengukuran sikap yang di anggap dapat di andalkan dan dapat memberikan penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap / attitude scale (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pertanyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang berhak diungkap.Pernyataan sikap berisi hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung obyek sikap, yang disebut pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan sikap juga berisi hal-hal yang negatif atau tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favorable

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?