CONTOH TESIS NO.1 PERAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN ERGONOMI
Abstrak
Peranan Ergonomi melalui pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan software Expert Choice ini merupakan suatu usulan guna menghindarkan terjadinya ketidaknyamanan, karena dapat menyebabkan terjadi kecelakaan kerja, secara lebih jauh lagi memungkinkan terjadinya penyakit akibat kerja.
BAB I
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) beserta pencegahannya merupakan masalah yang seringkali “digampangkan” oleh perusahaan atau perorangan hal ini berakibat daftar korban jiwa dan kerugian material semakin panjang. Oleh sebab itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional, baik disektor tradisionil maupun sektor moderen.
Teknik Analisis
Dari hasil alternatif yang didapat menunjukan bahwa metode 1 menghasilkan angka pembobotan lebih besar dari pada metode 2 yaitu sebesar 0,705 yang berarti model meja reboard yang dilengkapi dengan motor penggerak beserta kursi yang dapat disesuaikan merupakan alternatif terbaik dibandingkan dengan metode 2 dengan bobot nilai sebesar 0,295
CONTOH TESIS NO.2 PENENTUAN FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM FAULTY BEHAVIOR RISK MELALUI PENDEKATAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
Abstrak
Berdasarkan perhitungan FBR pada bay 2.1 menunjukkan nilai 0,4793 yang berarti risiko kesalahan perilaku di antara batas bawah (0,25) dan batas atas (0,50). Sedangkan pada bay 7.1 sebesar 0,5317 yang berarti risiko kesalahan perilaku memiliki potensi tinggi karena berada di atas batas atas. Dari hasil penentuan FBR didapatkan nilai pada bay 2.1 yang memiliki risiko penyebab tertinggi terdapat pada sub faktor kurang persiapan (0,0788) sedangkan pada bay 7.1 dengan nilai FBR sebesar 0,5317 yang memiliki risiko tertinggi terdapat pada sub faktor kelelahan kerja (0,0970). Melalui penelitian ini, faktor penyebab kesalahan perilaku kerja dapat diketahui dan diberikan rekomendasi untuk mengurangi risiko kesalahan perilaku kerja dengan meningkatkan perhatian terhadap kedua sub faktor tersebut. Untuk mengurangi risiko kesalahan perilaku dapat dilakukan dengan penelitian lebih lanjut mengenai sub faktor yang memiliki risiko tinggi sebagai penyebab kecelakaan.
BAB I
Manajemen keselamatan merupakan pengorganisasian, sumber daya manusia, kebijakan dan prosedur interaktif yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan dan kerugian di tempat kerja. Salah satu cara untuk memperbaiki manajemen keselamatan di perusahaan adalah dengan melakukan penelitian mengenai faktor yang berpengaruh dalam risiko kesalahan perilaku. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja tidak memiliki struktur fisik. Untuk itu, maka masalah pada kondisi nyata dapat direpresentasikan dengan cara yang lebih baik menggunakan angka fuzzy untuk mengevaluasi faktor-faktor ini. Pada penelitian ini, pendekatan Fuzzy AHP bertujuan untuk menentukan tingkat Faulty Behavior Risk (FBR) pada sistem kerja.
Teknik Analisis
Penentuan faktor yang berpengaruh dalam Faulty Behavior Risk (FBR)/risiko dari perilaku yang salah dimulai dengan menentukan responden, penyusunan kuesioner, uji validitas dan reliabilitas, hasil dari kuesioner dijadikan inputan dalam pengolahan data dengan metode FuzzyAnalytic Hierachy Process (FAHP). Kuesioner ini dibuat berdasarkan konsep safety management yang terdiri dari 4 faktor, yaitu faktor organisasi, faktor pribadi, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada Bay 2.1 yang memproduksi panel dan bay 7.1 yang memproduksi finning.
CONTOH TESIS NO.3 Analisis Alternatif Stasiun Kerja yang Ergonomis dengan Mempergunakan Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus pada CV. Dewata Furni Exporter Yogyakarta)
Abstrak
Berdasarkan perbandingan seluruh kriteria dan subkriteria, diperoleh altematif stasiun kerja A sebagai stasiun kerja yang dianggap nyaman oleh pekerja. Untuk departemen finishing kriteria kemudahan gerak (0.5200), dengan subkriteria luas area kerja (0.3591), posisi alat (0.0977) posisi material (0.0513). Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja (0.2036), dengan subkriteria suhu (0.0358), cahaya (0.0456), posisi kerja (0.0816) kebisingan (0.0311). Kriteria ketiga keselamatan kerja (0.1437) dengan subkriteria keamanan kerja (0.1044), debu (0.0244), bau (0.0126). Berdasarkan perbandingan seluruh kriteria dan subkriteria, diperoleh altematif stasiun kerja A sebagai stasiun kerja yang dianggap nyaman oleh pekerja. Kecuali pada subkriteria bau, yang dianggap nyaman oleh pekerja adalah stasiun kerja B.
BAB I
Bagaimana stasiun kerja yang baik, seringkali dianggap tidak penting oleh perusahaan atau perorangan. Hal ini tentunya akan berakibat pada menurunnnya produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa stasiun kerja yang ergonomis, sesuai dengan kenyamanan pekerja. Pendekatan ergonomis didalam perancangan stasiun kerja merupakan satu hal yang penting untuk diperhatikan. Dengan pendekatan ergonomis maka kenyamanan kerja operator akan naik dan produktivilas akan meningkat pula. Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja dengan subkriteria suhu, cahaya, posisi kerja serta kebisingan. Kriteria ketiga adalah keselamatan kerja dengan subkriteria keamanan kerja, debu, bau. Dari hasil penelitian diperoleh bobot kriteria sebagai berikut: untuk departemen perakitan kriteria kemudahan gerak (0.4640) dengan subkriteria luas area kerja (0.2982), posisi alat (0.0874), posisi material (0.0587). Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja (0.1934) dengan subkriteria suhu (0.0385), cahaya (0.0387), posisi kerja (0.0806), serta kebisingan (0.0288). Kriteria ketiga keselamatan kerja (0.2130) dengan subkriteria keamanan kerja (0.1485), debu (0.0447), ban (0.0179).
Teknik Analisis
Metode yang digunakan yaitu Analytical Hierarchy Proces (AHP). AHP akan memberikan struktur hierarchy berupa kriteria dan subkriteria yang menjadi dasar pertimbangan dalam analisis stasiun kerja ergonomis. Kriteria dan subkriteria yang tersusun dalam pemilihan stasiun kerja tersebut adalah kemudahan gerak dengan subkriteria luas area kerja, posisi alat dan posisi material.
CONTOH TESIS NO.4 METODA PENETAPAN PEMENANG LELANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS: Studi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Abstrak
Hasil penelitian menunjukan prioritas pertama pada level kriteria adalah evaluasi administrasi (54,6 persen), evaluasi harga (18,6 persen), evaluasi kualifikasi (14,8 persen) dan evaluasi teknis (12 persen) dengan nilai inconsistency 0,00059, dari hasil penilaian ahli melalui kuesioner yang diberikan, bersumber dari dokumen penawaran peserta lelang, maka alternatif keputusan adalah CV Wina Datuk Surya sebagai pemenang pertama pengadaan barang dan jasa pemerintah kegiatan pembangunan Puskesmas Bosua di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. AHP mampu memberikan penilaian secara objektif dan menyeluruh dari berbagai banyak kriteria dan alternatif pilihan sehingga dapat meningkatkan kinerja panitia pengadaan melakukan penilaian dokumen penawaran dalam penetapan pemenang lelang pengadaan barang/jasa yang efektif dan efisien.
BAB I
Proses penetapan pemenang lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan bagian dari pengambilan keputusan multi kriteria yang harus didukung oleh pertimbangan yang objektif sesuai yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012. Metoda evaluasi dengan sistem gugur yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, masih menemukan pemenang lelang yang terpilih, tidak mampu melaksanakan perjanjian kerja/kontrak yang telah disepakati bersama.
Teknik Analisis
Penelitian ini bertujuan menentukan pemenang lelang pengadaan barang/jasa pemerintah melalui pendekatan metoda Analytical Hierarchy process (AHP) dengan software expert choice versi 11. Penilaian dilakukan pada tahap evaluasi penawaran peserta lelang meliputi penilaian kriteria administrasi, teknis, harga dan kualifikasi dengan sistem nilai (merit point system).
CONTOH TESIS NO.5 PERANCANGAN KURSI OPERATOR COLD SHEAR DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI ANTROPHOMETRI DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. ISPAT PANCA PUTERA
Abstrak
Tahapan dalam metode AHP dimulai dari proses pendefinisian masalah, pembuatan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan bersama, dilanjutkan dengan kriteria dan alternatif, Membuat matriks perbandingan berpasangan, normalisasi data, menghitung vektor eigenvalues ??dan diuji konsistensinya. hitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan, uji konsistensi hierarki. Jika tidak memenuhi CR <0.100 maka penilaian harus diulang.
Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat empat alternatif desain kursi dan alternatif keempat dipilih sebagai alternatif desain terbaik melalui analisis pengambilan keputusan dengan metode AHP. Dengan mengoptimalkan fasilitas kursi operator, tentunya akan meningkatkan kinerja yang baik dan mengurangi kelelahan dan nyeri yang dialami operator. selama pencukuran dingin ini.
BAB I
Sistem kerja dalam suatu perusahaan pasti mengalami keluhan ditemukan, melalui penelitian ditemukan adanya keluhan operator cold shear terhadap suatu desain kursi membuat operator mengalami nyeri pada bagian tubuh tertentu. Dalam masalah ini, bagaimana cara mengatasinya agar kinerja dapat lebih maksimal.
Teknik Analisis
Peneliti menggunakan pendekatan ergonomis dan pemilihan alternatif desain kursi antrofometri melalui AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan pendekatan ini dapat diketahui bagaimana arahan dalam mendesain kursi dengan desain terbaik dan memilih alternatif kursi terbaik. Metode yang digunakan untuk pengolahan data menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process).
CONTOH TESIS NO.6 UPAYA PENINGKATAN KUALITAS JASA KESEHATAN MENGGUNAKAN INTEGRASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Abstrak
Hasil QFD menunjukan bahwa pasien menginginkan 15 variabel pelayanan dan sebanyak 80% dari variabel pelayanan dinilai sangat penting. Prioritas perbaikan pihak rumah sakit adalah variabel jadwal pelayanan tepat waktu yang memiliki bobot paling tinggi. Hasil perhitungan AHP menunjukkan prioritas karakteristik pelayanan adalah tingkat pendidikan dan pengalaman kerja dibidangnya, artinya pihak rumah sakit memberdayakan tenaga medis dan non medis yang memiliki dasar pendidikan dan pengalaman kerja dibidang kesehatan.
BAB I
R.S. XYZ merupakan salah satu perusahaan jasa yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap pentingnya kesehatan merupakan salah satu alasan bahwa kebutuhan akan prasarana kesehatan juga semakin meningkat. Selain itu pula masyarakat akan semakin bijak untuk memilih mana yang terbaik dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Ketatnya persaingan saat ini memaksa pihak manajemen harus membuat suatu konsep rencana yang berorientasi kepada konsumen sehingga rumah sakit tersebut akan mempunyai suatu keunggulan yang dapat dipergunakan untuk menghadapi persaingan. Taraf kehidupan yang membaik membuat masyarakat mulai menuntut penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Pelanggan yang tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan akan beralih pada perusahaan lain yang menurutnya lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan pelanggan rawat inap dan memberikan solusi terhadap peningkatan kualitas pelayanan.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan integrasi Quality Function Deployment (QFD) dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menjaring keinginan pelanggan, melihat atribut yang harus diprioritaskan serta yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
CONTOH TESIS NO.7 Penentuan Kriteria Terpenting dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku di Industri Kayu Dengan Menggunakan Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP)
Abstrak
Keputusan sebuah perusahaan dalam memilih supplier bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan, karena pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu digunakan salah satu metode dari multi criteria decision making (MCDM) yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan sebuah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian proiritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbngkan, serta mengijinkan pengambil keputusan untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi dengan menyertakan ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif. Lalu dikumpukan 10 skripsi dan jurnal yang berhubungan dengan supplier bahan baku kayu dan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Karena banyaknya kriteria yang muncul maka setelah terkumpul data kriteria yang digunakan dari berbagai skripsi dan jurnal dilakukan perhitungan frekuensi yang muncul dari kriteria tersebut dan menggabungkan keriteria yang satu lingkup kedalam kelompok kriteria. Dilanjutkan dengan memasukkan data frekuensi ke dalam diagram pareto dan digunakan 80% data yang sering muncul sabagai kriteria utama, didapatkan kriteria kualitas, harga, pengiriman, responsif dan order. Lalu di lakukan perhitungan AHP dengan meyebarkan 4 kuisioner kepada 4 expert yang ahli dalam pemilihan supplier bahan baku kayu. Lalu dilakukan rata-rata geometrik dilanjutkan dengan perhitungan priority weight dan konsistesi yang didapatkan hasil eugen vector tertinggi pada kriteria kualitas (0,37), harga (0,25), pengiriman (0,12) dan responsif (0,10) dengan rasio konsitensi sebesar 0,01. Uji sensitivitas cut off juga dilakukan dengan untuk menentukan seberapa besar perubahan yang terjadi jika ada salah satu kriteria yang hilang, dan hasilnya perubahan yang terjadi tidak signifikan, sehingga semua kriteria dapat digunakan.
BAB I
Demi menjamin dan meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkannya adalah produk yang benar-benar berkualitas maka sebuah perusahaan dalam melakukan pemilihan supplier sebagai pemasok bahan baku sangat diperhatikan, karena sebelum sebuah proses produksi memasuki tahap pengerjaan, terlebih dahulu dilakukan pembelian atau penyediaan bahan baku. Sebuah perusahan sudah pasti memiliki banyak pertimbangan dalam memilih bahan baku seperti nama besar dari perusahaan yang mengirim bahan baku.
Teknik Analisis
Salah satu metode dari multi criteria decision making (MCDM) yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan sebuah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian proiritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbngkan, serta mengijinkan pengambil keputusan untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi dengan menyertakan ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif.
CONTOH TESIS NO.8 Pemilihan pemasok drum pelumas industri menggunakan fuzzy analytical hierarchy process (studi kasus : PT. Pertamina pusat (oil centre) dan production unit Gresik)
Abstrak
Hasil penelitian ini diperoleh delapan kriteria pemilihan dan penilaian pemasok kriteria kualitas, harga, delivery, service,inovasi, keselamatan dan lingkungan kerja, fleksibilitas, organisasi dengantotal subkriteria gabungan seluruh kriteria sebanyak 29 subkriteria. Bobot kriteria tertinggi adalah kualitas (1,00), sedangkan subkriteria tertinggi adalah klaim penggantian barang (1,00). hasil penilaian pemasok, pemasok Ysebagai pemasok tunggal perusahaan. PT Pertamina Lubricant unit has the largest lubricants production units that PUG (Production Unit Gresik).
BAB I
PT Pertamina unit pelumas memiliki unit produksi pelumas terbesar yaitu PUG (Production Unit Gresik). Sebagai bagian dari industri manufaktur seringkali PUG mengalami persoalan pada sistem pemilihan dan penilaian pemasok. Ketidaktepatan kebijakan perusahaan dalam memilih dan menentukan pemasok berakibat pada kegagalan pemasok terpilih untuk mengirimkan pesanan perusahaan. Salah satu solusi dari permasalahan iniadalah dengan memperbaiki cara pemilihan dan penentuan pemasok. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan pemasok dengan mengembangkan alat ukur pemilihan pemasok dengan melibatkan pihak Pertamina Pusat danPUG.
Teknik Analisis
Tahap awal dalam penelitian ini adalah menentukan kriteria dan subkriteria pemilihan pemasok yang diperoleh melalui Kuesioner I dengan responden pihak Pertamina Pusat dan PUG. Tahap kedua adalah menyusun hirarki permasalahan yang terdapat di perusahaan. Tahap ketiga menyebarkan Kuesioner II yang berupa skala perbandingan AHP 1-9 yang kemudian hasilnya diubah ke dalam nilai triangular fuzzy number.Tahap keempat menggagregasikan penilaian dari seluruh responden. Tahap kelima menghitung nilai degree of possibility. Tahap terakhir adalah menghitung nilai consistency ratiodari pendapat para pengambil keputusan. Setelah terpilih kriteria dan subkriteria pemilihan pemasok dilakukan pemilihan pemasok drum pelumas industri.
CONTOH TESIS NO.9 EVALUASI FAKTOR SUKSES IMPLEMENTASI ISO 14001 DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.APAC INTI CORPORA SEMARANG
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor keberhasilan internal penerapan ISO 14001 di PT.AIC, menentukan bobot faktor keberhasilan internal, dan mengusulkan strategi berdasarkan bobot tertinggi. Hasil dari penelitian ini adalah bobot faktor keberhasilan internal penerapan ISO 14001 dan strategi rekomendasi berdasarkan bobot tersebut.
BAB I
Sejak tahun 1980-an, isu lingkungan semakin meningkat, berbagai kebijakan dibuat di berbagai negara sebagai kepedulian terhadap lingkungan, bahkan pemerintah pun memiliki kebijakan tentang lingkungan. Salah satu standar yang digunakan dalam perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan adalah ISO 14001. PT.APAC INTO CORPORA (AIC) merupakan perusahaan tekstil yang telah menerapkan ISO 14001 sejak tahun 2002 dan masih dapat mempertahankan ijin sertifikat selama 13 tahun. Namun, belum ada penelitian tentang faktor keberhasilan penerapan ISO 14001 tersebut. Beberapa literatur juga memiliki hasil yang berbeda mengenai faktor keberhasilan internal penerapan ISO 14001.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan bobot tertinggi kemudian dilanjutkan dengan Metode Delphi untuk mengusulkan strategi berdasarkan kriteria yang memiliki bobot tertinggi. Responden penelitian ini terdiri dari 5 responden yang memahami tentang penerapan ISO 14001 di perusahaan dan 5 responden yang memahami kondisi nyata untuk mengajukan strategi dengan Metode Delphi.
CONTOH TESIS NO.10 USULAN PERANCANGAN STRATEGI MITIGASI RISIKO SUPPLY CHAIN DENGAN PENDEKATAN FUZZY-ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN HOUSE OF RISK (STUDI KASUS PADA PADA UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA (UDD PMI) BANTUL, INDONESIA
Abstrak
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 21 potensi risiko yang terjadi dengan 20 agen risiko dominan. Dari hasil identifikasi aksi mitigasi risiko, terdapat 8 aksi mitigasi risiko yang telah teridentifikasi dengan 8 agen risiko yang menjadi prioritas. Hampir disetiap lini aktivitas rantai pasok muncul risiko mulai dari aktivitas perencanaan, pengadaan, pembuatan, pengantaran hingga pengembalian. Dari 8 aksi mitigasi risiko yang menjadi prioritas utama usulan peneliti adalah melakukan kegiatan sosialisasi donor darah, sosialisasi kegitan donor darah sudah diterapkan pada UDD PMI Kabupaten bantul namun masih belum maksimal dan masih minim peminat pendonor, peneliti mengusulkan agar kegiatan sosialisasi donor darah ini dirancang lebih inovatif.
BAB I
Dalam kegiatan aktivitas rantai pasok pada perusahaan, selalu terdapat potensipotensi risiko yang timbul. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan risiko agar aliran rantai pasok perusahaan dapat berjalan dengan baik serta dibutuhkan juga strategi aksi mitigasi untuk memitigasi risiko yang berpeluang timbul pada proses aliran rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi penanganan risiko aktivitas rantai pasok mana yang menjadi prioritas dan memberikan urutan untuk penanganan risiko pada perusahan. Dari analisa risiko yang terjadi serta cara mengurutkan agen risiko dan strategi mitigasi risiko prioritas dalam rantai pasok dengan mengunakan metode House Of Risk Fase 1 sebagai alat untuk menentukan agen risiko apa yang berpeluang terjadi pada aliran rantai pasok perusahaan serta Fuzzy-Analytical Hierachy Process sebagai alat untuk menentukan priotitas (agen risiko) untuk memberikan urutan agen risiko mana yang bepeluang muncul lalu dapat dilakukan dengan penyelesaian House Of Risk Fase 2 yang dimana untuk menentukan aksi mitigasi risiko yang kemungkinan menjadi prioritas.
Teknik Analisis
Pada identifikasi risiko, digunakan metode pengembangan Supply Chain Operation Reference (SCOR) sebagai dasar penentuan aktifitas rantai pasok dalam perusahaan.
CONTOH TESIS NO.11 EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DENGAN PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan intervensi pemanfaatan dana BOK yang paling efektif, dengan metodogi analitic menggunakan sistem pembuat keputusan memakai model AHP. Hasil: Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model AHP, maka dapat dihasilkan suatu alternatif program pemanfaatan dana BOK di puskesmas yang sangat efektif. Dengan menggunakan model AHP maka setiap program yang akan dilaksanakan ditentukan prioritasnya dengan jelas, dibandingkan dengan menggunakan cara Hanlon, Delbeq maupun PEARL yang selama ini digunakan oleh pengelola progam kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat dan di Indonesia. Kesimpulan : Disarankan untuk menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan intervensi/ program pemanfaatan dana BOK yang paling efektif dan benefit, serta dapat diterima oleh semua stakeholder.
BAB I
Latar belakang: Millennium Development Goals (MDGs) adalah komitmen global yang harus diwujudkan oleh semua negara pada tahun 2015, untuk mempercepat tujuan tersebut maka kementerian kesehatan menyalurkan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai SPM Kesehatan dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pemanfaatan dana BOK tersebut merupakan wewenang dari puskesmas, untuk itu diperlukan metode yang efektif dalam menentukan prioritas program. Seiring dengan kemajuan iptek dibidang kesehatan masyarakat dan kedokteran, telah memberikan berbagai macam alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kesehatan yang terjadi dimasyarakat saat ini.
Teknik Analisis
Metode: Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendekatan yang memberikan kesempatan bagi para perencana dan pengelola program bidang kesehatan untuk dapat membangun gagasan-gagasan atau ide-ide dan mendefinisikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya mendapatkan pemecahan yang diinginkannya.
CONTOH TESIS NO.12 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PEMILIHAN BIBIT JAGUNG UNGGUL
Abstrak
Penggunaan masih cara yang tradisional dengan mencoba bibit jagung yang di tanam oleh para petani di Tanjungbalai di Kabupaten Asahan. Petani akan memilih bibit jagung yang waktu tanamnya cepat, namun akan memiliki menghasilkan yang kurang baik pada ukuran buah mengakibatkan hasil produksi menjadi kurang memuaskan. Akibatnya timbul suatu masalah yang akan terjadi dengan tidak adanya penentuan sejumlah kriteria yang bisa mendapatkan bibit jagung yang berkualitas. Para petani kurang paham dengan penggunaan teknologi dalam mendapatkan bibit jagung yang bagus. Hal ini diperlukan penggunaan sistem yang mampu menjawab dan memberikan solusi dalam pemilihan bibit jagung menggunakan sejumlah kriteria dan alternatif bibit jagung unggul. Penelitian ini menggunakan sistem pendukung keputusan metode AHP dengan perbandingan kriteria dan alternatif pada pemilihan bibit jagung yang unggul dalam menghasilkan sebuah alternatif yang terbaik.
BAB I
Metode AHP juga mampu menganalisis padapemilihan mata kuliah praktek di STMIK Royal Kisaran, dengan menggunakan sejumlah alternatif dari beberapa kriteria yang mempengaruhi dalam pemilihan matakuliah praktek di laboratorium terdiri dari pemahaman program, pemahaman teori, pengajar/dosen, tugas praktek, waktu praktek dan modul pembelajaran. Penggu-naan metode AHP dapat juga menganalisis faktor/kriteria prioritas dalam pemilihan bibit jagung unggul bagi para petani di Tanjung Balai Kabupaten Asahan, Berdasarkan dari hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan, secara berurutan kriteria yang prioritas tertinggi yaitu kriteria ketahanan terhadap hama, hasil produksi, ukuran buah, waktu panen dan adaptasi lingkungan.
Teknik Analisis
Metode menggunakan beberapa tahap yaitu:
- Mengumpulkan Dokumen Data
- Penganalisaan Data
- Menggunakan proses uji pada Sistem
CONTOH TESIS NO.13 PEMILIHAN STRATEGI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS PT. YAMAHA INDONESIA)
Abstrak
Berdasarkan hasil pembobotan prioritas yang didapatkan, kriteria yang memiliki bobot prioritas tertinggi adalah safety (7.95), biaya (7.92), dan penerapan (7.88). Adapun kriteria yang terpilih adalah perawatan preventif dengan bobot (0.49).
BAB I
Yamaha Indonesia memproduksi alat musik berupa piano jenis grand piano dan upright piano. Degan jumlah komponen yang banyak, produksi piano membutuhkan berbagai proses yang memerlukan ketelitian dan kehandalan untuk menghasilkan piano yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat untuk memenuhi permintaan. Untuk mencapai hal tersebut, penggunaan mesin diterapkan untuk membantu proses produksi piano menghasilkan hasil yang diharapkan. PT. Yamaha Indonesia memiliki 677 mesin yang digunakan untuk membantu produksi mencapai targetnya setiap hari. Namun reliabilitas mesin dapat menurun seiring masa penggunaannya. Dimana hal ini akan mempengaruhi keluaran yang dihasil kan dari mesin tersebut. Sehingga perawatan mesin semakin menjadi hal yang diperhatikan perusahaan manufaktur saat ini. Karena dengan diberlakukannya perawatan mesin, perusahaan dapat mempertahankan kehandalan dari mesin yang dimilikinya. Namun perwatan mesin tentu juga akan mengakibatkan biaya yang harus ditanggung. Terlebih kegagalan mesin yang tidak menentu tingkat kerusakan dan waktu kejadiannya menuntut perusahaan untuk memiliki perencanaan yang tepat sasaran supaya dapat meminimalisir biaya dari aktivitas perawatan yang tidak diperlukan.
Teknik Analisis
Dalam penelitian ini akan dilakukan pemilihan strategi perawaatan mesin yang sesuai dengan pendekatan analytical hierarchy process. Kriteria yang digunakan adalah safety, added value, usia mesin, durasi trouble shooting, warehouse backup, biaya, dan penerapan. Sedangkan alternatif yang digunakan adalah perawatan korektif, perawatan preventif, dan perawatan prediktif.
CONTOH TESIS NO.14 ANALISIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DI KUPANG DENGAN PROSES HIRARKI ANALITIK DAN METODE VALUASI KONTINGENSI
Abstrak
Metode penelitian yang digunakan untuk menarik kesimpulan tentang teknologi pengolahan sampah yang menjadi prioritas adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan 28 responden dan metode valuasi kontingensi untuk mengetahui nilai WTP dengan total responden 100 KK. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat adalah untuk teknologi insinerator, kompos dan daur ulang faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata adalah tingkat pendapatan dan kemampuan membayar. Untuk teknologi sanitary landfill tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap WTP.
BAB I
Pengelolaan sampah perlu mendapat perhatian khusus baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat terutama terkait dengan teknologi pengolahan sampah. Semakin terbatasnya lahan untuk Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) maka perlu dikembangkan teknologi lain. Dalam penelitian ini ada empat alternatif teknologi yang ditawarkan yaitu insinerator, sanitary landfill, pengomposan dan daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapat para stakeholder mengenai skala prioritas penerapan teknologi pengolahan sampah di Kota Kupang, mengestimasi nilai willingness to pay (WTP) masyarakat untuk peningkatan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Kupang dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat untuk masing-masing alternatif teknologi pengolahan sampah.
Teknik Analisis
Berdasarkan analisis AHP maka didapat teknologi pengolahan sampah yang merupakan prioritas utama untuk kegiatan pengolahan sampah di Kota Kupang adalah pengomposan. Nilai WTP masyarakat untuk peningkatan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Kupang dengan masing-masing alternatif teknologi pengolahan sampah per bulan per KK adalah insinerator sebesar Rp. 16.309,45,-; kompos sebesar Rp. 13.638,45,-; sanitary landfill sebesar Rp. 12.311,93,-; dan daur ulang sebesar Rp. 13.188,07,-.
CONTOH TESIS NO.15 PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DAN PEMBERIAN REWARD MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN FUZZY SYNTHETIC DECISION APPROACH (Studi Kasus : Karyawan Administrasi Universitas Diponegoro)
Abstrak
Penilaian kinerja merupakan proses yang penting dalam sumber daya manusia, karena dari hasil penilaian kinerja akan terukur kompetensi, perilaku kerja dan hasil kerja karyawan dalam periode waktu tertentu sebagai dasar pertimbangan dalam pertimbangan keputusan di bidang sumber daya manusia. Universitas Diponegoro juga melakukan pengukuran kinerja untuk karyawan kontrak, dari hasil penilaian tersebut akan diberikan reward berupa kompensasi langsung yang diberi nama Tunjangan Perbaikan Kinerja (TPK), dan tahun 2014 TPK berubah nama menjadi Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP). Dari hasil penelitian pembobotan yang dilakukan dengan menggunakan metode AHP (Analytichal Hierarchy Process) diperoleh bobot untuk kriteia kehadiran/ketepatan waktu (0.248), inisiatif (0.234), tanggung jawab dan ketergantungan (0.194), kualitas kerja(0.139) pengetahuan pekerjaan (0.111) dan hubungan interpersonal (0.075). Lalu dilakukan penilaian dengan pendekatan Fuzzy Synthetic untuk mendapatkan besar TPP. Dari perhitungan TPP yang terbesar ialah terbesar ialah Rp. 979,605,sedangkan TPP yang terkecil Rp.396,000. Besar-kecilnya pemberian TPP dipengaruhi oleh nilai jabatan yang dihasilkan
BAB I
Kinerja seseorang juga berhubungan dengan sistem reward. Reward(penghargaan) adalah imbalan jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja karena ia telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan dan kontinuitas perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Mulyadi, 2001).Sistem reward adalah suatu sistem atau program yang dilaksanakan manajemen dengan memberikan tambahan penerimaan bagi karyawan atau menajer sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kinerjanya (Narsadan Rani, 2003). Simamora (2001) juga mengatakan bahwa sistem penghargaan dibuat untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.Reward dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu reward non-finansial yang berupa rasa puasdiri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu dan reward finansial yang terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawankarena prestasi kerjanya baik langsung maupun tidak langsung (Mulyadi, 2007). Pemberian insentif merupakan pemotivasian yang lebih kuat bagi karyawan untukmeningkatkan kualitas kerjanya(Aida & Listianingsih, 2004).
Teknik Analisis
Sistem penilaian saat ini masih berfokus pada aspek kedisplinan, sehingga hasil yang didapatkan belum seluruhnya menggambarkan kondisi karyawan. Maka dari itu, disusunlah penilaian kinerja yang terdiri dari 6 kriteria utama dan 19 subkriteria yang dibangun dari model penilain kinerja ”Annual Performance Appraisal-Temporary Employee (Classified or Administrative and Professional) University of Texas Dallas”.
Leave a Reply