CONTOH TESIS NO.1 PENENTUAN KRITERIA TERPENTING DALAM PEMILIHAN SUPPLIER DI FAMILY BUSINESS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada Perusahaan Garmen PT. X)
Abstrak
Berdasarkan hasil penelitian didapat faktor yang menjadi prioritas dari kriteria pemilihan supplier adalah kualitas dengan bobot senilai 0,533; Delivery dengan bobot senilai 0,273; Price dengan bobot senilai 0,128; Warranty and Claim Policies dengan bobot senilai 0,067.
BAB I
Kriteria pemilihan supplier dalam family business sangat memegang peranan penting, hal ini dikarenakan karena supplier dapat mempengaruhi proses produksi. Kualitas bahan baku yang baik dan ketepatan waktu dalam pengiriman bahan baku akan menjadikan PT. X meraih keunggulan bersaing low cost dan quick respon. Terdapat 4 kriteria yang sesuai dengan PT. X yaitu Quality, Delivery, Price, Warranty and Claim Policies.
Teknik Analisis
Dari keempat kriteria pemilihan supplier tersebut dilakukan pembobotan kriteria dengan mempergunakan model Analytic Hierarchy Process (AHP).
CONTOH TESIS NO.2 Analisis Kebijakan Prinsip Governance dan Aktor Melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Perencanaan Kota
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas penerapan prinsip tata kelola dalam perencanaan kota berdasarkan pelaku/agen yang terlibat adalah: pertama: partisipasi (3,141); kedua: responsif (3.021); ketiga: transparansi (3.009); dan keempat: akuntabilitas (2.867), dengan nilai aktor: masyarakat sipil (1.168); pemerintah kota (1.096); dan bisnis (swasta) dengan nilai masing-masing (0,736). Partisipasi masyarakat madani dilakukan di seluruh tahapan perencanaan kota dalam bentuk penyediaan data dan informasi, pendapat dan aspirasi, serta keberatan dan bantahan terhadap konsep pembangunan teritorial kota. Sementara itu, secara praktis, penelitian tersebut merekomendasikan perlunya peraturan tentang partisipasi masyarakat sipil dalam perencanaan kota di alam untuk menemukan praktik terbaik; Penerapan prinsip tata kelola harus menjadi pola pikir petugas publik dan perencana dalam perencanaan tata ruang.
BAB I
Perencanaan tata ruang kota sebagai bagian dari kegiatan perencanaan tata ruang sebenarnya adalah bentuk rumusan kebijakan publik yang berkaitan dengan pengelolaan ruang kota. Langkah yang diambil oleh pelaku kebijakan dalam proses perumusan kebijakan publik akan sangat ditentukan oleh perspektif yang digunakan. Tata kelola sebagai perspektif utama dalam administrasi publik dan manajemen menuntut penerapan prinsip-prinsip yang dikaitkan dengannya untuk mencapai pemerintahan yang baik. Menimbang ini, masalah penelitiannya adalah: bagaimana prioritas prinsip tata kelola yang terkait dengan aktor/agen yang terlibat dalam perencanaan kota? Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis prioritas prinsip tata kelola yang berkaitan dengan aktor/agen yang terlibat dalam perencanaan kota. Sumber data diambil dari responden penelitian yang terdiri dari unsur pemerintah kota; Sektor masyarakat sipil dan swasta (bisnis).
Teknik Analisis
Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis model kuantitatif, yaitu Analytical Hierarchy Process.
CONTOH TESIS NO.3 Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Guru Terbaik Berdasarkan Kinerja dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Abstrak
Hasil penelitian ini adalah urutan 4 guru terbaik di Yayasan Lentera Insan.
BAB I
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka perlu dilakukan penilaian kinerja guru yang menjamin proses pembelajaran yang berkualitas. Mengetahui kinerja guru dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan serta meningkatkan motivasi dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas. Kepala sekolah membuat 15 kriteria untuk menentukan guru terbaik, yaitu: kehadiran, aturan kedisiplinan, tanggung jawab dan produktivitas, interaksi sosial, motivasi dan pengembangan diri, inovatif, tanggap dan inisiatif, fleksibel dalam tugas lain, komunikasi, kerja tim, kejujuran, ramah dan berbusana sopan, estetis, efektif dalam penggunaan gadget, kelas kebersihan dan kerapihan.
Teknik Analisis
Untuk mengetahui kinerja seorang guru maka salah satu keputusan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dengan pengambilan keputusan diharapkan dapat memilih kinerja guru yang efektif. Penentuan kinerja guru diproses lebih lanjut dengan kriteria Decision Plus (CDP).
CONTOH TESIS NO.4 Strategi Peningkatan Kualitas Objek Wisata Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) Kota Probolinggo melalui Pendekatan Analytical Hierarchy Process
Abstrak
Hasil analisa dalam penelitian ini diperoleh ada 9 kriteria yang bisa menjadi alternatif kebijakan. Prioritas utama adalah mengembangkan dan menambah keberagaman flora dan fauna. Pemerintah Kota Probolinggo dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas objek wisata TWSL dengan memperhatikan alternatif-alternatif yang ada untuk kemudian dapat dijadikan sebuah kebijakan publik.
BAB I
Kota Probolinggo mempunyai daya tarik pariwisata tersendiri. Pemerintah Kota Probolinggo tengah menggalakan Pariwisata di Kota Probolinggo dengan slogan “Impressive Probolinggo City”. Adapun objek wisata yang memberikan kontribusi PAD tertinggi ada 9 objek wisata antara lain yaitu Kolam Renang Mastrip, Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL),Gereja Merah, Kolang Renang Bayuangga,Klenteng Tri Dharma, Museum Probolinggo, Museum Dr. Moh. Saleh, Bee Jay Bakau Resort dan Pelabuhan Pendaratan Pantai / Pelabuhan Tanjung Tembaga. Pemerintah Kota Probolinggo merencanakan pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas di TWSL. Peningkatan kualitas objek wisata TWSL membutuhkan sebuah sarana/sistem dalam mendukung keputusan dan membantu aktor pengambil kebijakan. Adapun sarana yang dapat digunakan pemerintah Kota Probolinggo untuk mencari alternatif-alternatif kebijakan dengan cara metode Proses Hirarki Analitik (Analytic Hierarchy Process/AHP).
Teknik Analisis
Untuk itu peneliti mencari solusi dalam permasalahan pengambilan keputusan tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis strategi kebijakan peningkatan kualitas objek wisata Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) melalui pendekatan Analytical Hierarchy Process.
CONTOH TESIS NO.5 APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PENDIRIAN WARNET DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus : PT. Pika Media Komunika)
Abstrak
Adanya kesulitan bagi perusahaan memiliki kesulitan dalam menentukan lokasi yang tepat untuk pendirian warnet yang sesuai dengan keinginan perusahaan agar dapat bertahan ditengah persaingan antar warnet yang begitu pesat. Penentuan lokasi pendirian warnet yang selama ini dilakukan hanya dengan cara konvensional atau kira-kira saja tanpa adanya suatu metode dan penghitungan matematis yang pasti dan belum terkomputerisasi. Akibatnya tidak sedikit Warnetyang mengalami gulung tikar. Untuk mempermudah penentuan lokasi pendirian warnet dibutuhkan suatu program aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat membantu dalam mengambil keputusan secara cepat, tepat dan akurat. Penelitian yang dilakukan menghasilkan program aplikasi sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
BAB I
Perusahaan memanfaatkan sistem pendukung keputusan untuk membantu dalam pemecahan suatu masalah berdasarkan analisis untuk menentukan alternatif pemecahan suatu masalah secara cepat, tepat dan akurat. PT. Pika Media Komunika merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang warung internet. Perusahaan memiliki kesulitan dalam menentukan lokasi yang tepat untuk pendirian warnet yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Untuk itu perusahaan memerlukan alat bantu dalam menentukan lokasi yang tepat untuk pendirian warnet dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut.
Teknik Analisis
Analisis dalam tahap ini termasuk penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan serta sumber daya yang dibutuhkan. Terknik perancangan yang digunakan pemodelan proses, pemodelan data, dan desain sistem secara konseptual. Selain itu menentukan model keputusan yang digunakan, yakni model AHP, karena variabel kriteria yang digunakan kurang dari 9 variabel ( kriteria).
CONTOH TESIS NO.6 Kebijakan Strategis Mitigasi Ancaman Peredaran Orbit Satelit terhadap Keamanan Nasional: Pendekatan Analytical Hierarchy Process
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk membuat skenario kebijakan dalam memitigasi ancaman sirkulasi orbit satelit sehingga dapat digunakan sebagai alternatif perumusan kebijakan bagi instansi terkait. Kebijakan mitigasi puing ruang angkasa yang komprehensif perlu dirumuskan dan ditetapkan sebagai dasar tindakan. Mengingat dampak puing-puing antariksa sangat berbahaya dan masif, maka pemanfaatan teknologi antariksa menjadi kebutuhan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi, menangani secara cepat dan meminimalisir dampak bencana tersebut.
BAB I
Ancaman peredaran orbit antariksa dianggap oleh sebagian pihak sebagai ancaman bagi keamanan nasional suatu negara, karena potensi bahaya seperti sampah antariksa menghasilkan kerusakan yang signifikan pada kawasan yang terkena dampak. Namun hingga saat ini Indonesia, meski meratifikasi konvensi PBB tentang antariksa, belum memiliki strategi mitigasi yang komprehensif.
Teknik Analisis
Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan metode campuran yang disesuaikan dengan tujuan penelitian masing-masing seperti menggunakan studi literatur dan analisis AHP. Analisa AHP menunjukkan bahwa responden menginginkan terjalinnya kerjasama internasional, baik kerjasama bilateral maupun multilateral harus mengedepankan keamanan nasional dengan tetap menjunjung nilai-nilai persahabatan dan saling menghormati
CONTOH TESIS NO.7 SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) MODEL DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK MENDUKUNG GREEN PROCUREMENT PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Abstrak
Penelitian ini menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation Reference) untuk mencari KPI terpilih, diperlukan pemetaan proses bisnis pada perusahaan yaitu bagian pengadaan dengan menggunakan metode SCOR. Hasil yang didapatkan adalah terdapat 18 KPI yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja Procurement berbasis Green. Dengan adana KPI membantu perusahaan dalam menerapkan dan menilai kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan Green.
BAB I
Pada saat ini kesadaran manusia akan kondisi lingkungan semakin meningkat, selain meningkatnya kesadaran akan lingkungan terdapat perundang-undangan yang mengatur yaitu UU No.3 Tahun 2014 pasal 30. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kondisi lingkugan maka akan berdampak pada produk yang dipasarkan oleh perusahaan, hal ini mengharuskan perusahaan untuk menerapkan konsep lingkungan padaSupply Chain perusahaan. Green Supply Chain Management adalah menggabungkan faktor lingkungan dengan rantai pasok mulai dari design produk, raw material, proses produk, proses pembuatan, pengiriman kepada costumer, dan end of life produk. Salah satu proses tercapainya green supply chain adalah proses Procurement atau Supplier, agar terlaksananya green supply chain adalah dibuatnya Key Performance Index (KPI) berbasisgreen dengan memperhatikan green objective yang ditentukan. KPI bertujuan untuk menerapkan target kinerja dan penilaian kinerja yang dimana informasi dapat digunakan sebagai bahan pengontrolan kinerja.
Teknik Analisis
Metode SCOR mengharuskan mengidentifikasi level 1 perusahaan yaitu tujuan perushaan yang dimana pada penelitian ini yaitu capaian aspek lingkungan pada supply chain dan proses utama terdapat 5 proses utama yaiut plan, source, make, deliver, dan return. Level 2 yaitu identifikasi proses aktivitas pada bagian procurement, dan level 3 yaitu mengidentifikasi atribut tiap proses pada level 2 dan KPI berbasis Green dari tiap attribut. Setelah didapatkannya Atribut dan KPI dilakukan pembobotan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk mencari atribut dan KPI dengan bobot Green tertinggi.
CONTOH TESIS NO.8 Analisis pemilihan supplier menggunakan metode analytical hierarchy process (ahp) (studi kasus pada PT Cazikhal)
Abstrak
Dari hasil penilaian tingkat kepentingan alternatif dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I supplier X (0,467), prioritas II supplier Z (0,336), prioritas III supplier Y (0,198). Berdasarkan hasil analisis di atas, saran yang dapat diberikan adalah, jika perusahaan akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier, perusahaan diutamakan untuk memilih supplier X sebagai supplier kayu bagi perusahaan karena supplier X merupakan supplier yang memiliki nilai keseluruhan paling tinggi. Dengan adanya hubungan kemitraan ini, kinerja rantai pasokan antara supplier dan perusahaan akan semakin baik dan dapat memperlancar target penyelesaian proyek secara keseluruhan.
BAB I
Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas pembelian bagi perusahaan. Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor, PT Cazikhal, yang akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier kayu. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal? (2) supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP? Sampel dari penelitian ini adalah para pengambil keputusan dan pihak-pihak yang berada dalam departemen pembelian dan gudang yang mengetahui kinerja supplier.
Teknik Analisis
Teknik pengambilan sampel menggunakan judgment sampling karena metode AHP mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan metode AHP dibantu dengan software expert choice. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I kualitas (0,486), prioritas II harga (0,277), prioritas III layanan (0,091), serta ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah memiliki skala prioritas yang sama yaitu (0,073).
CONTOH TESIS NO.9 PENENTUAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL YANG EFEKTIF BAGI INDUSTRI TEKSTIL INDONESIA PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
Abstrak
Hasil penelitian menggunakan SMART model menunjukkan bahwa penerapan liberalisasi perdagangan dunia telah memberikan kesejahteraan pada konsumen/masyarakat Indonesia sebesar US$ 13,04 juta. Namun disisi lain meningkatkan impor untuk produk HS 62 (Articles of Apparel and Clothing Accessories-not Knitted or Crocheted) sebesar US$ 168,3 juta. Sedangkan hasil AHP menunjukkan bahwa besaran nilai ekspor menjadi kriteria utama guna meningkatkan daya saing, dan penerapan kebijakan safeguard adalah yang paling efektif untuk dilakukan dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dunia.
BAB I
Dalam menghadapi liberalisasi perdagangan, peran pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan daya saing industri domestik melalui instrumen penerapan kebijakan adalah faktor penting bagi para pelaku industri. Strategi penerapan kebijakan perdagangan yang tepat akan mendorong produktivitas infant industri tanpa membuat industri tersebut kehilangan daya saing dengan industri asing sejenis. Melalui penerapan kebijakan yang tepat sesuai kebutuhan dan permasalahan yang terjadi akan membuat industri domestik dapat bersaing di pasar global dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih jauh instrumen strategi kebijakan perdagangan seperti apa yang diharapkan para pelaku industri dalam mendukung proses industrilisasi dan meningkatkan daya saing industri TPT Indonesia.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu, pendekatan model ekuilibrium parsial berupa Software for Market Analysis and Restrictions on Trade (SMART) model dan pendekatan kualitatif menggunakan metode Multi-Criteria Decision Making (MCDM) yang didalamnya terdapat model Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (BPN API) Jakarta, PT. Easterntex, Bappeda Jatim, dan Disperindag Jatim.
CONTOH TESIS NO.10 ANALISIS FAKTOR PENDUKUNG IMPLEMENTASI TRANSAKSI NON TUNAI DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Abstrak
Hasil penelitian menemukan bahwa pelaksanaan transaksi nontunai dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan potensi daya dukung:
- Kecepatan,
- Keamanan,
- Efisiensi / Praktik,
- Nilai uang, dan
- Pemerintah program.
Faktor pendukung utama yang mendapat prioritas tertinggi adalah efisiensi atau kepraktisan sebesar 23%.
BAB I
Transaksi nontunai di Indonesia masih rendah, salah satunya dipicu oleh masih rendahnya keterlibatan usaha kecil menengah (UKM) ritel di Indonesia yang belum menerapkan transaksi nontunai di lingkungan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor pendukung pelaksanaan transaksi non tunai pada UKM ritel.
Teknik Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP).
CONTOH TESIS NO.11 Strategi Peningkatan Daya Saing Kerajinan Bordir Melalui Pendekatan Analytical Hierarchy Process
Abstrak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi peningkatan daya saing kerajinan bordir di Kota Tasikmalaya merupakan strategi yang optimis.
BAB I
Tujuan penelitian ini adalah
- Menganalisis daya saing kerajinan bordir Kota Tasikmalaya dan
- Merumuskan strategi peningkatan daya saing kerajinan bordir di Kota Tasikmalaya. Sedangkan temuan sasaran dalam penelitian ini adalah menemukan rumusan strategi dalam upaya meningkatkan daya saing kerajinan bordir Kota Tasikmalaya.
Teknik Analisis
Pendekatan penyusunan strategi daya saing kerajinan bordir Kota Tasikmalaya adalah analisis multi kriteria (MCA = Multi Criteria Analysis) dengan metode analitis hierarki proses (AHP), menggunakan software expertchoice for windows, dimana persepsi stakeholders menjadi pegangan dalam pengambilan keputusan dan prioritas. dalam Penyusunan Strategi Daya Saing Kerajinan Bordir.
CONTOH TESIS NO.12 Kajian Pengembangan Wisata Goa Pindul dengan Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul
Abstrak
Nilai konsistensinya adalah 0,330, karena tidak lebih dari 0,1 maka hasil analisa tersebut dapat diterima. Menurut hasil analisa pada aspek ekonomi, alternatif pengembangan wisata Goa Pindul sebagai obyek wisata primadona menjadi alternatif yang sangat dipentingkan. Nilai konsistensinya adalah 0,486. Kajian pengembangan wisata Goa Pindul pada tahun-tahun mendatang, dengan mengacu pada pemikiran Damanik dan Weber (2006), dilihat dari lima pelaku pariwisata, yaitu : Wisatawan, Industri Pariwisata, Pendukung Jasa Wisata, Pemerintah, dan Masyarakat Lokal. Saran yang direkomendasikan adalah adanya regulasi yang jelas mengenai wisata Goa Pindul, baik bagi Pokdarwis maupun bagi wisatawan. Jika dimungkinkan, adanya penyederhanaan Pokdarwis, yang mengurusi wisata Goa Pindul. Selain itu, juga perlu adanya pendalaman nilai-nilai agama, bagi para pelaku industri wisata. Bagi masyarakat lokal, tidak meninggalkan pertanian, untuk beralih ke dunia wisata.
BAB I
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai wisata Goa Pindul, dan untuk mengetahui peran aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan ekologi dalam pengembangan wisata Goa Pindul. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana pengembangan wisata Goa Pindul pada tahun-tahun mendatang. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, dengan 12 responden yang merupakan orang kunci/key person untuk menjawab peran aspek dan kebijakan pengembangan wisata Goa Pindul pada tahun-tahun mendatang, dan 6 responden untuk menjawab mengenai gambar umum wisata Goa Pindul.
Teknik Analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu berupa wawancara dan observasi langsung ke kawasan wisata Goa Pindul. Model wawancara yang digunakan ada dua, yaitu wawancara langsung dan wawancara menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah Analythical Hierarchy Process (AHP) dengan alat bantu analisis berupa software, yaitu : Expert Choice versi 11. Berdasarkan alat analisis tersebut, diperoleh hasil bahwa peran aspek ekonomi yang dipentingkan untuk pengembangan wisata Goa Pindul.
CONTOH TESIS NO.13 Analisis Kebijakan Ketengakerjaan Kota Madiun : Pendekatan AHP
Abstrak
Dalam pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Hasil empiris menunjukkan bahwa terdapat tiga kebijakan yang disarankan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan yang terjadi di Kota Madiun yaitu pelatihan softskill dan hardskill dalam bekerja dan berwirausaha, pembangunan dan peningkatkan iklim investasi melalui regulasi, serta penyediaan dan penyebarluasan media informasi.
BAB I
Dalam pembangunan ekonomi pada hakekatnyaadalah serangkaian usahakebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata sehingga menurut Keynes dikatakan situasi makro suatu pembangunan ekonomi ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia kesempatan kerja masih menjadi masalah utama. Hal ini timbul karena adanya kesenjangan atau ketimpangan dalam mendapatkannya. Pokok dari permasalahan inibermula dari kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan kemajuan berbagai sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja dipihak lain.
Teknik Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif kebijakan yang tepat terhadap masalah ketenagakerjaan seperti tingkat pengangguran terbuka yang masih terjadi di Kota Madiun, melalui key person yang ahli dibidangnya antara lain : Bappeda, Disnakersos, Disperindag dan civitas akademi perguruan tinggi Kota Madiun. Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan melihat ketenagakerjaan dibidang ekonomi, sosial budaya, regulasi, pendidikan, akses dan informasi.
CONTOH TESIS NO.14 Pendekatan Kombinasi Metode AHP dan Metode Cut Off Point pada Tahap Analisis Keputusan Perancangan Sistem Informasi Penjualan PT.X
Abstrak
Metode Cut off Point akan digunakan dalam hal memilih kriteria berdasarkan opini sejumlah responden/pengambil keputusan dengan memberikan indeks terhadap derajat kepentingan masing-masing kriteria dan dipergunakan sebagai komponen pembangun struktur hirarki Analytical Hierarchy Process (AHP). Validitas kriteria yang terpilih ditentukan berdasarkan hasil perundingan pihak yang terkait langsung dan user dalam sebuah forum diskusi ”Nominal Group Tehnic” (NGT) .
BAB I
Indhira Travindo merupakan salah satu agen perjalanan wisata ke Negara United Arab Emirates (UAE) khususnya negara Abu Dhabi dan Dubai. Sistem penjualan perusahaan saat ini sering kali mengalami masalah-masalah yang akhirnya akan memperlambat proses penjualan. Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa masalah yang sedang dihadapi perusahaan adalah data penjualan perusahaan sering hilang, waktu pelayanan yang lama, belum adanya prosedur penjualan yang memadai, waktu pembuatan laporan yang cukup lama dan hal lain.
Teknik Analisis
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut maka perlu dilakukan analisis keputusan terhadap kebutuhan sistem informasi penjualan. Tahap analisis keputusan merupakan salah satu bagian penting dalam metodologi. Tahap ini merupakan tahap untuk pengambilan keputusan mengenai sistem informasi apakah yang akan dibangun berdasarkan hasil analisis masalah dan analisis kebutuhan sistem informasi.
CONTOH TESIS NO.15 Analisis Pilar Modernisasi Irigasi dengan Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP)pada Daerah Irigasi
Abstrak
Hasil dari Analitycal Hierarchy Process (AHP) didapatkan urutan prioritas penerapan pilar modernisasi Irigasi di Barugbug dengan hasil sebagai berikut : Urutan 1 : Pilar Ketersediaan Air Irigasi, Urutan 2 : Pilar SDM Pengelola Irigasi, Urutan 3 : Pilar Prasarana Irigasi, Urutan 4 : Pilar Sistem Pengelolaan Irigasi, Urutan 5 : Pilar Penguatan Lembaga Pengelola Irigasi
BAB I
Daerah irigasi Barugbug di Jawa Barat adalah daerah irigasi yang akan dijadikan sebagai contoh penerapan modernisasi irigasi. Pengertian dari modernisasi irigasi adalah suatu upaya untuk melakukan perubahan sistem pengembangan dan pengelolaan irigasi menjadi sistem irigasi partisipatif yang lebih efektif, efisien, dan berkesinambungan (sus-tainable). Pemahaman tentang pilar modernisasi dilakukan dengan survey terhadap responden petugas OP irigasi, petani P3A dan instansi pengelola irigasi Barugbug yang terdiri dari BBWS Citarum, SKPD TPOP Dinas PSDA Jawa Barat dan Perum Jasa Tirta II.
Teknik Analisis
Analisis deskriptif statistik seputar penge-tahuan dan pemahaman responden terhadap penerapan pilar modernisasi irigasi dilakukan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan urutan skala prioritas penerapan pilar modernisasi irigasi di Barugbug.
Leave a Reply