Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Team Teaching terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Matematika Ditinjau dari Minat Belajar di SMA Negeri Kabupaten Ngawi
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang bersifat individual juga belum mampu dilaksanakan sepenuhnya. Proses pembelajaran yang bersifat individual adalah bagaimana seorang guru dalam proses pembelajaran tersebut dapat memahami karakter dari setiap siswa dan memberikan bantuan dan bimbingan pada waktu siswa terlibat pada proses pembelajaran. Penanganan siswa secara individual pada waktu proses pembelajaran inilah yang belum banyak dilaksanakan. Sampai saat ini masih banyak sekolah yang rata-rata siswanya tiap kelas 40 (empat puluh) siswa. Suatu jumlah yang cukup besar.
Dengan jumlah siswa yang rata-rata per kelasnya 40 siswa, sulit kiranya bagi seorang guru untuk memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Pendekatan dan metode mengajar yang baru ini sampai saat ini juga belum dilaksanakan secara maksimal. Pendekatan dan metode yang baru yang dimaksud adalah, pendekatan dan metode mengajar yang mengarah kepada siswa aktif, dan hal inipun belum banyak dipraktekkan. Ada beberapa faktor penghambatnya antara lain, kurangnya kemampuan dan kemauan guru dalam memahami dan mempratekkan pendekatan dan metode baru; kurangnya sarana pendukung untuk mencoba pendekatan dan metode baru dan kurangnya dukungan dari sekolah untuk menerapkan pendekatan dan metode yang baru.
B. Perumusan Masalah
- Adakah perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan Pembelajaran Team Teaching dan Pembelajaran Guru Individual terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Matematika?
- Adakah perbedaan pengaruh yang signifikan minat belajar siswa yang tinggi dan minat belajar yang rendah pada mata pelajaran matematika terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika?
- Apakah ada interaksi pengaruh yang signifikan antara penerapan Team Teaching dan minat belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika?
C. Kajian Teori Skrpsi
Pengertian Team Teaching
Team Teaching atau sistem regu merupakan metode mengajar yang sudah lama berkembang tetapi belum banyak dipraktekkan. Berikut ini kami kemukakan beberapa teori tentang team teaching dari pakar di bidang pendidikan. Winarno Surakhmad (1979: 100} dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Pengajaran Nasional” mendifinisikan, bahwa metode sistem beregu atau team teaching ialah “metode mengajar dimana dua orang guru (atau lebih) bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa”.
Standar Kompetensi
Djemari Mardapi (2004: 21) yang mengutip pendapat dari Center for Civics Education (1997:2), menyebutkan bahwa standar kompetensi adalah, “pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran”. Standar kompetensi mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards) dan standar penampilan (performance standards). Standar kompetensi yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap standar isi. Djemari Mardapi (2004: 22), selanjutnya menyebutkan bahwa, yang dimaksud dengan standar kompetensi mata pelajaran merupakan, “seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan”.
Kategori Minat
Abdul Gafur tersebut dapat disimpulkan bahwa minat dikategorikan menjadi 4 (empat) yaitu, tidak berminat, kurang berminat, berminat dan sangat berminat. Dalam kenyataan sehari-hari peng-kategorian tersebut terlalu detail, untuk itu kategorisasi minat tersebut dapat disederhanakan menjadi 2 (dua) saja yaitu, berminat tinggi dan berminat rendah. Sedangkan cara untuk menentukan seorang peserta didik berminat tinggi atau berminat rendah yaitu dengan cara, ditentukan dulu mediannya. Setelah mediannya ditemukan, peserta didik yang memperoleh skor kurang atau sama dengan median dikategorikan berminat rendah, sedangkan peserta didik yang memperoleh skor diatas median dikategorikan berminat tinggi.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 X 2.
populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh siswa SMA Negeri se-Kabupaten Ngawi. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan tehnik multi-stage cluster random sampling.
Tehnik pengumpulan data menggunakan instrumen angket dan tes pencapaian kompetensi belajar matematika. Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu diadakan uji prasyarat analisis data berupa uji normalitas dengan metode Lillefors pada taraf signifikan (?) = 0,05 sedangkan uji homogenitas variansi untuk k populasi menggunakan uji Bartlett pada taraf signifikan (?) = 0,05. selanjutnya tehnik analisis data yang dipergunakan adalah tehnik analisis varian atau ANAVA dengan perhitungan taraf signifikan (?) = 0,05.
E. Kesimpulan
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran team teaching dan pembelajaran guru individual terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika. Model pembelajaran team teaching lebih baik daripada model pembelajaran guru individual. Terlihat dari perbedaan mean pencapaian kompetensi belajar matematika antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran team teaching lebih baik daripada mean pencapaian kompetensi belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran guru individual.
2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan pencapaian kompetensi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan minat belajar rendah. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi pencapaian kompetensi belajar matematikanya lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3. Tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran team teaching dan minat belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika. Minat belajar siswa yang tinggi tidak dipengaruhi oleh model pembelajaran team teaching dalam hubungannya dengan pencapaian kompetensi belajar matematika. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan model pembelajaran guru individual, siswa yang belajar dengan model pembelajaran team teaching, pencapaian kompetensi belajarnya lebih baik.
Leave a Reply