BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perum Bulog Sub Divre III Surakarta bertugas melayani penyaluran beras miskin (Raskin) yang diajukan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) se-Eks Karesidenan Surakarta, yaitu: Surakarta, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen, Karanganyar dan Wonogiri. Wilayah penyaluran yaitu masing-masing kecamatan di tiap kabupaten yang jumlah totalnya adalah 124 kecamatan (titik distribusi). Dalam satu tahun Sub Divre III Surakarta melayani penyaluran Raskin dengan tonase yang tetap untuk tiap bulannya dalam setahun. Selain penyaluran Raskin, terdapat penyaluran non-Raskin yang jumlah dan waktunya tidak pasti yaitu untuk keperluan operasi pasar dan emergency (bencana alam, kekeringan/ banjir, serangan hama dan penyakit, serta konflik sosial). Kebijakan yang berlaku atas kapasitas gudang Bulog yaitu karena penyaluran Raskin adalah rutin setiap bulan dan proporsi penyaluran untuk Raskin adalah terbesar (Tabel 1.1), maka kapasitas gudang Bulog bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk penyaluran Raskin sedangkan untuk operasi pasar dan emergency dapat diambil dari gudang Bulog dengan stok paling banyak.
Berikut data penyaluran Raskin per bulan untuk tiap kabupaten se-Eks
Karesidenan Surakarta tahun 2005-2006 :
Dari tahun 2002 hingga 2005 jumlah penyaluran Raskin turun tiap tahunnya namun mengalami kenaikan pada tahun 2006 untuk seluruh kabupaten selain Surakarta. Dari tabel di atas diketahui bahwa penyaluran Raskin terbesar adalah Kabupaten Boyolali sedangkan penyaluran terendah terjadi di Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Untuk penyaluran beras ke titik distribusi, pihak Sub Divre III Surakarta mempunyai 9 Gudang Bulog. Dalam penyaluran Raskin, Bulog bekerjasama dengan Pemda tiap Kabupaten dimana Pemda mengkoordinir tiap kecamatan di daerahnya untuk mengambil Raskin di gudang yang telah ditentukan pengalokasiannya oleh Bulog. Berikut adalah data Gudang Bulog :
(Sumber: Perum Bulog Sub Divre III Surakarta)
Tahun 2005 terjadi Local Movement (pengiriman/ perpindahan beras dari gudang satu ke gudang lain dalam satu karesidenan) yang melibatkan 4 gudang karena mengalami kekurangan stok untuk penyaluran beras. Untuk menangani masalah ini maka beras diambil dari gudang yang stoknya masih banyak meskipun jarak gudang ke titik distribusi jauh. Hal ini mengakibatkan inefisiensi operasional dengan bertambahnya biaya operasional berupa biaya transportasi dan bongkar muat sebesar Rp. 457.900.000,00 (Lampiran 2).
(Sumber: Perum Bulog Sub Divre III Surakarta)
Setiap kabupaten mempunyai Gudang Bulog untuk melayani penyaluran beras kecuali Kabupaten Boyolali, Karanganyar dan Kodya Surakarta. Pengalokasian gudang ditinjau dari gudang yang mempunyai jarak terdekat dengan titik distribusi dan ditinjau pula dari stok di gudang tersebut. Jika stok tidak mencukupi, penyaluran beras akan disuplai dari gudang lain meskipun jaraknya lebih jauh. Pengalokasian gudang diutamakan dulu untuk memenuhi kebutuhan Raskin yang terbanyak yaitu Kabupaten boyolali. Boyolali dengan prosentase Raskin terbesar, tidak mempunyai Gudang Bulog. Untuk penyalurannya, diambil dari gudang Delanggu dan Karangwuni Klaten karena Klaten mempunyai 3 gudang dengan kapasitas terbesar, sedangkan penyaluran Klaten lebih sedikit dibanding Boyolali. Gudang Kartasura lebih dekat dengan Boyolali, akan tetapi sudah melakukan penyaluran untuk Surakarta. Pemilihan Delanggu dikarenakan gudang ini mempunyai jarak yang lebih dekat dengan titik-titik distribusi di Boyolali daripada gudang Klaten lainnya. Sedangkan Karangwuni dipilih karena mempunyai stok paling besar, sehingga Karangwuni mensuplai Klaten dan Boyolali. Untuk penyaluran di Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo, dimana sering terjadi Local Movement, hanya disuplai dari satu gudang. Hal ini dikarenakan gudang lain bertugas mensuplai kebutuhan Raskin Kabupaten Boyolali terlebih dulu yang memiliki kebutuhan Raskin terbanyak. Berikut adalah realisasi pembagian alokasi masing-masing gudang Bulog ke tiap kabupaten tahun 2005-2006.
Berikut adalah tabel biaya transportasi dari tiap gudang Bulog ke kabupaten tujuan yang telah ditentukan oleh Bulog :
(Sumber: Perum Bulog Sub Divre III Surakarta)
Biaya transport penyaluran beras untuk satu kabupaten adalah sama baik bila disalurkan dari gudang terdekat ataupun gudang yang lebih jauh. Sehingga biaya total transportasi tidak bergantung pada jauh-dekatnya jarak gudang ke titik distribusi tetapi hanya bergantung pada tonase yang disalurkan ke masing-masing Kabupaten. Mempertimbangkan kondisi-kondisi di atas, Perum Bulog Sub Divre III Surakarta memerlukan optimasi jaringan distribusi penyaluran beras sehingga proses distribusi dapat dijalankan seefisien mungkin. Optimasi dengan mempertimbangkan jarak Gudang Bulog ke titik distribusi dan biaya transportasi yang sesuai dengan jarak yang ditempuh dalam penyaluran beras dari gudang Bulog ke titik distribusi. Dengan optimasi jaringan distribusi, diharapkan dapat diperoleh konfigurasi jaringan distribusi yang dapat menghasilkan total biaya logistik distribusi beras yang minimal dan meminimasi terjadinya Local Movement. Hasil dari penelitian ini adalah konfigurasi jaringan distribusi beras yang optimal yaitu jaringan distribusi yang menghasilkan total biaya logistik distribusi beras yang minimal.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Industri
- Daftar Contoh Tesis Perencanaan Wilayah dan Pedesaan
- Daftar Contoh Tesis Informatika
- Daftar Contoh Tesis Sipil
- Daftar Contoh Tesis Campuran
- Daftar Contoh Tesis Elektronika
- Daftar Contoh Tesis Kimia
- Daftar Contoh Tesis Mesin
- Daftar Contoh Tesis Elektro
- Daftar Contoh Tesis Arsitektur
- Daftar Contoh Tesis Lingkungan
Contoh Skripsi
Leave a Reply