Penerapan Metode Studi Waktu Pada Karyawan Dalam Rangka Mencapai Efisiensi Waktu Dan Peningkatan Volume Produksi
ABSTRAKSI
Perkembangan dunia usaha yang semakin maju, membuat maraknya persaingan antar dunia usaha. Untuk itu dituntut pemanfaatan waktu kerja dengan optimal. Salah satu tujuan perusahaan yaitu mencapai proses produksi yang efektif dan efisien dengan harapan dapat menekan biaya produksi sehingga memiliki daya saing yang tinggi di pasaran.
Tenaga kerja merupakan komponen yang penting dalam memproduksi suatu barang yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Dari perbedaan tingkat kecakapan kerja maka perusahaan dituntut untuk dapat menentukan waktu standar sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan produksi perusahaan. Dimana waktu standar ini juga dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi prestasi tenaga kerja ataupun penyimpangan yang berdampak pada pemborosan waktu kerja. Jika penyimpangan terjadi maka realisasi target produksi perusahaan tidak akan tercapai dan perolehan upah karyawan tidak maksimal.
Pada Perusahaan Rokok Asia Malang menghasilkan sebuah rokok yang berkualitas, melibatkan kerja karyawan yang menanganinya. Perlu adanya studi waktu untuk menyelidiki waktu kerja karyawan, karena berguna untuk mengevaluasi waktu normal dan waktu standar dibandingkan dengan realisasi waktu pekerjaan saat ini. Penelitian kerja merupakan usaha untuk mempelajari cara-cara kerja secara ilmiah ditinjau dari segi efisiensi dan ekonomi untuk mencapai perbaikan cara kerja maka digunakan langkah-langkah dalam penelitian kerja dengan menggunakan Metode Studi Waktu. Dimulai dengan menghitung SOT dengan tujuan menghitung waktu rata-rata dari setiap siklus (CT), menghitung NT dengan mengalikan antara CT dan RF, menentukan besarnya allowances yaitu waktu yang dipergunakan oleh pekerja untuk melaksanakan keperluan-keperluan pribadinya, dan terakhir menghitung ST yaitu waktu normal ditambah dengan cadangan-cadangan waktu untuk keperluan pribadi.
Dari hasil analisis dan pengujian langkah-langkah pemecahan masalah maka dapat diketahui Waktu Standar untuk menggiling 1 batang rokok adalah sebesar 5,87 detik dan waktu standar untuk mengepak 1 pak rokok adalah sebesar 20,24 detik. Perhitungan waktu standar yang penulis teliti dapat dijadikan sumbang saran dan bahan acuan untuk merekrut tenaga kerja baru yang akan dipekerjakan di bagian produksi penggilingan dan pengepakan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Perkembangan dunia usaha pada masa sekarang ini semakin maju dengan pesatnya, hal ini merupakan dampak dari majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pesatnya kemajuan komunikasi antar negara dan wilayah lain dibelahan bumi saat ini yang bukan merupakan suatu hambatan lagi. Dengan demikian dituntut dari setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan jaman dengan membekali dirinya dengan pendidikan yang memadai. Individu yang melibatkan dirinya dengan dunia usaha harus mempunyai nilai tambah tersendiri. Apalagi persaingan antar dunia usaha dewasa ini semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berusaha untuk bekerja secara efektif dan efisien agar mampu bersaing dalam dunia usaha untuk mendapatkan konsumen yang potensial.
Semakin banyaknya perusahaan baru yang memproduksi barang sejenis, membuat maraknya persaingan antar perusahaan. Dan setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan barang hasil produksi dengan kualitas yang paling baik, biaya paling rendah, dan pemanfaatan waktu dari mesin yang berproduksi serta tenaga kerja dengan optimal. Tenaga kerja merupakan salah satu komponen yang penting dalam memproduksi suatu barang yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Tingkat kecakapan tenaga kerja juga berbeda -beda menurut jenis kelamin dan usia. Pemanfaatan tenaga kerja yang optimal akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan Rokok Asia Malang menetapkan target produksi berdasarkan permintaan dan pangsa pasar. Untuk merealisasikannya perusahaan mempekerjakan karyawan dengan sistem borongan. Perusahaan merekrut karyawan tanpa memperhitungkan waktu standar yang dapat karyawan lakukan untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Sehingga dengan sejumlah tenaga kerja yang dipekerjakan saat ini, jika perusahaan tidak memenuhi permintaan pasar, perusahaan harus mengadakan kerja lembur untuk memenuhi target produksinya.
Dari penelitian yang penulis lakukan dan amati selama ini di Perusahaan Rokok Asia Malang, karyawan mengerjakan pekerjaannya menurut kemauan dan kemampuan mereka. Waktu bekerja yang disediakan perusahaan 7 jam. Dalam penerapannya diberikan kebebasan kepada karyawan untuk memanfaatkan waktu kerja mereka, untuk menghasilkan produksi rokok yang mereka kerjakan. Karena kerja karyawan bagian produksi penggilingan, hasil produksi dihitung per 1000 batang untuk mendapatkan tingkat upahnya.Dan untuk kerja karyawan bagian pembungkusan, hasil produksi dihitung per bal untuk menghitung tingkat upah karyawan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun tugas akhir ini dengan judul : “Penerapan Metode Studi Waktu Pada Karyawan Dalam Rangka Mencapai Efisiensi Waktu Dan Peningkatan Volume Produksi”.
ABSTRAK
Saat ini pasar semakin kompetitif, kelangsungan suatu bisnis mutlak tergantung dari ada tidaknya perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. Terutama di bidang jasa, service jasa yang ditawarkan membutuhkan penampilan atau kinerja yang baik agar setiap hal yang dilakukan dapat diterima pelanggan dengan puas sesuai dengan harapan pelanggan. Dengan melakukan analisis brand perceived quality (persepsi kualitas merek) perusahaan akan dapat mengetahui harapan dan persepsi pelanggan pada kualitas pelayanan yang diberikan selama ini. Maka tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui brand perceived quality (persepsi kualitas merek) pada pelayanan BPPA (Bengkel Perawatan dan Perbaikan Astra Daihatsu Cabang Solo). Dan setelah mengetahui hasilnya dapat diketahui pula dimensi apa saja yang harus dipertahankan dan perlu ditingkatkan.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah pelanggan Astra International Daihatsu Cabang Solo dengan sampel sebanyak 100 responden. Metode pepengumpulan data yang digunakan dengan menyebar kuesioner yang dibagikan pada pengunjung Astra International Daihatsu Cabang Solo pada tanggal 30 Maret 2009 sampai 8 April 2009. Sedangkan metode pembahasan yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan mengubah data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah dipahami.
Pada pembahasan penelitian ini intinya adalah dengan membandingkan performance (kinerja) perusahaan dengan importance (harapan) pelanggan. Dimensi pengukuran yang digunakan adalah bentuk fisik, kompetensi, keandalan, tanggung jawab, dan empati. Yang kemudian dirangkum pada diagram kartesius yang terbagi atas empat daerah yaitu underact, maintenance, low priority, overact.
Setelah melalui pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa masih ada performance (kinerja) perusahaan yang perlu diperbaiki karena performance (kinerja) tersebut masih berada di bawah importance (harapan) pelanggan. Dan demi meningkatkan dan mengembangkan BPPA (Bengkel Perawatan dan Perbaikan Astra Daihatsu Cabang Solo) perlu adanya evaluasi dan perbaikan dari performance (kinerja) tersebut sehingga perusahaan dapat tetap bertahan ditengah persaingan bisnis yang ketat.
Kata Kunci : Brand Equity
BAB I
PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Dunia yang semakin global menjadi tantangan bagi perusahaan untuk menghadapi persaingan atas kondisi konsumen yang semakin kritis, semakin tidak mudah diprediksi, semakin menuntut, dan tidak mudah puas. Hal tersebut menyebabkan adanya interaksi antara konsumen dengan berbagai produk dan merek perusahaan. Berbagai strategi pemasaran dirancang oleh perusahaan untuk mempengaruhi proses informasi konsumen saat proses pembelian. Misalnya saat ini semakin banyak penjual yang menambah manfaat dan arti psikologi pada merek atau produk untuk menciptakan perbedaan nilai dengan merek lain (Poeiz dalam Ferrinadewi : 2008). Merek yang mampu memasarkan produk dengan tampilan atau pesan yang unik akan memenangkan persaingan. Terutama kekuatan merek yang perlu diperhatikan karena merek merupakan aset perusahaan yang paling bernilai yang dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan hidup perusahaan. Mengingat konsumen saat ini lebih bersifat menuntut. Mereka tidak lagi seperti duluyang menerima semua perlakuan penjual. Bahkan konsumen menginginkan sentuhan personal emosional yang tinggi. Artinya konsumen ingin agar merek dapat mengerti mereka, bukan sebaliknya.
”Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing” (American Marketing Association dalam Rangkuti : 2004). Bagi pemasar, merek mewakili hubungan pemasaran yang tercipta dengan konsumen. Dijelaskan dalam ”Merek merupakan salah satu pilar dalam suatu hubungan jangka panjang antara konsumen dan penjual, disamping itu tujuan merek adalah untuk menciptakan hubungan dengan pelanggan” ( Aaker dan Joachimsthler dalam Ferrinadewi : 2008). Merek yang memiliki muatan emosi akan dicintai oleh konsumen. Merek yang dibentuk suatu perusahaan harus mampu meyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk atau jasa tersebut.
Pemasar perlu mengembangkan cara-cara yang cerdas untuk menciptakan hubungan personal yang lebih mendalam antara merek dan konsumen. Untuk mengetahui respon konsumen terhadap sebuah merek yang berkaitan dengan nilai suatu merek maka perlu adanya Brand Equity (Ekuitas Merek). Brand Equity (Ekuitas Merek) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2001 : 4). Equity atau ekuitas berarti nilai. Setiap keputusan pembelian konsumen didasarkan pada faktor-faktor yang menurut mereka penting, maka semakin banyak faktor yang dinilai penting, merek tersebut dapat dikatakan sebagai merek yang bernilai. Brand Equity (ekuitas merek) terdiri dari 4 kategori yaitu Brand Awareness (kesadaran merek), Brand Perceived Quality (persepsi kualitas merek), Brand Association (asosiasi merek) dan Brand Loyalty (loyalitas merek) (David A.Aaker dalam Rangkuti : 2004).
Diantara keempat kategori dari brand equity diatas akan sangatmenarik membahas tentang brand perceived quality (persepsi kualitas merek), karena mengingat pentingnya penciptaan persepsi dalam benak konsumen bahwa suatu merek produk maupun jasa bukan hanya sekedar nama, simbol tetapi merek produk dan jasa tersebut memiliki kualitas unggul. Persepsi konsumen terhadap kualitas adalah penilaian konsumen secara menyeluruh terhadap kinerja produk atau jasa. Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja produk, kemampuan konsumen untuk melakukan penilaian sangat tergantung pada apakah atribut-atribut intrinsik produk dapat dirasakan, dan dievaluasi pada saat hendak melakukan pembelian (Ferrinadewi, 2008 : 61). Persepsi konsumen terhadap kualitas tidak saja penting dalam tahap pemrosesan informasi namun juga berperan pada paska konsumsi produk yaitu ketika konsumen melakukan evaluasi atas keputusan pembeliannya. Apakah konsumen merasa puas atau sebaliknya, penilaian ini pun tidak lepas dari persepsi mereka. Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2001 : 96). engukurannya akan melibatkan apa yang dianggap penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki persepsi kepentingan yang berbeda dan diukur secara relatif.
Perceived quality juga berlaku untuk jasa layanan yang melibatkan dimensi kualitas jasa seperti waktu tunggu, keramahan petugas, kenyamanan ruangan dan lainnya. Pelanggan merasakan kepuasan yang tinggi jika harapannya jauh lebih rendah dari kinerja atau kenyataan. Dalam service jasa yang ditawarkan dibutuhkan penampilan atau kinerja yang baik agar setiap hal yang dilakukan akan diterima pelanggan dengan puas. Dibidang jasa, dimana seorang penjual harus benar-benar memberikan service kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. Intinya adalah memberikan kepuasan. Dan untuk dapat memberikan kepuasan akan lebih baik apabila perusahaan mengetahui persepsi pelanggan pada kualitas pelayanan yang diberikan selama ini.
PT Astra International Daihatsu Cabang Solo merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak dibidang jasa otomotif yang melayani selling/penjualan mobil keluaran Daihatsu, bengkel yang melayani service dan perbaikan, dan spare-parts (suku cadang). PT Astra International Daihatsu Cabang Solo saat ini juga tengah dihadapkan pada permasalahan yang sama, yaitu ingin mengetahui persepsi kualitas merek dari pelayanan service BPPA (Bengkel Perawatan dan Perbaikan Astra Daihatsu Cabang Solo ) yang diberikan selama ini pada pelanggan setia Daihatsu. Karena pasar kini semakin kompetitif, kelangsungan suatu bisnis mutlak tergantung dari ada tidaknya perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. Dengan melakukan analisis brand perceived quality perusahaan akan dapat mengetahui harapan dan persepsi pelanggan pada kualitas pelayanan di BPPA (Bengkel Perawatan dan Perbaikan Astra Daihatsu Cabang Solo). Sehingga dapat digunakan sebagai masukan perusahaan untuk mempertahankan maupun meningkatkan sistem pelayanan pada pelanggan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui persepsi kualitas pelayanan pada BPPA (Bengkel Perawatan dan Perbaikan Astra Daihatsu Cabang Solo ) maka mencoba menganalisis kegiatan perusahaan dengan judul ”Analisis Brand Perceived Quality pada Pelayanan BPPA (Bengkel Perawatan dan Perbaikan Astra Daihatsu Cabang Solo)”.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Manajemen Administrasi Rumah Sakit
- Daftar Contoh Tesis Manajemen Perusahaan
- Daftar Contoh Tesis Manajemen Perusahaan II
- Daftar Contoh Tesis Manajemen Sumber Daya Manusia
- Daftar Contoh Tesis Manajemen Pemasaran
- Daftar Contoh Tesis Manajemen Pelayanan
Contoh Skripsi
Leave a Reply