BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional, dima-na salah satu tujuannya meningkatkan pendapatan petani guna menjamin kesinambu-ngan pembangunan di Indonesia. Menurut Soekartawi (2003) pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan dan ke-butuhan industri di dalam negeri, meningkatkan eksport, memperluas kesempatan kerja dan mendorong kesempatan berusaha sekaligus untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga diharapkan taraf hidup petani dapat meningkat. Kenyataan yang dihadapi di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan usaha-tani, petani dihadapkan pada beberapa keterbatasan seperti dalam hal pemilikan lahan dan modal. Walaupun demikian di era pembangunan pertanian yang berorientasi agri-bisnis, seorang petani dengan sumber daya yang dimiliki dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai jenis produksi pertanian yang mempunyai nilai ekonomi ting-gi, dengan demikian petani sebagai pengelola usahataninya harus berpikir bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatannya .
Sunaryono (1990) menyatakan bahwa sayur-sayuran merupakan salah satu ko-moditas hortikultura yang telah mendapat prioritas utama untuk ditumbuhkembang-kan pemerintah dalam program intensifikasi tanaman pangan, karena sayuran meru-pakan tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan ke-butuhan manusia sebagai pelengkap makanan pokok serta sumber vitamin dan mine-ral. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, di Indonesia dikembangkan agri-bisnis tanaman hortikultura, dimana keadaan alam dan iklim di Indonesia sangat men-dukung untuk dikembangkan berbagai jenis tanaman hortikultura. Rukmana (1994) menyatakan bahwa bawang merah (Allium ascalonicum) ter-masuk komoditas hortikultura yang tergolong sayuran rempah yang dibutuhkan, selain sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan maka-nan dapat juga digunakan sebagai obat tradisional yang banyak bermanfaat untuk ke-sehatan, antara lain berkasiat untuk anti kanker, demam influensa, menurunkan koles-trol dan lainnya. Bawang merah juga termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia karena selain sudah ratusan tahun lamanya dibudidayakan, juga merupakan salah satu sumber pendapatan petani maupun ekonomi negara.
Semakin berkembangnya industri makanan jadi akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantu, bahan pembantu yang dimaksud disini adalah bawang merah sebagai salah satu bum-bu yang dibutuhkan dalam suatu industri makanan yang membutuhkan bawang merah sebagai pelengkap bumbu masakan. Peningkatan kebutuhan terhadap bawang merah juga didukung oleh tidak adanya bahan pengganti (barang substitusinya), yang di-maksud barang pengganti tersebut yaitu berupa komoditi lain yang sifat dan fungsi-nya sama dengan bawang merah. Dengan demikian keberadaaan bawang merah tentunya akan tetap banyak dibutuhkan.Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu daerah yang terdapat usahatani ba-wang merah, hal ini dapat dilihat dari data luas panen, produksi dan produktivitas ba-wang merah di Kabupaten Nganjuk lima tahun terakhir sebagai berikut :
Tabel 1 menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir produktivitas bawang merah di Kabupaten Nganjuk terjadi fluktuasi yang meningkat dari tahun 2003 sam-pai dengan tahun 2006, dan menurun pada tahun 2007. Fluktuasi produktivitas di Ka-bupaten Nganjuk dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang dipakai oleh petani dalam proses produksi. Apabila penggunaan faktor-faktor produksi dila-kukan dengan kombinasi yang tepat maka produktivitas bawang merah dapat mening-kat. Oleh karena itu petani diharapkan dapat mengalokasikan penggunaan faktor-faktor produksi dengan tepat sehingga dapat meningkatkan produktivitas bawang merah. Dari data diatas diperoleh rata-rata produktivitas bawang merah di Kabupaten Nganjuk sebesar 122,09kw/Ha, produktivitas bawang merah di Kabupaten Nganjuk sudah tergolong tinggi karena menurut Warsitodo dan Soedijanto (1982) untuk 1 Ha pertanaman bawang merah akan menghasilkan 100-120 kw (rata-rata 10-15 kali berat bibit bawang merah).
Contoh Tesis
Contoh Skripsi
Leave a Reply