Latar Belakang Masalah Pembelajaran Kimia dengan Metode SSCS dan Proyek
Metode pembelajaran yang akan dicoba untuk digunakan adalah metode Search Solve Create and Share (SSCS) yaitu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.
Menurut (Pizzini: 1996) metode SSCS pada tahap pembelajarannya melalui beberapa tahap yaitu tahap Search pada tahap ini siswa mengidentifikasi serta mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki, kemudian siswa menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalam permasalahan ke konsepkonsep sains yang relevan, masalah diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa, berdasarkan skema konseptual siswa.
Tahap Solve pada tahap ini kegiatan berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan siswa menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban.
Tahap Create siswa diharuskan menghasilkan suatu produk yang terkait dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan memodifikasi.
Pada Tahap Share siswa pengembangan suatu produk inovatif dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh dari mulai tahap search sampai ke tahap solve ke siswa lainnya. Pembelajaran menggunakan metode ini dirasa cocok diterapkan pada materi elektrolisis yang banyak menggabungkan konsep-konsep pembelajaran sebelumnya yaitu konsep reaksi redoks, sel volta, konsep mol, stoikiometri dan sebagainya melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Selain itu juga akan diterapkan metode pembelajaran Project-based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek).
Metode Proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi (Ratna Willis, 1989: 153).
Pembelajaran berbasis masalah metode Proyek adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu. Melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas bermakna yang lain. Memberi kesempatan bekerja siswa secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Pembelajaran pada materi elektrolisis banyak melibatkan kegiatan-kegiatan yang kompleks, seperti persamaan reaksi redoks, hitungan matematis dari hukum Faraday dan pengamatan praktikum di laboratorium.
Metode Proyek menuntut agar siswa banyak melibatkan penggunaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan praktikum elektrolisis, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan memadukan teori-teori dari berbagai bidang ilmu seperti juga matematika yang digunakan dalam pemecahan masalah materi elektrolisis penyelesaian masalah dilakukan secara mandiri oleh siswa bersama kelompoknya.
Rumusan Masalah
- Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi elektrolisis?
- Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis?
- Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis?
Tinjauan Pustaka
-
Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS)
Metode SSCS adalah metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.
-
Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek.
Pembelajaran berbasis masalah proyek adalah strategi pembelajaran yang menunjukkan bahwa siswa mengalami dan belajar atas konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam.
-
Pengertian Kreativitas
Menurut Torrance (1988 dalam Munandar 2009: 27), kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya
-
Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk
bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 – April 2012. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, XII IPA1 dan XII IPA3. Kelas XII IPA1 diberi pembelajaran dengan metode SSCS dan kelas XII IPA3 diberi pembelajaran dengan metode Proyek.
Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, tes kreativitas verbal, angket untuk sikap ilmiah dan prestasi afektif serta lembar observasi untuk psikomotor siswa.
Hipotesis diuji menggunakan ANOVA dengan desain factorial 2x2x2 sel tak sama dengan bantuan software PASW versi 18
Simpulan
- Hasil penelitian ini memberikan hasil data bahwa ada perbedaan secara signifikan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode SSCS dan metode Proyek pada pembelajaran materi elektrolisis. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Proyek. Penerapan metode SSCS dan Proyek keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan mengkonstruk pengetahuan secara bersama, namun penerapan metode Proyek ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi.
- Pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah saat proses pembelajaran memberikan perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya untuk pembelajaran materi elektrolisis, tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor. Kreativitas merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kreativitas sangat terkait dengan aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Eksperimen pada materi elektrolisis merangsang siswa yang kreatif untuk melakukan inovasi dalam bereksperimen sehingga kreativitas sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya.
- Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah tidak memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda secara signifikan terhadap aspek kognitif dan afektif, tetapi ada perbedaan secara signifikansi terhadap aspek psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis. Hal ini karena sikap ilmiah berakibat langsung terhadap ketrampilan siswa saat melakukan eksperimen.Sikap ilmiah merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Leave a Reply