Judul Tesis : Pembelajaran Metode Eksperimen dan Inkuiri Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan dalam Menggunakan Alat Ukur
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum pendidikan di SMA Negeri 2 Pati sangat padat, ini sering menjadi kendala para guru untuk mengembangkan metode pembelajaran atau metode mengajar yang sesuai. Guru lebih cenderung menekankan bagaimana untuk menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu dari pada menerapkan metode pembelajaran yang inovatif yang banyak menyita waktu dan tenaga sehingga hasil yang dicapai tidak bisa optimal. inilah alasan guru menerapkan model pembelajaran konvensional ceramah, karena disamping tidak merepotkan guru, juga dapat menyelesaikan beban materi dengan waktu terbatas.
Disinilah keputusasaan dan keputusan para guru untuk memilih metode konvensional (ceramah) yang dianggap dapat menyelesaikan dan memecahkan problemmatika beban kurikulum. Sekarang nampaknya mulai berubah setelah dikeluarkan UU pemerintah tentang sistim pendidikan nasional tentang kurikulum tingkat satuan Pendidikan(KTSP). kurikulum ini menuntut diterapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dan siswa harus lebih aktif.
B. Perumusan Masalah
- Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode eksperimen dan metode inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar Fisika?
- Apakah ada pengaruh tingkat sikap ilmiah terhadap prestasi belajar Fisika?
- Apakah ada pengaruh tingkat kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi belajar Fisika?
C. Kajian Teori
Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996), yang dimaksud metode eksperimen adalah “Cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajari.” Sedang menurut Roestiyah N.K (2001) metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai “salah satu mengajar cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru”.
Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Beberapa difinisi tentang pembelajar penemuan dikemukakan oleh:
- inquiry is a process that students can learn and experience as they solve problems through reflective thinking (inkuiri adalah suatu proses siswa dapat belajar dan mengalami ketika mereka memecahkan masalah melalui berfikir reflektif). (Kindsvattesr R, Williem W dan Margaret ishler, 1996:258-59);
- Metode penemuan disebut sebagai metode induktif, metode induktif dimulai dengan memberikan berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Siswa dibimbing untuk menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar yang dipelajarinya. (Atwi Suparman ,1997:198);
- Inkuiri dirumuskan sebagai proses belajar yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk aktif menguji dan menafsirkan problem secara sainstifik yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian. (Noehi Nasution, 1992: 118).
Sikap Ilmiah
Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah sikap ilmiah yang dikenal dengan Scientific Attitude Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Herlen dalam Karim (2002:14), mengandung dua makna, yaitu: sikap terhadap IPA (attitue to science) dan sikap yang melekat setelah mempelajari IPA (attitude of science). Sikap ilmiah menurut Prabowo (1992:30) yaitu kebiasaan berfikir kritis dalam menanggapi fenomena alam dengan menggunakan metode ilmiah.
Kemampuan dalam Menggunakan Alat Ukur
Menurut Reber (1988) dalam Muhibin Syah (2006: 121), “menyatakan bahwa ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu”. Dengan demikian ketrampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga mempunyai fungsi mental yang bersifat kognitif penuh kesadaran yang tinggi dan teliti.
D. Metodelogi Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2008 sampai bulan Mei 2009 di SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2008/2009.
Populasi penelitian terdiri 9 kelas diambil dua kelas eksperimen dengan teknik cluster random sampling.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, sebagai variabel bebasnya adalah metode pembelajaran yaitu metode eksperimen dan metode inkuiri terbimbing, untuk variabel moderatornya adalah sikap ilmiah dan kemampuan dalam mengguakan alat ukur, serta untuk variabel terikatnya adalah prestasi belajar.
Analisis data menggunakan analisis varians (ANAVA) 3 jalan dengan desain faktorial 2x2x2.
E. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar Fisika pada aspek kognitif siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dengan eksperimen. Siswa yang mendapat pembelajaran dengan melalui metode inkuiri terbimbing memperoleh prestasi belajar pada aspek kognitif lebih tinggi dibanding siswa yang mendapat pembelajaran dengan melalui metode eksperimen. Hal ini dikarenakan;
- pembelajaran melalui inkuiri terbimbing siswa lebih terarah dan terstuktur dalam melakukan percobaan yang dipandu oleh lembar kegiatan siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengambil kesimpulan yang dibimbing oleh guru
- proses pembelajaran memberi keleluasaan pada siswa untuk melakukan percobaan dan mengeluarkan pendapat sendiri dalam rangka untuk mendapatkan konsep suhu dan kalor
- pembelajaran lebih bermakna dalam menemukan konsep.
2. Sikap Ilmiah Siswa memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar atau ada perbedaan antara Sikap Ilmiah Siswa Rendah dan Tinggi terhadap prestasi belajar. Dari rerata data tersebut dapat dilihat bahwa, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi punya kecenderungan antara lain:
- Jujur
- Terbuka
- Toleran dalam belajar menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain
- Kreatif: Hal inilah yang menyebabkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi akan lebih baik dari pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah
3. Ketrampilan penggunaan alat ukur tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar atau tidak ada perbedaan antara ketrampilan alat rendah dan tinggi terhadap prestasi belajar. Dalam melakukan percobaan secara kelompok, dan waktu percobaan terbatas sehingga tidak setiap siswa terlibat menggunakan alat ukur atau terlibat melakukan kegitan (percobaan). Sehingga siswa yang mempunyai ketrampilan menggunakan alat ukur tinggi belum tentu ikut terlibat menggunakan alat ukur untuk melakukan percobaan. Hal inilah yang menyebabkan sehingga siswa yang mempunyai ketrampilan menggunakan alat ukur tinggi dan rendah tidak ada pengaruhnya.
Leave a Reply