ABSTRAK
Peringkat obligasi merupakan guide bagi para pemodal yang berminat membeli obligasi karena peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan, skala ini menunjukan seberapa aman suatu obligasi bagi si pemodal. Keamanan ini ditunjukan oleh kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Agen pemeringkat dalam menentukan pemeringkat suatu obligasi dipengaruhi oleh beberapa kriteria diantaranya rasio keuangan, mortage provision, sinkin fund, dan maturity. Beberapa literatur menyatakan pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh pemeringkat tidak selalu akurat
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh tambahan bukti empiris mengenai kemampuan rasio keuangan dalam membentuk model yang digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Data yang digunakan berupa rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitailitas, dan produktivitas ).
Populasi dalam penelitian ini adalah data dan informasi keuangan perusahaan manufaktur yang obligasinya terdaftar pada agen pemeringkat PT. KASNIC Credit Rating dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dengan metode random sampling diperoleh sampel sebanyak 13 perusahaan manufaktur dan menghasilakan 52 observasi sejak tahun 2004 sampai dengan 2005. penentuan
populasi sasaran berdasarkan kriteria obligasi yang mendapatkan kasifikasi invesment grade (yang memiliki rengking BBB, A, AA, dan AAA) dan noninvesment grade (D, CCC, B, dan BB) dari agen pemeringkat PT. KASNIC Credit Rating. Adapun populasi tersebut berjumlah 52 unit, yaitu klasifikasi invesment grade 40 unit dan non-invesment grade 12 unit.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji Independent Sample t Test menunjukan dari kelima rasio keuangan, kelima rasio keuangan tersebut berbeda secara signifikan antara perusahaan yang peringkatnya masuk invesment grade dan non-invesment grade. MDA (Multiple Diskriminan Analysis) secara statistik menunjukan bukti bahwa rasio keuangan yang diajukan yaitu: leverage dengan proxy Long Term Liabilities/ Total Asset, likuiditas (Current Asset/ Current Liabilities), solvabilitas (Cash Flow from Operating/ Total Liabilities), profitailitas (Operating Income/ Sales), dan produktivitas (Sales/ Total Asset). Dari kelima rasio keuangan tersebut 4 diantaranya, yaitu leverage, solvabilitas, profitailitas, dan produktivitas mempunyai kemampuan dalam membentuk model prediksi peringkat obligasi. Model prediksi yang terbentuk mempunyai tingkat ketepatan mencapai 96,2 % dalam memprediksi peringkat obligasi.
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan tersebut berbeda secara signifikan antara perusahaan yang rating obligasinya masuk invesment grade dan non-invesment grade. Rasio keuangan tersebut juga dapat digunakan sebagai model prediksi obligasi khusus perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia. Para emiten hendaknua memperbaiki atau meningkatkan kinerja keuanganya agar dapat meningkatkan kinerja keuanganya. Para emiten yang ingin menginfestasikan dananya hendaknya memperhatikan rating perusahaan yang akan menjadi tempat untuk berinvestasi, karena peringkat yang baik menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Akuntansi
- Daftar Contoh Tesis Akuntansi Perpajakan
- Daftar Contoh Tesis Akuntansi Perusahaan
Contoh Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan. Pasar modal merupakan salah satu perantara untuk menghubungkan pihak-pihak yang kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana (unit defisit). Bagi unit surplus (investor), kegiatan tersebut merupakan investasi yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan dirinya. Salah satu instrumen dari pasar modal tersebut adalah obligasi. Obligasi merupakan surat tanda hutang dari emiten yang menerbitkan obligasi tersebut, yang berarti bahwa emiten mengakui berhutang kepada pembeli atau pemilik obligasi tersebut (Harianto dan Sudomo,1998 dalam Simposium Akuntansi 2004 : 1103 ).
Seorang pemodal yang tertarik untuk membeli obligasi tentunya harus memperhatikan credit rating atau peringkat obligasi (bond rating). Bond rating merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman obligasi bagi si pemodal. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Penentuan tingkat skala tersebut memperhitungkan peringkat obligasi. Pemodal bisa menggunakan jasa credit rating agency yang memberikan jasa penilaiaan terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai obligasi. Di Indonesia, lembaga rating seperti ini dilakukan oleh PT KASNIC Credit Rating. Para pemodal lebih memberikan perhatian kepada obligasi yang mendapatkan peringkat non-investment grade atau sering disebut sebagai obligasi yang high-yield, low grade atau junk debt (Foster, 1986 dalam Simposium Akuntansi 2004 : 1103).
Ratings merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan pengutang dan kemungkinan yang akan dilakukan, sehubungkan dengan hutang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa ratings merupakan ukuran risiko default, yaitu: peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya (Foster, 1998 dalam Nurkhasanah 2003 : 2). Peringkat ini sangat berguna sekali untuk calon investor yang akan menanamkan modalnya dalam bentuk obligasi, sehingga investor setidak-tidaknya akan mengetahui return yang akan diperoleh beserta risiko yang harus ditanggungnya. Beberapa literatur menyatakan pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkat tidak selalu akurat. Menurut Chan dan Jegadeesh (1999 dalam Sari 2004: 3), salah satu alasan mengapa pemeringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen Moody’s dan S&P’s tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan dari hari ke hari. Sedangkan menurut Kerwer (1999 dalam Sari 2003: 3), setelah proses penetapan peringkat yang dilakukan oleh agen dan ternyata hasilnya tersebut tidak disetujui oleh pihak eksekutif perusahaan, maka pihak eksekutif perusahaan tersebut menyediakan informasi tambahan untuk dapat meminta agen agar merevisi kembali keputusan pemeringkatan semula.
Beberapa pernyataan tersebut di atas memunculkan pertanyaan apakah pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkatan obligasi di Indonesia sudah tepat dan akurat. Menurut Bringham dan Davies (2002 dalam Purnomo 2003: 2) agen pemeringkat dalam menentukan pemeringkat suatu obligasi dipengaruhi oleh beberapa kriteria diantaranya berbagai rasio keuangan, mortgage provision, sinkin fund, maturity. Agen pemeringkatan tidak menyebutkan lebih lanjut bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat obligasi. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemeringkatan obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Analisis laporan keuangan yang berupa analisa rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat dipergunakan untuk mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas (Kaplan dan Urwitz, 1979 dalam Purnomo 2003: 3).
Sejumlah penelitian yang meneliti prediksi peringkat obligasi berhasil dikumpulkan, namun penelitian serupa dengan mengambil kondisi pasar modal Indonesia sulit ditemukan, hal ini disebabkan perkembangan obligasi yang lamban jika dibandingkan dengan saham hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya penelitian-penelitian mengenai saham. Pemilihan variabel yang diduga dapat mempengaruhi peringkat obligasi mengacu pada beberapa model penelitian terdahulu. Beberapa penelitian tersebut menggunakan faktor akuntansi yaitu rasio keuangan diantaranya: Nurhasanah (2003); Kesumawati (2003); Sari (2004) dan Purnomo (2005) Hasil prediksi peringkat obligasi dengan menggunakan rasio keuangan ditemukan berbeda-beda.
Leave a Reply