BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri sepatu merupakan salah satu jenis usaha yang tidak pernah mati perkembangannya karena kebutuhan sepatu dari waktu ke waktu tidak pernah berhenti. Sebagian orang berpendapat bahwa sepatu tidak hanya sebagai pembungkus yang berguna untuk melindungi kaki dari pengaruh faktor lingkungan tetapi sepatu juga merupakan aksesoris penting untuk menjamin kesempurnaan penampilan seseorang. Sepatu merupakan suatu alas kaki (footwear) yang biasanya terdiri dari hak, kap, sol dan tali. Pengelompokkan sepatu biasanya dilakukan berdasarkan fungsi seperti sepatu santai (kausal), sepatu dansa, sepatu olahraga dan sepatu resmi (pesta, sepatu kerja). Di Kabupaten Magetan khususnya, tercatat menjadi salah satu pusat industri sepatu kulit di Jawa Timur. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian Kabupaten Magetan menunjukkan bahwa lebih dari separuh ekonomi didukung oleh UKM yaitu sebesar 50.3 %. Namun demikian, UKM masih memiliki permasalahan yang harus diperhatikan dan ditangani seperti masalah pemodalan, Sumber Daya Manusia (SDM), pemasaran dan kualitas. Sebagian besar pihak pengusaha kecil hanya memandang masalah pemodalan, SDM, pemasaran sebagai penghambat terbesar dalam usaha mereka. Pada umumnya mereka kurang memperhatikan kualitas (mutu) produk yang dihasilkan.
Kualitas suatu produk merupakan salah satu alat untuk mencapai keunggulan yang kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemilihan produk yang dapat memuaskan konsumen. Produk yang berkualitas akan memberikan kepuasan sehingga kepercayaan konsumen untuk menggunakan produk tersebut menjadi lebih besar. Jaminan kualitas yang efektif dapat menghasilkan kenaikan penetrasi pasar dan produktivitas usaha yang lebih tinggi. Salah satu produsen sepatu kulit di Kabupaten Magetan adalah UD. Roxsy yang beralamat di Jalan Gitadini no 24 RT 03 /RW 06, Sukowinangun, Magetan. Produk yang dihasilkan dari UD. Roxsy antara lain: sepatu, sandal, dompet dan ikat pinggang. Namun produk unggulan yang dihasilkan adalah sepatu kulit. Permasalahan yang muncul dari UD. Roxsy ini adalah tingkat penjualan sepatu kulit saat ini menurun yang disebabkan oleh banyaknya industri sepatu kulit di Magetan. Hal ini dibuktikan bahwa data produksi tahun 2005 jumlah produksi sebanyak 6192 pasang per tahun, tahun 2006 jumlah produksi menurun 4.65 % menjadi 5904 pasang per tahun dan tahun 2007 jumlah produksi juga menurun 2.44 % menjadi 5760.
Berdasarkan wawancara dengan pemilik UD. Roxsy, konsumen saat ini mayoritas adalah guru dan pegawai kantor. Hal ini dibuktikan bahwa menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 persentase Guru dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di wilayah Kabupaten Magetan sebanyak 31.15 %, Swasta 20.16 %, TNI/ Polri 6.86 %, dan lain-lain 41.83 %. Guru dan pegawai kantor merupakan pasar yang berpotensial untuk penjualan sepatu kulit, karena mereka pada umumnya menggunakan sepatu kulit dalam melakukan aktifitas. Guru dan pegawai kantor lebih memilih menggunakan sepatu kulit agar tampil secara resmi/ formal. Pada umumnya produk dan fungsi yang sama akan menjadi pesaing satu sama lain. Sehingga diperlukan suatu strategi bisnis yang mengarah pada pengembangan produk. Saat ini kondisi UD. Roxsy belum fokus pada guru & pegawai kantor, sehingga dalam perkembangannya masih muncul komplin/ ketidakpuasan guru dan pegawai kantor terhadap sepatu kulit yang dianggap kurang sesuai dengan selera mereka. Salah satu komplin/ ketidakpuasan guru dan pegawai kantor adalah tingkat kekuatan sepatu kulit yang dirasakan saat ini kurang bagi guru dan pegawai kantor. Hal ini dibuktikan bahwa kulit pada sepatu pecah-pecah jika terkena sinar matahari, lem kurang kuat, jahitan kurang kuat dan bagian tumit sering lecet akibat kulit sepatu kaku.
Terkait dengan hal di atas maka penelitian ini bertujuan untuk membantu UD. Roxsy pada pemilihan bahan dalam pembuatan sepatu kulit untuk guru dan pegawai kantor dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode ini merupakan suatu metode perencanaan yang terstruktur yang digunakan untuk membantu tim & mengontrol semua elemen-elemen dalam merancang & menghasilkan produk (Doug Daetz, 1995). QFD terdiri dari 4 tahap yaitu tahap I product planning, tahap II design planning, tahap III process planning dan tahap IV production planning. Pada perkembangan nantinya diharapkan produk baru yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan guru dan pegawai kantor guru dan pegawai kantor sehingga dapat meningkatkan nilai penjualan.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Akuntansi
- Daftar Contoh Tesis Akuntansi Perpajakan
- Daftar Contoh Tesis Akuntansi Perusahaan
Contoh Skripsi
Leave a Reply