ABSTRAK
Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antar daerah sering kali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan yang cepat, sementara beberapa daerah mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama, ini disebabkan oleh kurangnya sumber-sumber yang dimiliki. Di samping itu, banyak investor dan penanam modal yang lebih ingin menanamkan modalnya pada suatu daerah yang telah terpenuhi fasilitasnya, karena dengan berbagai pertimbangan. Selain itu, proses pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru yang difokuskan pada industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap cara yang paling tepat dan efektif dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi dengan harapan dapat menciptakan trickle down effects. Ternyata, sejarah menunjukkan bahwa efek “cucuran kebawah” tersebut tidak terjadi atau prosesnya lambat.
Sebagai hasilnya, pesatnya pembangunan selama seperempat abad terakhir (sebelum terjadi krisis) ternyata masih meninggalkan dominasi pusat-pusat pertumbuhan yang telah ada selama ini, terutama Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek). Untuk mengukur tingkat kesenjangan pendapatan regional terdapat berbagai macam alat analisis, tetapi penulis memilih indeks kesenjangan entropy Theil dikarenakan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan indeks kesenjangan lainnya. Dengan menggunakan data PDRB per kapita dan jumlah penduduk per kabupaten se-Jawa selama periode tahun 1998-2001, sebagai hasilnya menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan antar propinsi menyumbang rata-rata lebih dari 99% selama periode pengamatan dibanding kesenjangan pen\dapatan dalam propinsi. Hasil tersebut mempunyai arti bahwa kesenjangan pendapatan antar propinsi di Jawa sangatlah timpang, dan kesenjangan antar kabupaten/kota dalam propinsi memiliki kesenjangan yang lebih kecil. Selain indeks kesenjangan entropy Theil dalam penelitian ini juga digunakan hipotesis Kuznets dan korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan PDRB dan tingkat kesenjangan regional di Jawa. Dengan menggunakan data per propinsi selama periode pengamatan, didapatkan hasil korelasi Pearson tidak signifikan yang berarti juga bahwa tidak terdapat korelasi antara pertumbuhan PDRB dan tingkat kesenjangan regional. Sedangkan berdasarkan hipotesis Kuznets yang menggambarkan hubungan antara tingkat kesenjangan pendapatan regional dengan pertumbuhan PDRB yang berbentuk U terbalik juga tidak berlaku di Jawa.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Ilmu Ekonomi
- Daftar Contoh Tesis Ekonomika Pembangunan
- Daftar Contoh Tesis Ilmu-Ilmu Sosial
Contoh Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum, pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2004: 110). Tujuan utama pembangunan ekonomi ini, selain untuk menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Kondisi ini, menghadapkan kepada pemerintah daerah untuk lebih bijak dalam menerapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik lokal (daerah) secara tepat. Sebab, perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi terhadap corak pembangunan yang akan diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya (Arsyad, 1999).
Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antar daerah sering kali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan yang cepat, sementara beberapa daerah mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama, ini disebabkan oleh kurangnya sumber-sumber yang di miliki. Di samping itu, banyak investor dan penanam modal yang lebih ingin menanamkan modalnya pada suatu daerah yang telah terpenuhi fasilitasnya, karena dengan berbagai pertimbangan, termasuk dalam menunjang kemudahan usahanya. Sehingga, bagi daerah-daerah yang belum terjangkau fasilitas-fasilitas tersebut dimungkinkan akan relatif lebih tertinggal. Alhasil, akan menyebabkan kesenjangan antar daerah yang semakin besar, yang akan berdampak pula terhadap tingkat pendapatan antar daerah tersebut.
Selain itu, tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru adalah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besarlah cara yang pada saat itu di anggap paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi. Dengan kepercayaan yang penuh bahwa akan ada efek “cucuran kebawah”, pada awalnya pemerintahan pada masa itu memusatkan pembangunan hanya di sektor-sektor tertentu yang secara potensial dapat menyumbangkan nilai tambah yang besar dalam waktu yang tidak panjang, dan hanya di Jawa atau Jakarta pada khususnya, karena pada saat itu semua kreteria itu ada pada daerah ini. Akan tetapi, sejarah menunjukkan bahwa efek “cucuran kebawah” tersebut tidak terjadi atau prosesnya lambat (Tambunan, 2003: 177). Sebagai hasilnya, pesatnya pembangunan selama seperempat abad terakhir (sebelum terjadi krisis) ternyata masih meninggalkan dominasi pusat-pusat pertumbuhan yang telah ada selama ini, terutama Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek) (Basri, 2002: 169).
Pesatnya perekonomian daerah-daerah ini tidak lepas dari kontribusi sektor industri pengolahan dalam menopang lebih dari 50% kegiatan ekonomi setiap daerah per tahunnya (Kompas, 2001). Kegiatan ekonomi yang menyita lebih dari 50% potensi ekonomi daerah setempat, akan memberikan peran yang tidak sedikit dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah (Kompas, 2001) dalam wilayah Jabotabek. Kondisi ini, jika berlangsung terus-menerus akan berakibat pada terjadinya perbedaan tingkat pembangunan yang akan membawa dampak kepada perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah, yang pada akhirnya menyebabkan kesenjangan antar daerah semakin besar (Kuncoro, 2004: 128). Ini semua mengindikasikan bahwa jika dilihat indikator PDRB kondisi kesenjangan ini sudah sedemikian parah.
Salah satu indikator yang digunakan dalam melihat tingkat pertumbuhan ekonomi adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tingkat pertumbuhan PDRB antar propinsi di Jawa berdasarkan atas harga konstan 1993 selama periode 1998-2001, menunjukkan bahwa pada awal tahun 1998 atau setelah adanya krisis, tingkat pertumbuhan PDRB di Jawa mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar -12,20%. Sebagai dampak awal krisis ekonomi, pertumbuhan negatif ini juga berlaku bagi semua propinsi yang ada di Jawa.
Propinsi Jawa Barat adalah propinsi yang mengalami perumbuhan negatif paling tinggi yaitu sebesar -17,57% dan Propinsi DI Yogyakarta adalah propinsi dengan pertumbuhan negatif yang paling rendah, sebesar -11,18%. Walaupun demikian, pada tahun 2001 perekonomian Pulau Jawa mengalami pertumbuhan positif yaitu sebesar 3,69%, dengan pertumbuhan rata-rata di kelima propinsi yaitu sebesar 3,49%.
Pada tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa dampak krisis ekonomi ini lebih besar melanda pada propinsi yang relatif lebih maju perekonomiannya, seperti: Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat, dan Propinsi Jawa Timur. Dimana, maju pesatnya perekonomian sangat mempengaruhi tingkat pembangunan pada suatu daerah. Perbedaan tingkat pembangunan akan membawa dampak kepada perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah yang pada akhirnya menyebabkan kesenjangan pendapatan regional antar daerah semakin besar. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat topik dalam penelitian ini dengan judul “Analisis Kesenjangan Pendapatan Regional di Jawa Periode Tahun 1998-2001“.
Leave a Reply