HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Efisiensi Dan Strategi Pemasaran

Contoh Tesis – Analisis Efisiensi Dan Strategi Pemasaran Komoditi Buah Lokal Di Kabupaten Bogor

efisiensi dan strategi pemasran

 

 A. Latar Belakang

Kabupaten Bogor merupakan wilayah agraris yang 60 % penduduknya bekerja di sektor pertanian, tetapi sumber pendapatan penduduknya justru bersumber dari sektor lain. Hal ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi para petani khususnya masalah pemasaran komoditi pertanian termasuk buah-buahan. Petani masih melakukan sistem pemasaran tradisional yang tidak terpadu, ada ketimpangan peranan antara petani dengan pelaku pasar lainnya. Petani masih sulit melepaskan diri dari keterkaitannya dengan para pedagang pengumpul dan juga seringkali menjadi pihak yang hanya memperoleh bagian sangat kecil dalam sistem pemasaran. Permasalahan tersebut berkaitan dengan efisiensi dan sistem pemasaran komoditi buah lokal, oleh karena itu diperlukan suatu kajian tentang commit to user

efisiensi pemasaran serta perumusan strategi untuk perbaikan efisiensi pemasaran buah lokal.Penelitian ini berfokus pada tiga komoditi buah lokal yaitu manggis, jambu biji, dan belimbing dengan pertimbangan ketiganya memiliki nilai LQ (Location Quotient) lebih dari satu (Rusmana 2007 : 3). Khusus manggis telah merambah pasar ekspor sehingga menarik untuk dikaji, sedangkan jambu biji dan belimbing berproduksi sepanjang tahun. Ketiganya memiliki kandungan gizi serta khasiat yang tinggi bagi kesehatan tubuh. Keistimewaan manggis adalah memiliki kandungan zat xanthone yang merupakan jenis antioksidan “super” berfungsi untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Manggis juga kaya vitamin dan serat. Jambu biji merupakan sumber vitamin A, B-tiamina (B1), riboflavin (B2), vitamin C dan mineral yang tinggi. Buah belimbing memiliki keistimewaan mengandung vitamin A dan C yang merupakan antioksidan yang ampuh melawan radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuh. Belimbing manis juga kaya pektin yang mampu menjerat kolesterol, mencegah hepatitis, dan asam empedu yang terdapat dalam usus dan membantu pembuangannya.

BRumusan Masalah

Pemasaran buah segar baik buah lokal maupun impor yang menempati pasar tradisional, swalayan dan toko buah telah berkembang terutama di kota-kota besar termasuk wilayah Bogor. Dari sisi konsumen, fenomena yang sering terjadi adalah kebanyakan masyarakat lebih sering mengkonsumsi buah impor dibanding buah lokal. Masuknya buah impor tidak terlepas dari kemampuannya dalam membentuk citra sebagai buah yang bermutu, mudah diperoleh, berpenampilan

menarik serta mampu menunjukkan status sosial pembelinya. Dari sisi produsen, produk pertanian termasuk buah memiliki ciri homogen dan bersifat masal artinya banyak produsen yang mengusahakan produk yang sama sehingga secara individu produsen tidak dapat mempengaruhi harga di pasar atau hanya sebagai price taker. Rantai pasar yang panjang juga menyebabkan harga tidak kompetitif di tingkat konsumen. Kondisi perbuahan lokal yang demikian dibarengi dengan gencarnya peredaran buah impor dengan tawaran yang menarik membuat konsumen lebih tertarik untuk mengkonsumsi buah impor.

Fenomena yang ada akan dibuktikan dalam penelitian yang membahas masalah efisiensi sistem pemasaran komoditi buah lokal di Kabupaten Bogor.

Langkah berikutnya adalah merumuskan alternatif strategi untuk meningkatkan

efisiensi pemasaran buah lokal.

Dengan demikian dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja pasar yang ada pada pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor ?
  2. Bagaimana efisiensi sistem pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor ?
  3. Alternatif strategi apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sistem pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor ?

 

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

  1. Menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja pasar komoditi buah lokal di Kabupaten Bogor.
  2. Mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor.
  3. Memberikan alternatif strategi untuk meningkatkan efisiensi pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor.

 D. Kesimpulan

 

  1. Sistem pemasaran manggis di Kabupaten Bogor terdiri dari lima saluran dan saluran yang paling efisien adalah saluran lima (petani-koperasi-pedagang pengecer-konsumen lokal) karena hanya melibatkan lembaga koperasi dan pedagang pengecer dengan total marjin 33,33 % dan farmer’s share 66,67 %.
  2. Sistem pemasaran jambu biji di Kabupaten Bogor terdiri dari tiga saluran dan saluran yang paling efisien adalah saluran dua (petani-pedagang pengumpul-pedagang besar-pedagang pengecer II-konsumen non lokal) karena petani mendapatkan harga yang lebih tinggi dibanding saluran lain dengan total marjin 64,29 % dan farmer’s share 35,71 %.
  3. Sistem pemasaran belimbing di Kabupaten Bogor terdiri dari tiga saluran dan saluran yang paling efisien adalah saluran dua (petani-pedagang pengecer-konsumen) karena hanya melalui satu lembaga yaitu pedagang pengecer dengan total marjin 37,5% dan farmer’s share 62,5 %.
  4. Struktur pasar buah lokal pada tingkat petani dan pedagang pengumpul umumnya mengarah oligopsoni. Struktur pasar pada tingkat pedagang besar, pemasok dan eksportir umumnya mengarah oligopoli. Struktur pasar pada tingkat pedagang pengecer dan swalayan umumnya mendekati pasar persaingan sempurna (persaingan monopolistik) dimana setiap lembaga pengecer memiliki kekhasan kualitas produk yg berbeda menurut preferensi selera konsumen.
  5. Pemasaran buah lokal meliputi tiga kegiatan ; (1) pengumpulan (konsentrasi) yaitu produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah lebih besar, (2) pengimbangan (equalisasi) merupakan tindakan-tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas, (3) penyebaran (dispersi) yaitu produk yang telah terkumpul disebarkan kepada konsumen, maka perilaku yang terjadi adalah lembaga pemasaran yang jumlahnya relatif sedikit dan melakukan banyak fungsi akan memiliki kekuatan monopsoni/oligopsoni dan lebih berperan dalam menentukan harga produk. Perilaku petani hingga saat ini masih terbentur pada aspek permodalan, sehingga pada umumnya petani mengandalkan perolehan modal dari pedagang pengumpul yang didukung pedagang besar di atasnya. 6. Efisiensi pasar dilihat dari marjin pemasaran dan farmer’s share menunjukkan marjin pemasaran buah lokal menyebar tidak merata. Marjin komoditas manggis antara 33,33 % sampai 81,58 % dengan farmer’s share antara 18,42 % sampai 66,67%. Marjin komoditas jambu biji antara 64,29 % sampai 75 % dengan farmer’s share antara 25 % sampai 35,71 %. Marjin komoditas belimbing antara 37,5 % sampai 60 % dengan farmer’s share antara 40 % sampai 62,5 %. Saluran dengan marjin besar dan farmer’s share kecil disebabkan karena tujuan pasarnya yaitu manggis tujuan ekspor, jambu biji tujuan pabrik pengolahan, dan belimbing tujuan swalayan sehingga memerlukan biaya pemasaran tinggi.
  6. Efisiensi pasar dilihat dari integrasi pasar pada ketiga komoditi buah lokal diketahui bahwa variabel harga buah bulan lalu di pasar lokal (berpengaruh signifikan terhadap pembentukan harga buah bulan ini di pasar lokal) tidak pembentukan harga buah di pasar lokal lebih dipengaruhi oleh variabel selisih harga buah bulan ini dengan harga buah bulan lalu di pasar acuan. Nilai IMC menunjukkan antara pasar lokal (Pasar Leuwiliang untuk manggis dan Pasar Bojong Gede untuk jambu biji dan belimbing) dengan pasar acuannya (Pasar Bogor) tidak terpadu dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang masih terpadu walaupun tidak sempurna.
  7. Efisiensi pasar dilihat dari analisis elastisitas transmisi harga pada ketiga komoditi buah lokal menunjukkan nilai elastisitas < 1 artinya persentase perubahan harga ditingkat petani (Pft) lebih kecil dari persentase perubahan harga ditingkat konsumen (Prt). Perubahan harga di tingkat konsumen tidak sampai pada petani dalam proporsi yang sebenarnya dan pasar tidak bersaing secara sempurna.
  8. Secara umum, sistem pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor belum efisien dilihat dari struktur pemasaran yang mengarah ke pasar oligopsoni pada lembaga yang bersifat konsentrasi dan oligopoli pada lembaga yang bersifat dispersi, perilaku pasar yang cenderung memiliki kekuatan monopsoni/oligopsoni pada lembaga pemodal besar, penyebaran marjin yang belum merata, dan pasar yang belum terintegrasi secara sempurna.
  9. Hasil analisis AHP untuk menentukan prioritas alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran buah lokal didapatkan alternatif strategi dengan prioritas (1) perbaikan kelembagaan dan sarana pendukung sektor pertanian, (2) perbaikan kebijakan pemerintah yang mendukung pelaku agribisnis, (3) perbaikan teknologi produksi secara tepat guna, dan (4) perbaikan promosi buah lokal oleh pelaku agribisnis, pemerintah, dan akademik.

 

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?