ABSTRAK
Diare pada anak merupakan masalah penting kesehatan masyarakat di negara berkembang. Banyak penelitian telah menunjukkan manfaat pemberian ASI untuk mencegah diare pada anak. Tetapi sejumlah penulis meyakini bahwa proteksi yang dilaporkan oleh berbagai penelitian terlalu berlebihan, karena tidak memperhitungkan variabel-variabel perancu dengan memadai. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara pemberian ASI dan risiko bayi untuk mengalami diare, dengan mengontrol pengaruh variabel-variabel perancu, yaitu umur bayi dan pendidikan ibu.
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan kasus kontrol. Populasi sasaran adalah bayi (anak usia 0-12 bulan). Populasi sumber adalah bayi yang bertempat tinggal di Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yang mengunjungi puskesmas, posyandu, dan klinik bersalin. Sampel dipilih dengan teknik “fixed disease sampling”, dengan perbandingan kasus diare : kontrol = 1:2. Variabel terikat adalah kejadian diare. Variabel bebas adalah status pemberian ASI eksklusif, umur bayi, dan pendidikan ibu. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data dianalisis dengan model analisis regresi logistik, menggunakan program statistik SPSS versi 16 dan Stata Intercooled versi 7.0.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan kejadian diare pada bayi. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif memiliki risiko untuk mengalami diare lima setengah kali lebih besar daripada bayi yang diberi ASI eksklusif (OR= 5.51; p= 0.026; CI95% 1.23 hingga 24.68). Kesimpulan tersebut dibuat setelah mengontrol pengaruh umur bayi dan pendidikan ibu. Penelitian ini menyimpulkan, pemberian ASI eksklusif selama umur bayi memiliki efek protektif untuk mencegah diare pada bayi hingga umur tersebut. Implikasi penelitian adalah bahwa ASI eksklusif sudah dapat memberikan manfaat untuk mencegah diare meskipun diberikan kurang dari 6 bulan. Disarankan agar petugas kesehatan lebih meningkatkan promosi pemberian ASI eksklusif kepada para ibu untuk mencegah diare anak.
Kata kunci: air susu ibu, eksklusif, diare, bayi.
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan Masyarakat
- Daftar Contoh Tesis Keperawatan
- Daftar Contoh Tesis Kedokteran
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Contoh Skripsi
- Bagian I : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Bagian II : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Bagian III : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Daftar Contoh Skripsi Kebidanan
- Daftar Contoh Skripsi Kedokteran
- Daftar Contoh Skripsi Keperawatan
- Daftar Contoh Skripsi Kesehatan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1992 sekitar 40 juta anak balita di dunia mengalami diare setiap tahunnya. Sebagian besar di antaranya (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi. Sebanyak 50-60% penderita akan meninggal bila tidak mendapatkan pertolongan. Diare merupakan penyebab kematian terbanyak (23,2%) pada kelompok umur tersebut. Angka kematian balita di negara berkembang akibat diare ini sekitar 3,2 juta setiap tahun (Depkes, 1999). Sampai dengan tahun 1995, angka kematian diare pada balita sebesar 2,5 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Gastroenteritis bakteri cenderung menyebabkan diare dengan secret. Keadaan tersebut mengakibatkan dehidrasi berat dan kematian terutama pada anak-anak usia muda di negara-negara berkembang (Lopez-Alarcon et al., 1997; Scariati et al., 1997, dikutip oleh Story dan Parish, 2008). Penanganan kematian karena diare pada anak balita penting dalam rangka mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development Goal) (Edmond et al., 2006). Dengan menurunkan prevalensi diare, maka tingkat rawat inap di rumah sakit, biaya pelayanan kesehatan, serta mortalitas akibat infeksi tersebut dapat diturunkan dengan signifikan (Tayalero et al., 2006, dikutip oleh Story dan Parish, 2008). Data di atas menunjukkan bahwa diare pada anak balita merupakan masalah penting yang memerlukan penanganan komprehensif dan rasional.
Pemberian air susu ibu merupakan komponen kunci untuk kelangsungan hidup anak. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan American Academy of Pediatrics, pemberian ASI selama paling sedikit 6 bulan dapat menurunkan mortalitas karena diare, penyakit pernapasan, dan berbagai penyakit infeksi lainnya, hingga sebesar 55% (Chantry et al, 2006, dikutip oleh Story dan Parish, 2008). UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak Balita di dunia setiap tahunnya sesungguhnya bisa dicegah dengan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dilakukan selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Bayi-bayi muda yang mendapat ASI mengalami buang air besar dengan frekuensi 5-6 x per hari dengan konsistensi tinja baik, yakni bukan diare.
Banyak penelitian telah menunjukkan manfaat pemberian ASI untuk mencegah morbiditas karena diare pada anak. Penelitian tentang manfaat ASI dalam mencegah diare telah dilakukan pada komunitas-komunitas di berbagai negara berkembang dan negara miskin maupun negara-negara industri (negara maju). Perlindungan ASI terhadap infeksi telah ditunjukkan pada anak-anak yang tinggal pada berbagai kondisi sosial ekonomi maupun sanitasi lingkungan. Tetapi terdapat kontroversi dalam masalah ini. Beberapa penulis yakin bahwa proteksi yang dilaporkan oleh berbagai penelitian terlalu berlebihan. Para kritikus percaya bahwa para ibu yang menyusui anaknya berbeda dengan para ibu yang memberikan susu formula kepada anaknya, dan perbedaan tersebut mempengaruhi penilaian tentang risiko bayi untuk mengalami penyakit (Wright et al., 1998, dikutip oleh Story dan Parish, 2008). Sebagai contoh, menurut Barros et al. (1986) sebagaimana dikutip Arifeen et al. (2001), bayi dengan berat badan lahir rendah lebih kecil kemungkinan untuk diberi ASI, atau diberi ASI dengan durasi lebih pendek daripada bayi dengan berat badan lahir normal.
Beberapa penulis berpendapat bahwa penurunan kejadian diare pada anak tidak hanya berhubungan dengan pemberian ASI tetapi juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor perancu (confounding variables), seperti umur bayi, status gizi bayi, pendidikan ibu, higiene seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dan faktor lain seperti sanitasi lingkungan dan faktor sosial-ekonomi (Arifeen et al., 2001; Khan et al., 2004; Talayero et al., 2006). Beberapa penulis juga menyebutkan bahwa efektivitas pemberian ASI berubah menurut umur bayi. Makin bertambah usia bayi, makin berkurang peran ASI dalam memberikan proteksi kepada bayi (Yoon, 1996). Sebagai contoh, Risiko Relatif (RR) dan Confidence Interval 95% untuk mortalitas bayi karena diare karena kurang pemberian ASI yang ditunjukkan di tiga negara berkembang adalah 6.1 (CI95% 4.1 hingga 9.0) pada bayi usia <6 bulan, dan 1.9 (CI95% 1.2 hingga 3.1) pada bayi usia ?6 bulan (WHO, 200, dikutip Morrow dan Rangel, 2004). Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengusulkan penelitian yang bertujuan untuk menaksir kekuatan hubungan antara pemberian ASI dan kejadian diare pada berbagai kelompok usia bayi.
Leave a Reply