ABSTRAK
Anestesi inhalasi telah berkembang begitu pesat sampai saat ini. Kemampuannya untuk menjadi agen anestesi yang aman, efektif, ekonomis dan waktu pemulihan yang cepat membuat salah satu metode anestesi tertua ini tetap bertahan di tengah pesatnya perkembangan ilmu anestesi, tetapi sebagaimana metode anestesi lainnya, anestesi inhalasi ini tetap memiliki beberapa efek samping, salah satunya adalah Post Operative Nausea and Vomitus (PONV). Isofluran dan Halotan merupakan dua agen anestesi inhalasi yang cukup banyak digunakan. Banyak penelitian telah dilakukan untuk meneliti efektivitas maupun efek samping dari kedua agen anestesi tersebut, namun sampai saat ini masih banyak kontroversi mengenai potensi kedua obat di atas dalam memicu PONV. Kontroversi yang timbul ini mendesak perlunya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan kejadian nausea vomitus antara penggunaan Isofluran dan Halotan sebagai anestesi inhalasi.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Populasi penelitian adalah pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi umum (general anesthesi) di IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUD dr Moewardi Surakarta. Data nausea dianalisis menggunakan metode Mann Whitney, sementara data vomitus dianalisis menggunakan metode Chi Square. Penelitian dengan quota sampling ini menggunakan 30 sampel yang terdiri dari 15 orang yang mendapat Isofluran, dan 15 orang yang mendapat Halotan. Hasil penelitian didapatkan pada menit ke-30 pertama, 1 orang dari kelompok Isofluran mengalami nausea kategori 5, dan 1 orang dari kelompok Halotan mengalami nausea kategori 6. Sedangkan pada menit ke-30 kedua, tidak diketemukan kejadian nausea pada kedua kelompok. Tidak ada kejadian vomitus pada kedua kelompok, baik pada menit ke-30 pertama maupun menit ke-30 kedua, maka perbedaan kejadian vomitus tidak dapat dianalisis. Simpulan dalam penelitian ini, tidak didapatkan perbedaan bermakna kejadian nausea antara Isofluran dan Halotan sebagai anestesi inhalasi. Hal ini berarti kejadian nausea Halotan tidak lebih besar dari Isofluran sehingga Halotan tetap dapat digunakan sebagai anestesi inhalasi.
Kata Kunci : Isofluran-Halotan-Nausea-Vomitus-PONV
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan Masyarakat
- Daftar Contoh Tesis Keperawatan
- Daftar Contoh Tesis Kedokteran
- Daftar Contoh Tesis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Contoh Skripsi
- Bagian I : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Bagian II : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Bagian III : Daftar Contoh Skripsi Kedokteran, Lengkap!!
- Daftar Contoh Skripsi Kebidanan
- Daftar Contoh Skripsi Kedokteran
- Daftar Contoh Skripsi Keperawatan
- Daftar Contoh Skripsi Kesehatan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anestesi inhalasi telah berkembang begitu pesat sampai saat ini. Kemampuannya untuk menjadi agen anestesi yang aman, efektif, ekonomis dan waktu pemulihan yang cepat membuat salah satu metode anestesi tertua ini tetap bertahan di tengah pesatnya perkembangan ilmu anestesi, tetapi sebagaimana metode anestesi lainnya, anestesi inhalasi ini tetap memiliki beberapa efek samping, salah satunya adalah Post Operative Nausea and Vomitus (PONV). Post Operative Nausea and Vomitus masih merupakan “The Big Little Problem” dalam dunia anestesi. Disebut “big” karena nausea vomitus dapat menyebabkan perpanjangan waktu pemulihan, peningkatan biaya perawatan, perpanjangan masa pengawasan di Post Anesthesia Care Unit (PACU), dan meningkatnya morbiditas. Morbiditas yang berhubungan dengan kejadian nausea vomitus meliputi perdarahan, dehidrasi, gangguan elektrolit (hipokalemi dan hiponatremi), malnutrisi, karies gigi, inflamasi mukosa mulut, rupture esophagus dan aspirasi pneumonitis (Silbernagl, 2006; Sunatrio et al., 2004), dan disebut “little”, karena sebenarnya nausea vomitus adalah masalah yang cukup ringan dibanding komplikasi anestesi lainnya. Insiden PONV terjadi pada 75-80% anestesi dengan eter, 25-30% pasien pasca bedah dengan anestesi umum (Kovac, 2000) dan dapat mencapai 70% pada pasien high risk (Mohamed, 2004).
Isofluran dan Halotan merupakan dua agen anestesi inhalasi yang cukup banyak digunakan. Banyak penelitian telah dilakukan untuk meneliti efektivitas maupun efek samping dari kedua agen anestesi tersebut, namun sampai saat ini masih banyak kontroversi mengenai potensi kedua obat di atas dalam memicu PONV. Kontroversi yang timbul ini mendesak perlunya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan kejadian nausea vomitus antara penggunaan Isofluran dan Halotan sebagai anestesi inhalasi.
Leave a Reply