HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Jasa Pembuatan Tesis Jawa Barat 2016/2017

 

1.Pengaruh Karakteristik Individual dan Motivasi Karyawan terhadap Kinerja (Studi Kasus di Kantor Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan PT. Kelsri Jakarta)

 

Abstrak

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan asset penting dalam suatu organisasi. Tanpa peran SDM yang mumpuni maka suatu organisasi tidak dapat melakukan kinerjanya dengan baik. Agar tujuan organisasi dapat tercapai maka dibutuhkan karyawan yang bekerja secara efisien dan efektif sehingga memberikan kinerja yang baik. Untuk itu, organisasi seharusnya memberikan dukungan atau motivasi sehingga mereka (karyawan) dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan dirinya serta mereka mempunyai kepuasan kerja yang diharapkan baik oleh organisasi maupun individu.

Mayoritas perusahaan yang ada di Indonesia bergerak dalam bidang pelayanan publik. Untuk itu, agar kinerja perusahaan-perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam melayani masyarakat hendaknya mempunyai SDM yang handal. Upaya untuk memperbaiki pelayanan sebenarnya telah sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah maupun non pemerintah. Dalam pemerintahan, upaya memperbaiki pelayanan tertuang antara lain dalam Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Untuk lebih mendorong komitmen aparatur pemerintah terhadap peningkatan mutu pelayanan, maka telah diterbitkan pula Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat. Pada perkembangan terakhir telah diterbitkan pula Keputusan Menpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Sementara untuk upaya pelayanan pada organisasi non pemerintahan dalam hal ini perusahaan swasta dikelola berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Terdapat perbedaan yang sangat besar antara kinerja karyawan instansi pemerinatah dengan perusahaan swasta. Salah sati faktor pemicunya adalah kualitas SDM yang direkrut. Karena proses rekrutmen merupakan proses awal untuk mempekerjakan SDM, maka diperlukan ketelitian dan kehati-hatian. Manajer SDM sebagai salah satu elemen dalam perusahaan yang bertanggung jawab dalam perekrutan harus jeli terhadap calon karyawan yang akan direkrut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

  • Apakah terdapat pengaruh karakteristik individu terhadap motivasi kerja, kemampuan individu dan kinerja staf di kantor Pemda Provinsi Jawa Barat, PTPN VIII Jawa Barat dan PT. Kelsri;
  • Apakah terdapat pengaruh kemampuan individu terhadap kinerja staf kantor Pemda Jabar, PTPN VIII Jawa Barat dan PT. Kelsri;
  • Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dan kepuasan kerja staf kantor Pemda Jabar, PTPN VIII Jawa Barat dan PT. Kelsri
  • Apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja staf kantor Pemda Jabar, PTPN VIII Jawa Barat dan PT. Kelsri ;
  • Bagaimana pemodelan kinerja berdasarkan variabel karakteristik individu, kemampuan individu, motivasi kerja dan kepuasan kerja staf kantor Pemda Jabar, PTPN VIII Jawa Barat dan PT. Kelsri?;
  • Variabel apakah yang mempunyai pengaruh terbesar di masing-masing perusahaan (kantor Pemda Jabar, PTPN VIII Jawa Barat dan PT. Kelsri)?

 

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi manajemen dalam mengembangkan SDM-nya dilihat dari karakteristik individu, kemampuan kerja, kepuasan, prestasi serta upaya apa yang perlu dilakukan agar dapat memotivasi karyawan untuk setiap jenis perusahaan

 

2. Alokasi Optimum Kebutuhan Air untuk Pertanian dengan Inovasi Teknologi Irigasi Berselang (Intermittent Irrigation): Studi Kasus DAS Citarum, Jawa Barat

 

Abstrak

Tulisan ini menggambarkan pendekatan dalamupayamencapai pembagian air secara optimal (optimal water sharing) berdasarkan prioritas untuk mencapai swasembada beras dan alokasi optimum kebutuhan air pertanian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Jawa Barat.DAS tersebut sampai saat ini memiliki masalah kelangkaan air karena adanya perubahan penggunaan lahan yang sangat cepat dan penurunan ketersediaan air akibat berkurangnya curah hujan tahunan dari waktu ke waktu. Analisis optimal water sharing bertujuan untuk menentukan alokasi optimum guna memenuhi kebutuhan air untuk domestik, industri, dan pertanian.Optimal water sharing diprediksi dengan pendekatan optimasi kebutuhan air dan ketersediaan air dengan mengembangkan modelOptiWaSh. Analisis optimal water sharing dapat memberikan kepastian dan jaminanuntuk semua pengguna air bahwaair akan tersedia dalam jangka waktu lama. Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila dilakukan sekali tanam padi maka sumber daya air di wilayah tersebut masih tersedia sampai dengan 2030 tapi setelahnya mulai terjadi persaingan ketat antar para pengguna air, sehingga diperlukan tindakan preventif dalam waktu yang tepat. Salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan menerapkan efisiensi penggunaan air sehingga dengan sumber daya air yang terbatas memberikan hasil panen yang lebih banyak. Upaya efisiensi sumber daya air di lahan sawah dilakukan dengan menerapkan irigasi berselang (intermittent irrigation). Solusi dalam mengamankan pasokan airuntuk jangka waktu lebih lama perlu dilakukan dengan,menerapkan dua metode irigasi yang berbeda (penggenangan terus-menerus dan irigasi berselang) dalam proporsi yang optimal. Melalui penerapan metode irigasi ini, pasokan air dapat memenuhi permintaan hingga tahun 2030, dimana sawah dengan penggenangan terus menerus menggunakan air 38,49%, sedangkan sawah dengan irigasi berselang hanya menggunakan 11,55%.

 

 

3. Pengaruh Budaya Organisasi, Komunikasi Internal dan Kompensasi terhadap Kinerja Account Representative di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat

 

Abstrak

Reformasi dan Modernisasi terus digulirkan di tubuh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) seiring dengan timbul tenggelamnya kasus-kasus korupsi yang mencuat di berbagai media dan sedikit banyak hal ini dapat memengaruhi kinerja penerimaan pajak secara nasional. Account Representative (AR) sebagai ujung tombak bagi DJP dalam me1akukan pencapaian penerimaan pajak perlu mendapatkan perhatian atas setiap permasalahan dalam pelaksanaan tugas yang diembannya. Pene1itian ini merupakan penelitian survei dengan sampel 101 AR di lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat II dan menggunakan metode purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis budaya organisasi, komunikasi internal dan kompensasi terhadap kinerja AR. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan bantuan software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20.

 

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa :

  • budaya organisasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja AR
  • komunikasi vertikal memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja AR
  • Komunikasi horizontal memilliki pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja AR
  • kompensasi memilliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja AR
  • budaya organisasi, komunikasi internal dan kompensasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan positif 47,6% terhadap kinerja AR.

 

Hal ini dapat dikatakan bahwa Kinerja AR di lingkungan kanwil DJP Jabar II dipengaruhi oleh keempat variabe1 tersebut, sehingga peningkatan kinerja dapat di1akukan dengan peningkatan keempat variabel tersebut. Analisis lanjutan dengan menambah variabel jenis ke1amin dan pendidikan se1ain budaya organisasi dan kompensasi terhadap kinerja AR diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama keempat variabel tersebut berpengaruh positif 52%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan variabel lainnya yang dapat memengaruhi kinerja AR.

 

4. Tinjauan Aspek Non-Finansial Kelayakan Agribisnis Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vanamei) Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (Bluppb) Karawang Jawa Barat

 

Abstrak

Budidaya dengan menggunakan udang introduksi diharapkan mampu memotong siklus hidup penyakit viral (terutama WSSV) yang merugikan pada budidaya udang windu sebelumnya. Udang vaname relative tahan terhadap penyakit, Potensi pasar untuk produksi udang vaname cukup tinggi, tingginya potensi pasar udang vaname ini terbukti dari tingginya permintaan untuk udang vaname baik domestik maupun internasional, pasar sangat terbuka dengan harga yang tinggi perlu dilakukan perbaikan teknologi dengan pelapisan dasar tambak, pengelolaan kualitas lingkungan, benur berkualitas (SPF), pakan bermutu dan penerapan biosekuriti dengan manajemen yang baik menjadi langkah penting selama kegiatan budidaya. Tambak yang digunakan berupa tambak 4.500 M2 sebanyak 8 buah dengan dasar tanah yang dilapisi dengan plastik mulsa. Padat tebar 100 ekor/M2 dan masa pemeliharaan 100 – 110 hari. Hasil kegiatan didapatkan dengan SR (89,60 – 97,94)%, FCR (1,17 – 1,34) dengan Size panen 51,0 – 62,0 ekor/kg. Produktifitas tambak dengan teknologi semi intensif yang diterapkan menghasilkan (10.956 – 15.464) kg/hektare. Di tinjau dari aspek nonfinansial yang meliputi; aspek pasar, aspek teknis, aspek sarana produksi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan Lingkungan, budidaya udang vaname layak dikembangkan sebagai agribisnis bidang perikanan budidaya, karena keuntungan yang didapat meningkatkan pendapatan pembudidaya dan menambah devisa negara.

 

5. Aktivitas Pelestarian Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan Sukabumi Jawa Barat

 

Abstrak

Penyu Hijau (Chelonia mydas) merupakan salah satu dari enam spesies penyu yang dapat ditemukan di perairan Indonesia. Kerusakan habitat, pencemaran laut, serangan predator, dan perburuan menyebabkan populasinya terus menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan pada kegiatan konservasi penyu hijau. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data lokasi atau sektor tempat penyu bertelur dan melakukan relokasi telur penyu. Hasil penelitian menunjukan, persentase penyu mendarat tertinggi dijumpai pada sektor II sebesar 63%, sedangkan sektor V dan VI memiliki persentase pendaratan penyu terendah yaitu 0%. Jumlah telur yang direlokasi selama kegiatan sebanyak 2.458 butir. Relokasi dilakukan dengan memindahkan telur dari sarang alami ke sarang relokasi yang berjarak sekitar 0.5-1 km. Upaya konservasi terus dilakukan dalam rangka peningkatan populasi spesies penyu hijau di kawasan Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan.

 

6. Pengukuran Gas Metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2) yang Dihasilkan oleh Sedimen Danau Situ Gunung, Sukabumi Jawa Barat pada Skala Laboratorium

 

Abstrak

Pemanasan global dan efek rumah kaca merupakan salah satu isu lingkungan utama di abad ini. Salah satunya akibat tingginya emisi gas CH4 dan CO2. Gas-gas tersebut dapat berasal dari sumber alamiah dan atau kegiatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sedimen danau Situ Gunung sebagai penghasil gas CH4 dan CO2 dalam skala laboratorium. Sedimen yang digunakan berasal dari 3 titik yaitu inlet, saluran pembuangan limbah rumah tangga, dan outlet. Fermentor yang digunakan memiliki kapasitas 1000 ml dengan perbandingan sedimen dan air danau sebesar 1 : 1. Inkubasi dilakukan selama 21 hari pada suhu ruang. Parameter yang diukur adalah volume gas dan komposisi gas serta pH media.

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga lokasi pengambilan sampel memiliki kondisi untuk aktivitas mikroba berdasarkan gas yang terbentuk. Ketiga sampel menghasilkan gas dengan laju produksi yang berfluktuasi. Laju produksi CH4 tertinggi di titik inlet danau sebesar 0,74 ml/hari dan terendah di titik dekat tempat pembuangan limbah sebesar 0,01 ml/hari. Laju produksi CO2 tertinggi di titik inlet danau sebesar 3,24 ml/hari dan terendah di titik dekat tempat pembuangan limbah sebesar 1,1 ml/hari. pH media mengalami peningkatan setelah 21 hari inkubasi. Berdasarkan hasil di atas maka sedimen danau Situ Gunung berpotensi menghasilkan gas efek rumah kaca berupa gas CH4 dan CO2.

 

7. Studi Epidemiologi Koi Herpes Virus yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus Carpio) di Pulau Jawa

 

Abstrak

Pengembangan usaha perikanan khususnya budidaya merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan produksi perikanan nasional dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu kendala yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi perikanan adalah kendala biologi, yaitu yang berhubungan dengan gangguan hama dan penyakit ikan yang merupakan faktor penghambat dalam upaya peningkatan produksi dan menurunkan hasil kuantitas produksi serta mengancam kelestarian sumberdaya hayati perikanan. Koi Herpes Virus (KHV) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis virus umumnya menyerang ikan mas dan koi (Cyprinus carpio), dengan target serangan pada permukaan kulit, insang dan ginjal ikan. Pola penyebaran KHV di Indonesia berlangsung sangat cepat dan sporadis, dan kematian ikan berlangsung sangat cepat.

 

Tujuan dari penelitian ini adalah : mengidentifikasi tentang pola penyebaran dan status terkini penyakit KHV di wilayah Jawa dan menganalisis tingkat serangan (patogenitas) dari KHV yang menyerang ikan mas di Pulau Jawa pada kondisi saat ini.

 

Hasil uji laboratoris KHV di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan hasil yang negatif dari bulan Januari hingga bulan Mei tahun 2008. Demikian pula dari hasil survey lapangan dan wawancara tidak diperoleh informasi yang menyatakan bahwa telah terjadi serangan virus KHV. Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta Banten dan Jawa Barat, pada bulan Januari, Februari dan April 2008 memperoleh hasil positif KHV dengan kisaran suhu pada 26 – 29 °C. Sehingga dapat menunjukkan bahwa penyakit KHV di Pulau Jawa masih eksis. Prevalensi berbanding lurus dengan tingkat serangan menunjukkan pada kondisi menurun dari bulan Januari hingga Februari, dan mengalami kenaikan pada bulan Maret, hingga pada bulan-bulan berikutnya yaitu April dan Mei. Sedangkan jumlah kasus baru (insidensi) pada bulan Januari hingga April menunjukkan pada status yang hampir sama, namun pada bulan Mei terjadi peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian, selama kurun waktu antara Januari – Mei 2008, hampir tidak dijumpai adanya kasus kematian yang signifikan pada budidaya ikan mas akibat infeksi KHV

 

8. Analisis Keragaan Pasar Ikan Gurami (Oshp Ro Iiemus Gouramy) di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu Depok Jawa Barat

 

Abstrak

Adanya disparitas harga yang cukup tinggi serta menurunnya jumlah pembudidaya dan pedagang pengecer ibn gurami menyebabkan perlu diadakannya penelitian mengenai keragaan pasar ikan gurami di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu Depok Jawa Barat sehingga dapat diketahui efisiensi pemasaran ikan gurami tersebut.

 

Penelitian deskriptif yang berlangsung pada Nopember 2011 . s.d Desember 2011 ini bertujuan untuk menganalisa saluran pemasaral4 fungsi pemasaran yang dilakukan pelaku pemasaran dan keragaan pasar ikan gurami yang meliputi marjin, Farmer’s Share, rasio keuntungan biaya, rasio pendapatan biaya serta keuntungan. Populasi pada penelitian ini adalah semua pembudidaya ikan gurami pada segmentasi usaba pembeoihan, pendederan ukuran nguku dan pembesaran serta peJairu pemasaran Jainoya yaitu pengepul- pengepul, agen, broker, rumah makan dan pemancingan. Jenis instrument yang digunakan adalah kuisioner yang bersifat terbuka yang dikembangkan oleh peneliti.

 

Hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat 4 saluran pemasaran telur ikan gurami,2 saluran pemasaran ikan ukuran gabah dan manjing, 4 saluran pemasaran ikan ukuran kuaci, 4 saluran pemasaran ikan ukuran nguku dan 3 saluran pemasaran ikan ukuran konsumsi. Saluran pemasaran yang sesuai untuk ikan gurami adalah saluran pendek. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku pemasaran adalah fungsi penjualan, pembelian,penyimpanan, pengangkutan, penanggulangan resiko,grading, pembiayaan dan informasi pasar. Banyaknya fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku pemasaran menyebabkan meningkatnya biaya pemasaran sehingga mempengaruhi besarnya marjin pemasaran. Keragaan pasar telur ikan gurami, ikan gurami ukuran gabah, manjing, kuaci, nguku dan konsumsi di Kelurahan Duren Mekar .dan Kelurahan Duren Seribu Depok Jawa Barat belum efisien karena tingginya marjin, belum meratanya rasio keuntungan biaya dan rendahnya keuntungan pembudidaya. Namun berdasarkan rasio pendapatan biaya (TR/TC) maka usaha pembenihan, pendederan ikan gurami ukuran nguku dan usaha pembesaran ikan gurami ukuran konsumsi layak untuk dilakukan. Adanya pemberdayaan kelompok tani khusus untuk usaha ikan gurami perlu dilakukan dan sebaiknya penyuluhan diberikan pada pembudidaya agar dapat memilih saluran pemasaran yang dapat memberikan keuntungan yang adil bagi setiap pelalru pemasaran. Selain itu, perlu dibentuk koperasi sebagai sumber informasi harga dan pusat jual beli ikan sehingga terdapat kontinuitas produk setiap saat.

 

9. Pengukuran Laju Inflasi Tanah untuk Penentuan Ukuran Sumur Resapan

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran sumur resapan pada kondisi tanah lokasi penelitian dengan berdasarkan data infiltrasi dan curah hujan, serta memberikan alternatif ukuran sumur resapan berdasarkan luas bangunan. Penelitian ini diharapkan berguna bagi penduduk atau instansi terkait dalam rangka menanggulangi masalah air tanah dangkal di lokasi penelitian. Penel itian ini dilakukan di Perumahan Reni Jaya. Desa Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Tangerang – Jawa Barat. Analisa sifat fisika tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Tanah, IPB. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama enam bulan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa_ data primer dan sekunder. Data primer berupa sifat fisika tanah, tipe rumah, dan luas bangunan. Data sekunder berupa jenis tanah, bentuk wilayah, dan curah.

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian berupa wilayah punggung yang membentuk dataran dan diapit oleh Sungai Angke dan anak Sungai Angke. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah Latosol dengan struktur granular sampai gumpal dan bertekstur lempung berdebu, memiliki bobot isi 0,.96 g/cm3 , dan permeabilitas sebesar 0,92 cm/jam. serta laju infiltrasi sebesar 19′, 98 mm/jam. Curah hujan di wilayah penelitian tergolong tinggi, yang ditunjukkan oleh curah hujan tahunan sebesar 2600 – 2700 mm. delapan kali bulan basah dengan hanya satu kali bulan kering, dan masuk dalam zone agroklimat B 1 . Empat tipe rumah di lokasi penelitian meliputi Tipe 21/60. 36/100, 54/110, dan 70/120; sebagian masih as1i dan sebagian telah direnovasi hingga bangunannya seluas tanahnya. dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara umum diameter sumur resapan yang direkomendasikan berkisar 80 – 14cm dan total kedalaman 60 – 190 cm. Untuk kelompok rumah asli, diameter sumur resapan antara 80 – 120 cm dan total kedalaman 60- 160 cm. Sedangkan .untuk kelompok rumah yang telah direnovasi. diameter sumur resapan antara 90 – 140 em dan total kedalaman 120- 190 cm.

 

10. Praktek Sistem Gadai Sawah Masyarakat Desa Studi di Desa Margamulya, Kecamatan Bongas,Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah :

  • Menelaah berbagai penyebab mengapa petani menggadaikan sawahnya;
  • Menelaah seluk beluk praktek sistem gadai sawah;
  • Menganalisis dampak praktek sistem gadai sawah terhadap perubahan jenis pekerjaan, tingkat pendapatan penggadai, penebusan kembali sawah gadai, dan munculnya konflik sengketa gadai.

 

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden penggadai, responden pemegang gadai dan informan (tokoh-tokoh masyarakat atau aparat yang terkait). Data tentang penggadai, pemegang gadai, dan informan, pertama-tama bersumber dari Kantor Kepala Desa/aparat desa. Pengambilan data primer dari responden atau informan dilakukan dengan wawancara langsung secara bebas sesuai dengan topik-topik penelitian. Pertanyaan dikembangkan kembali pada bagian-bagian yang menarik dan penting dari responden atau informan yang bersangkutan,sehingga diperoleh data atau informasi yang bersifat desikriptir (data kualitatif). Sedangkan data sekunder diambil dari Kantor Kepala Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Statistik Kabupaten, Kantor Bank, Kantor Koperasi, Kantor Perum Pegadaian,dan sebagainya untuk mendukung analisis kualitatif. Jumlah responden adalah 35 penggadai, dan 6 pemegang gadai. Penulis menganggap data atau informasi yang diperoleh dari responden penggadai, responden pemegang gadai dan informan tersebut sudah cukup, sehingga tidak menambah responden dan informan kembali. Di desa ini jumlah transaksi gadai sawah setiap tahun rata-rata sekitar 12 transaksi. Hal itu berarti jumlah transaksi gadai selama sepuluh tahun terakhir diperkirakan sekitar 120 transaksi. Dari studi ini terungkap bahwa petani menggadaikan sawahnya disebabkan oleh motivasi ekonomi dan ingin mempertahankan status sosialnya yang berpredikat sebagai petani pemilik. Terungkap pula bahwa dalam praktek sistem gadai sawahnya terdapat pembatasan masa gadai 2 tahun, dan sesudah itu dapat diperpanjang kembali. Pada hakekatnya perjanjian gadai dengan pembatasan masa gadai 2 tahun tersebut hanyalah suatu cara untuk menghindari ketentuan perundangan tentang gadai tanah (UU No. 56 Prp. Tahun 1960 pasal 7). Studi ini menunjukkan bahwa penggarapan sawah gadai yang dilakukan oleh pemegang gadai atau oleh orang lain dengan sistem lan}a menimbulkan dampak terhadap perubahan pekerjaan pokok penggadai yang bersangkutan dari petani ke non petani, yaitu rata-rata sekitar 35% pada petani kecil, dan sekitar 22% pada petani sedang. Pekerjaan non petani tersebut, yaitu sebagai tukang ojeg sepeda motor, tukang bangunan, pedagang, pegawai, buruh tani. Selain itu, penggarapan sawah gadai yang dilakukan oleh pemegang gadai, atau oleh orang lain/penggadai dengan sistem Ianja menimbulkan dampak terhadap perubahan pendapatan penggadai, yaitu rata-rata turun sekitar 30% pada petani kecil, sekitar 26% pada petani sedang, dan sekitar 18% pada petani luas. Studi ini mengungkapkan pula bahwa kemampuan penebusan kembali sawah gadai ada hubungannya dengan besarnya proporsi sawah yang digadaikan. Penggarapan sawah gadai tetap dilakukan penggadai dengan sistem lanja, dengan proporsi sawah gadai terhadap sawah miliknya kurang dari 50%, maka pihak penggadai cenderung lebih mampu menebus kembali sawah gadainya,dibandingkan dengan mereka yang proporsi sawah gadainya lebih dari 50%. Semakin besar proporsi sawah yang digadaikan, semakin kecil kemampuan penggadai untuk menebus kembali sawahnya.

 

Terungkap pula bahwa dalam praktek sistem gadai sawah di desa ini terdapat dua macam konflik sengketa gadai, yaitu :

Pertama, konflik dalam hal penebusan kembali sawah gadai. Penggadai menuntut dikembalikannya sawah gadai berhubung masa gadainya sudah lebih dari 7 tahun, tanpa kewajiban membayar uang tebusan sebagaimana ketentuan UU No.56 Prp.Tahun 1960 pasal 7. Sebaliknya pemegang gadai meminta kembali uang tebusan sepenuhnya. Akhirnya, konflik tersebut dapat diselesaikan melalui musyawarah, dengan kesepakatan penggadai memberikan imbalan (reHard), kepada pemegang gadai, sebaliknya pemegang gadai mengembalikan sawah gadai itu kepada penggadai.

Sedangkan konflik kedua, terjadi pada saat dimulainya penggarapan sawah gadai. Pada prakteknya terkadang lahan garapan sawah gadai itu tidak ada atau masih dalam penguasaan pihak lain. Penyelesaian konflik ini biasanya pihak penggadai memberikan ”uang” lanja kepada pemegang gadai. Dalam praktek sistem gadai sawah, pada kenyataannya member atkan pihak penggadai, jadi bukan pertukaran atau transaksi sosial antar individu mengenai biaya (cost) dan imbalan (reHard) yang seimbang sebagaimana teori pertukaran Homans, sehingga menimbulkan berbagai dampak terhadap pekerjaan pokok (mobilitas sosial) penggadai, penurunan pendapatan penggadai, munculnya konflik sengketa gadai antara penggadai dan pemegang gadai, dan kesulitan penebusan kembali sawah gadai. Bahkan dari 33 penggadai (tidak termasuk 2 penggadai yang masa gadainya belum habis 2 tahun), sekitar 36% pada akhirnya melepas atau menjual sawahnya. Hal ini berarti terjadi penyempitan luas sawah milik pada pihak petani penggadai, sebaliknya terjadi akumulasi kepemilikan sawah di pihak lain.

 

11. Seleksi Mikroba Rizosfer Indigen untuk Bahan Bioaktif pada Inokulan Berbasis Kompos Iradiasi

 

Abstrak

Salah satu komponen utama sebagai bahan aktif bahan pembawa (carrier) kompos iradiasi untuk pembuatan pupuk organik hayati (POH) adalah isolat mikroba potensial yang berperan dalam penyedia hara serta hormon pemacu pertumbuhan.

 

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat-isolat mikroba pada daerah perakaran tanaman (rizosfer), selanjutnya dilakukan isolasi dan seleksi sehingga diperoleh isolat potensial yang berkemampuan fiksasi nitrogen (N2), menghasilkan hormon pertumbuhan (Asam Indol Asetat), dan melarutkan fosfat. Isolat potensial tersebut kemudian digunakan sebagai bahan bioaktif pada pembuatan formulasi inokulan konsorsium mikroba rhizosfer berbasis kompos radiasi.

Tahapan penelitian yang dilakukan adalah isolasi mikroba dari beberapa lokasi di wilayah Jawa Barat, dan Jawa  Tengah. Dari hasil isolasi mikroba dari 48 contoh tanah rizosfer, diperoleh 116 isolat. Selanjutnya dilakukan seleksi, dan identifikasi mikroba, untuk memperoleh isolat yang unggul. Parameter yang  diukur adalah analisis kandungan AIA dengan metode kolorimetri, uji penambat N2 dengan metode Uji Reduksi  Asetilen (ARA) mengunakan Gas Khromatografi, uji kelarutan fosfat secara kualitatif (dalam media pikovskaya) dan uji kuantitatif fosfat terlarut (spektrofotometri). Evaluasi kemampuan isolat terpilih terhadap pertumbuhan tanaman jagung dilakukan di dalam pot. Isolat hasil evaluasi akan digunakan sebagai inokulan konsorsium mikroba rhizosfer berbasis kompos iradiasi.

 

Berdasarkan hasil seleksi terhadap isolat bakteri diperoleh 8 isolat unggul bakteri yang sudah diidentifikasi sebagai Bacillus circulans (3 isolat), Bacillus stearothermophlllus (1 isolat), Azotob acter sp (3 isolat) Pseudomonas diminuta (1 isolat). Kemampuan pelarutan fosfat yang tertinggi diperoleh isolat BD2 (Bacillus circulan) yaitu sebesar 91,21mg/l dengan ukuran zona bening dalam medium pikovskaya 1,42cm. Kemampuan produksi hormon AIA yang paling tinggi dicapai isolat Pseudomonas diminuta (kode KACI) yaitu sebesar 74,34 ?g/ml, sedangkan Kemampuan fiksasi N2 tertinggi dicapai isolat Azotobacter sp (kode KDB2) yaitu sebesar 235,05 nmol/jam. Hasil uji viabilitas sel delapan (8) isolat terpilih dalam bahan pembawa kompos iradiasi sedikit mengalami penurunan selama 3 bulan penyimpanan. Inokulan dalam bahan pembawa kompos iradiasi mampu memacu pertumbuhan tanaman jagung. Inokulan yang berisi isolat Azotobacter sp (KDB2) merupakan inokulan paling potensial

 

 

12. Pengaruh Desain Pesan Overhead Transparansi tentang Metode Komunikasi yang Efektif terhadap Tingkat Rekognisi Siswa Kelas II Sekolah Menengah Umum di Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

  • pengaruh desain pesan Overhead Transparansi (OHT) terhadap tingkat rekognisi pada beberapa waktu pengamatan,
  • pengaruh dari tiga desain OHT seperti ‘OHT hanya tulisan’, ‘OHT kombinasi tulisan dan gambar’, dan ‘OHT dominan gambar’, terhadap tingkat rekognisi,
  • hubungan antara karakteristik responden seperti: jenis kelamin, prestasi di sekolah, gaya belajar, IQ, dan tingkat rekognisi,
  • desain OHT yang paling efektifuntuk menyampaikan pesan ‘metode komunikasi yang efektif’.

 

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental semu dengan ‘multiple time-series design’. Pengamatan dilakukan sebanyak lima kali yang meliputi satu kali tes awal dan empat kali tes akhir. Tes akhir dilaksanakan dengan pengaturan waktu: 0 jam, 3 jam, 3 hari, dan J.,minggu setelah pemberian perlakuan. Pesan yang disampaikan dalam desain OHT adalah ‘metode kornunikasi yang efektif’. Penelitian ini diulang sebanyak dua kali dengan teknik sampling kelompok acak yang melibatkan 219 siswa pada 2 Sekolah Menengah Umum dari 521 siswa (5 Sekolah Menengah Umum) di Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang, Jawa Barat.

 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh desain pesan OHT terhadap tingkat rekognisi siswa pada 0 jalil, 3 jam, 3 hari dan 1 minggu setelah perlakuan. Karakteristik siswa tidak menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat rekognisi siswa pada 0 jam, 3 jam, 3 har~ dan 1 minggu setelah pemberian perlakuan, kecuali IQ siswa menunjukkan hubungan yang sangat nyata (rs=0,2; p=0,009) pada 3 jam setelah pemberian perlakuan. Sedangkan jika dilihat dari pola perubahan tingkat rekognisi pada beberapa waktu pengamatan menunjukkan bahwa desain pesan OHT kombinasi tulisan dan gambar merupakan desain OHT yang paling efektif.

 

13. Kemampuan Anggota Kelompok Tani dalam Pemanfaatan Sarana Produksi Pada Tata Usaha Tani Belimbing

 

Abstrak

Tersedianya sarana produksi merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian. Penulisan artikel ini bertujuan menganalisis

  • jenis sarana produksi dalam usahatani belimbing, dan
  • kemampuan anggota kelompok dalam pemanfaatan sarana produksi.

 

Populasi penelitian adalah anggota kelompok tani yang berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan pada empat kelompok tani belimbing yang ada di kelurahan Pasir Putih dengan jumlah 40 orang. Sampel dipilih secara acak sebanyak 70% dari seluruh anggota kelompok tani kelompok tani belimbing. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif.

 

Jenis sarana produksi yang dimanfaatkan oleh anggota kelompok tani adalah

  • bibit dari Deptan dan kebun pembibitan,
  • penggunaan pupuk buatan dan organik dari buah belimbing busuk, dan
  • pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

 

Sebagian besar anggota kelompok mempunyai kemampuan dalam pemanfaatan sarana produksi yang tinggi (97,5%). Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam pemanfaatan

  • bibit bermutu,
  • pupuk,

 

14. Hubungan Karakteristik Wanita Tani dengan Pengetahuan Wanita Tani pada Usahatani Sayuran (Kasus Wanita Tani Sayuran di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung)

 

Abstrak

Pembangunan merupakan suatu proses untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dengan dukungan seluruh warga masyarakatnya, baik lakilaki maupun wanitanya. Sebagai tenaga kerja keluarga, wanita memberikan andil yang cukup besar dalam pengelolaan usahatani keluarganya. Pengetahuan tentang teknik usahatani yang memadai sangat diperlukan sebagai salah satu modal dalam menjalankan usahatani. Pengetahuan yang memadai diantaranya dapat diperoleh melalui kegiatan penyuluhan, dimana terdapat proses perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik dalam mengelola usahataninya.

 

Artikel ini bertujuan untuk:

  • mengetahui faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran,
  • mengetahui tingkat pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran, dan
  • mengetahui hubungan antara karakteristik internal dan eksternal wanita tani dengan pengetahuannya pada usahatani sayuran.

 

Data dikumpulkan dengan metode survei. Populasi penelitian adalah wanita tani yang berada di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang diambil secara acak sebanyak 40 orang dari seluruh anggota kelompok wanita tani yang berstatus sebagai isteri petani sayuran. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah variabel bebas (X) meliputi pendidikan nonformal, pengalaman usahatani, sarana produksi, dan iklim usahatani. Variabel terikatnya (Y) adalah pengetahuan wanita tani pada pelaksanaan usahatani sayuran. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial.

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pendidikan nonformal, pengalaman usahatani, dan iklim usahatani tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran. Adapun sarana produksi berhubungan nyata dengan pengetahuan wanita tani pada usahatani sayuran.

15. Interactive Control System dan Strategi untuk Meningkatkan Pembelajaran Internal Studi Kasus pada Industri Kreatif di Jawa Barat

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan Management Control System dan proses pembentukan strategi berupa intended strategy yang dapat meningkatkan pembelajaran Fokus MCS yang digunakan dalam penelitian ini adalah interactive control system. Penelitian ini menggunakan structural equation modeling sebagai alat analisis multivariate. Sampel yang digunakan adalah pemilik dan pengelola usaha kecil dan menengah industry kreatif yang berada di Jawa Barat. Software AMOS 16 digunakan sebagai alat bantu untuk memecahkan permasalahan SEM. Temuan dari penelitian ini adalah interactive control system berpengaruh positif dan signifikan terhadap intended strategy dan emergent strategy. Intended strategy dan emergent strategy yang dibentuk oleh interactive control system selanjutnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelajaran internal. Keterbatasan prenelitian adalah model empiris dalam penelitian ini hanya menggunakan hubungan satu arah antara interactive control system dan proses strategi.

 

Key word: interactive control system, intended strategy, emergent strategy, pembelajaran dan kreatif.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?