Permasalahan Implementasi Strategi Pemasaran
Ditemukan hambatan baru dalam implementasi strategi pemasaran di organisasi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga hambatan utama dalam implementasi strategi pemasaran pada organisasi layanan kesehatan, yaitu
- idea dilution,
- tactical disconnect, dan
- execution disputes.
Idea dilution terjadi ketika gagasan awal strategi melemah atau kehilangan fokus karena terlalu banyak aktor yang terlibat dalam prosesnya. Sementara itu, tactical disconnect muncul ketika strategi yang sudah dirumuskan tidak sejalan dengan tindakan yang dijalankan di lapangan. Hambatan terakhir, execution disputes, mengacu pada konflik antar pemangku kepentingan terkait eksekusi strategi yang pada akhirnya menghambat keberhasilan implementasi.
Dispersi pemasaran (marketing dispersion) di organisasi pelayanan kesehatan memperburuk masalah implementasi
Penelitian juga menemukan bahwa dispersi pemasaran (marketing dispersion) dalam organisasi pelayanan kesehatan memperburuk permasalahan implementasi. Karena fungsi pemasaran tersebar ke banyak unit organisasi, pengaruh dan kekuatan fungsional pemasar inti menjadi lemah. Hal ini menciptakan koordinasi yang kurang solid serta membuat strategi yang seharusnya terintegrasi menjadi terfragmentasi.
Afinitas karyawan di luar bagian pemasaran memengaruhi jalannya implementasi
Selain itu, afinitas kontekstual karyawan non-pemasaran terbukti sangat berpengaruh terhadap jalannya implementasi. Para tenaga kesehatan dan staf non-pemasaran sering kali lebih terikat pada konteks lokal, nilai profesi, atau budaya organisasi mereka sendiri. Akibatnya, strategi pemasaran yang digagas tidak selalu diterjemahkan sesuai maksud awal, karena interpretasi yang berbeda-beda dan resistensi terhadap pendekatan baru.
Interaksi karyawan non-pemasaran dengan pemasar menghasilkan kesenjangan implementasi
Lebih jauh lagi, interaksi antara karyawan non pemasaran dan pemasar kerap menciptakan kesenjangan implementasi strategi. Walaupun karyawan non-pemasaran memiliki peran penting dalam mendukung strategi, keterbatasan pemahaman mereka di bidang pemasaran justru berpotensi menghasilkan salah tafsir dan resistensi. Situasi ini menjelaskan mengapa dalam praktiknya banyak strategi pemasaran di organisai pelayanan kesehatan tidak mencapai target yang diharapkan.
Taktik mitigasi bagi pemasar di organisasi pelayanan kesehatan
Sebagai jalan keluar, penelitian ini menawarkan berbagai taktik mitigasi bagi pemasar di organisai pelayanan kesehatan. Beberapa langkah yang disarankan meliputi pembangunan komunikasi lintas fungsi yang lebih terarah, pengurangan fragmentasi peran pemasaran agar tidak terlalu tersebar, serta penyediaan pelatihan pemasaran dasar bagi tenaga non-pemasaran. Selain itu, pengembangan mekanisme sensemaking bersama menjadi penting agar semua aktor organisasi memiliki pemahaman dan interpretasi strategi yang sama. Dengan penerapan taktik tersebut, organisai pelayanan kesehatan diharapkan mampu mengatasi tantangan implementasi dan mengoptimalkan strategi pemasaran mereka.
Tinjauan Pustaka
Literatur mengenai implementasi strategi pemasaran menekankan bahwa meskipun implementasi merupakan elemen penting dalam manajemen strategis, proses ini juga termasuk yang paling rumit. Implementasi didefinisikan sebagai penerjemahan strategi ke dalam aktivitas konkret yang kemudian dijalankan untuk mewujudkan tujuan strategis. Banyak penelitian lebih menekankan pada pengembangan strategi dibanding implementasinya, sehingga proses nyata penerjemahan strategi ke dalam hasil organisasi masih dianggap sebagai black box. Faktor kontekstual, nilai individu, serta dinamika organisasi sangat memengaruhi efektivitas implementasi. Perspektif strategy-as-practice menyoroti bahwa implementasi melibatkan berbagai aktor organisasi melalui tindakan sehari-hari, termasuk non-marketing employees, yang dapat memodifikasi strategi sesuai peran, identitas, dan emosinya. Oleh karena itu, studi terkini mendorong lebih banyak penelitian mengenai peran aktor-aktor non-pemasaran dalam implementasi strategi.
Konsep penyebaran pemasaran (marketing dispersion) menjelaskan bagaimana fungsi pemasaran tidak lagi terpusat pada departemen khusus, melainkan tersebar di berbagai unit organisasi. Hal ini terjadi karena organisasi perlu menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar dan tekanan internal, sehingga aktivitas pemasaran kerap dibagi dengan non-spesialis. Penyebaran pemasaran dapat meningkatkan fleksibilitas dan kualitas keputusan, tetapi juga menimbulkan risiko berupa perlambatan pengambilan keputusan, konflik lintas fungsi, dan berkurangnya pengaruh pemasaran sebagai fungsi inti. Koordinasi lintas departemen menjadi sangat penting, terutama ketika strategi diimplementasikan oleh karyawan non pemasaranyang tidak memiliki keahlian pemasaran, sehingga risiko salah tafsir dan ketidakefisienan dapat muncul.
Dalam konteks organisasi pelayanan kesehatan (Health Care Organizations), fenomena penyebaran pemasaran terlihat jelas. Organisasi layanan kesehatan semakin menekankan pentingnya pemasaran untuk bersaing di era perawatan berbasis nilai, misalnya melalui teknologi kesehatan digital untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien sekaligus menekan biaya. Meskipun kesadaran terhadap pemasaran meningkat, implementasi strategi seringkali lemah atau tidak kohesif karena tanggung jawab pemasaran tersebar di antara unit klinis, administratif, dan tenaga kesehatan. Kondisi ini membuat karyawan non pemasaran memiliki peran signifikan dalam pelaksanaan strategi, namun perbedaan orientasi antara staf klinis, administrasi, dan pemasar menimbulkan tantangan besar dalam koordinasi. Kompleksitas pemangku kepentingan, regulasi yang ketat, serta dominannya orientasi klinis yang kadang bertentangan dengan logika pasar semakin menegaskan pentingnya peran pemasaran yang lebih kuat dalam organisasi pelayanan kesehatan (Health Care Organizations).
Kerangka Berpikir

Implementasi Strategi Pemasaran di Organisasi Pelayanan Kesehatan






![Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi [1]](https://idtesis.com/wp-content/uploads/Pengaruh-Teknologi-X1-Organisasi-X2-dan-Lingkungan-terhadap-Kinerja-Organisasi-Berkelanjutan-dengan-Digital-Transformation-dan-Sustainable-Innovation-Capability-sebagai-Mediasi-1-60x60_c.jpg)








