HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi

Latar Belakang

Gelombang Digital dan Tantangan UKM Indonesia

Indonesia saat ini berada dalam arus transformasi digital yang masif. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 65 juta unit usaha dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja nasional. Namun, meski pemerintah menargetkan digitalisasi UMKM melalui program UMKM Go Digital, adopsi teknologi masih relatif rendah. Hingga tahun 2023, hanya sekitar 30–35% UMKM yang telah memanfaatkan platform digital seperti marketplace, aplikasi keuangan digital, atau sistem manajemen berbasis cloud. Hal ini menandakan adanya kesenjangan besar antara potensi transformasi digital dengan implementasi nyata di lapangan.

Jasa Pembuatan Skripsi, Tesis, Disertasi

Jasa Pembuatan Skripsi, Tesis, Disertasi

Pandemi COVID-19 mempertegas pentingnya digitalisasi bagi UMKM di Indonesia. Banyak pelaku usaha mikro dan kecil di sektor perdagangan, kuliner, hingga kerajinan yang kehilangan pasar akibat keterbatasan interaksi fisik. Sebagian mampu bertahan karena cepat mengadopsi e-commerce, pembayaran digital (QRIS), dan promosi melalui media sosial. Namun, mayoritas lainnya mengalami penurunan drastis karena tidak siap melakukan digitalisasi. Fenomena ini memperlihatkan bahwa transformasi digital bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak bagi keberlangsungan UMKM.

Di sisi lain, digitalisasi UMKM di Indonesia juga menghadapi berbagai hambatan. Keterbatasan infrastruktur digital di daerah, rendahnya literasi digital, keterbatasan modal untuk investasi teknologi, serta resistensi dari sumber daya manusia internal menjadi faktor penghambat. Akibatnya, meskipun pemerintah mendorong percepatan adopsi teknologi melalui program subsidi internet, pelatihan digital, hingga kemudahan pembiayaan, realisasi manfaat DT belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh UMKM di Indonesia.

Pembangunan Berkelanjutan dan Inovasi pada UMKM

Dalam konteks pembangunan nasional, UMKM tidak hanya dituntut berperan sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Artinya, inovasi yang dilakukan UMKM harus mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Misalnya, usaha di sektor kuliner dituntut tidak hanya efisien secara biaya, tetapi juga mampu mengurangi limbah plastik; industri fesyen dituntut beralih pada produksi ramah lingkungan; dan sektor agribisnis diharapkan menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan.

Namun, kenyataannya, Kemampuan Inovasi Berkelanjutan (SIC) masih rendah pada mayoritas UMKM di Indonesia. Banyak UMKM masih fokus pada survival jangka pendek dibandingkan pada pengembangan produk/jasa yang berorientasi pada keberlanjutan. Rendahnya literasi teknologi dan inovasi menyebabkan UMKM kesulitan memanfaatkan teknologi digital untuk menghasilkan produk ramah lingkungan, efisien energi, atau berbasis circular economy.

Transformasi Digital sebenarnya dapat menjadi katalis bagi peningkatan inovasi berkelanjutan UMKM Indonesia. Misalnya, penggunaan big data untuk memahami perilaku konsumen, Internet of Things (IoT) untuk efisiensi produksi, atau platform e-commerce untuk memperluas pasar produk lokal berkelanjutan. Akan tetapi, hambatan klasik berupa keterbatasan dana, kurangnya dukungan ekosistem, serta rendahnya kesiapan organisasi membuat banyak UMKM belum mampu memanfaatkan potensi DT secara optimal.

Dinamisme Lingkungan Bisnis di Indonesia

Kondisi lingkungan usaha di Indonesia saat ini sangat dinamis. Fluktuasi harga bahan baku, perubahan regulasi (misalnya kebijakan TKDN, sertifikasi halal, dan regulasi e-commerce), serta persaingan ketat baik antar-UMKM maupun dengan produk impor menciptakan ketidakpastian tinggi. Environmental Dynamism (ED) inilah yang menuntut UMKM agar lebih lincah dan adaptif. Sayangnya, sebagian besar UMKM masih reaktif terhadap perubahan, bukan proaktif.

Dalam konteks ini, Transformasi Digital dapat menjadi strategi untuk memperkuat daya saing UMKM Indonesia. UMKM yang telah mengadopsi sistem digital mampu merespons perubahan permintaan lebih cepat, mengakses informasi pasar secara real time, dan menyesuaikan model bisnis dengan kondisi terkini. Contoh nyata terlihat pada UMKM di sektor fesyen dan kuliner yang mampu bertahan di tengah tren cepat berganti dengan memanfaatkan promosi berbasis algoritma media sosial dan personalisasi layanan pelanggan melalui aplikasi.

Namun, sebagian besar penelitian di Indonesia masih terbatas pada analisis manfaat umum digitalisasi terhadap kinerja UMKM, tanpa secara spesifik menelaah peran moderasi dinamisme lingkungan. Padahal, dalam konteks Indonesia yang memiliki pasar besar sekaligus volatil, ED sangat menentukan apakah investasi DT akan menghasilkan kinerja berkelanjutan atau justru membebani UMKM. Kesenjangan inilah yang perlu dijawab melalui penelitian berbasis TOE Framework dan Dynamic Capability View agar dapat memberikan pemahaman komprehensif tentang bagaimana UMKM Indonesia bisa memanfaatkan DT untuk meningkatkan inovasi berkelanjutan sekaligus kinerja organisasi secara holistik.

Grand Theory: Dynamic Capability View 

Dynamic Capability View (DCV) merupakan salah satu teori besar (grand theory) dalam manajemen strategis yang menekankan pentingnya kemampuan perusahaan untuk sensing (mendeteksi peluang dan ancaman), seizing (merebut peluang), serta reconfiguring (mengonfigurasi ulang sumber daya dan kapabilitas) agar tetap kompetitif dalam lingkungan yang dinamis. Teori ini berkembang dari Resource-Based View (RBV), tetapi lebih menekankan pada aspek dinamika dan adaptasi terhadap perubahan yang cepat. Dalam konteks UMKM di Indonesia, DCV menjelaskan bahwa kelangsungan usaha tidak hanya bergantung pada sumber daya yang dimiliki, melainkan juga pada kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan pasar, teknologi, dan regulasi.

Penerapan DCV dalam Transformasi Digital (DT) berarti perusahaan harus mampu menyesuaikan alokasi sumber daya manusia, keuangan, dan teknologi untuk mendukung digitalisasi proses bisnis. Misalnya, UMKM yang beroperasi di sektor kuliner tidak cukup hanya mengandalkan resep tradisional atau jaringan pelanggan lama. Agar dapat bersaing, mereka harus mengintegrasikan layanan online delivery, menggunakan aplikasi keuangan digital, dan melakukan promosi melalui media sosial berbasis data. DCV menjelaskan bagaimana perusahaan kecil dapat mengembangkan kemampuan dinamis melalui proses pembelajaran berkelanjutan, eksplorasi pasar, serta pemanfaatan teknologi digital.

Dalam penelitian Wang & Zhang, DCV digunakan untuk memahami bagaimana Transformasi Digital mampu memperkuat Sustainable Innovation Capability (SIC) dan pada akhirnya meningkatkan Sustainable Organizational Performance (SOP). Hal ini relevan di Indonesia, karena UMKM menghadapi dinamisme lingkungan berupa fluktuasi harga bahan baku, persaingan produk impor, hingga perubahan regulasi seperti kewajiban sertifikasi halal dan standar lingkungan. Dengan kerangka DCV, DT dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan kelincahan (agility), resiliensi, dan daya saing berkelanjutan UMKM di tengah ketidakpastian tersebut.

Middle Theory: Technology–Organization–Environment Framework

TOE Framework merupakan teori tingkat menengah (middle theory) yang banyak digunakan untuk menjelaskan adopsi inovasi teknologi pada organisasi. Teori ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memengaruhi proses adopsi, yaitu aspek Technology (T), Organization (O), dan Environment (E). Faktor teknologi meliputi kesiapan infrastruktur digital, kemudahan penggunaan, keamanan data, dan biaya adopsi. Faktor organisasi mencakup budaya perusahaan, dukungan manajemen, kesiapan SDM, serta alokasi sumber daya. Sementara faktor lingkungan mencakup tekanan kompetitif, dukungan pemerintah, permintaan pelanggan, dan dinamika pasar.

Dalam konteks UMKM Indonesia, TOE framework sangat relevan. Dari sisi teknologi, banyak UMKM masih menghadapi kendala infrastruktur, seperti akses internet di daerah non-perkotaan dan keterbatasan modal untuk membeli perangkat digital. Dari sisi organisasi, rendahnya literasi digital pelaku UMKM, resistensi terhadap perubahan, dan keterbatasan kapasitas manajerial menjadi faktor penghambat utama. Sementara dari sisi lingkungan, adanya dukungan kebijakan pemerintah seperti digitalisasi UMKM, subsidi pelatihan, dan dorongan penggunaan QRIS, menjadi pendorong positif bagi percepatan adopsi DT.

Penelitian ini menggunakan TOE untuk menjelaskan faktor pendorong DT pada UMKM Indonesia. Hasil empiris dari konteks Tiongkok dapat diadaptasi ke Indonesia dengan melihat kesamaan masalah: teknologi yang belum merata, dukungan organisasi yang bervariasi, dan lingkungan bisnis yang dinamis. TOE membantu mengidentifikasi aspek mana yang paling krusial untuk diperkuat, misalnya perlunya meningkatkan literasi digital (faktor organisasi), menurunkan biaya adopsi teknologi (faktor teknologi), dan menciptakan regulasi yang pro-UMKM (faktor lingkungan). Dengan demikian, TOE memberikan panduan praktis untuk mengimplementasikan DT secara efektif di level UMKM.

Sustainable Innovation Capability & Sustainable Organizational Performance

Selain TOE dan DCV, penelitian ini juga mengacu pada konsep Sustainable Innovation Capability (SIC) dan Sustainable Organizational Performance (SOP) sebagai teori menengah yang menjelaskan mekanisme hubungan antar-variabel. SIC didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan inovasi yang tidak hanya meningkatkan kinerja ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Konsep ini sangat relevan dengan tren global triple bottom line, di mana keberhasilan bisnis tidak hanya diukur dari keuntungan finansial, tetapi juga kontribusi pada masyarakat dan lingkungan.

Dalam konteks UMKM Indonesia, kemampuan inovasi berkelanjutan masih menjadi tantangan besar. Banyak UMKM masih fokus pada produk konvensional dengan orientasi jangka pendek. Padahal, inovasi berkelanjutan dapat membuka peluang baru, misalnya dengan mengembangkan produk ramah lingkungan, memanfaatkan bahan baku lokal secara efisien, atau mengurangi limbah produksi. Transformasi Digital diharapkan mampu memperkuat SIC dengan menyediakan akses data, membuka jaringan kolaborasi, serta meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi.

SOP menjadi luaran dari peningkatan SIC. Dalam kerangka penelitian ini, SOP mencakup efisiensi biaya produksi, pengendalian limbah, kepuasan pelanggan, peningkatan kualitas SDM, hingga kepatuhan pada standar lingkungan. Di Indonesia, UMKM yang berhasil memadukan DT dengan SIC berpotensi meningkatkan daya saing tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga di pasar ekspor. Dengan demikian, teori SIC–SOP memberikan pijakan bahwa DT bukan sekadar adopsi teknologi, melainkan strategi untuk memastikan keberlanjutan bisnis UMKM dalam jangka panjang.

Kerangka Berpikir

Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi [1]

Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi [1]

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka TOE Framework dan Dynamic Capability View, hipotesis penelitian ini adalah:

  • H1: Technology berpengaruh positif terhadap Digital Transformation.

  • H2: Organization berpengaruh positif terhadap Digital Transformation.

  • H3: Environment berpengaruh positif terhadap Digital Transformation.

  • H4: Digital Transformation berpengaruh positif terhadap Sustainable Innovation Capability.

  • H5: Digital Transformation berpengaruh positif terhadap Sustainable Organizational Performance.

  • H6: Sustainable Innovation Capability berpengaruh positif terhadap Sustainable Organizational Performance.

  • H7: Environmental Dynamism memoderasi hubungan antara Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability.

  • H8: Environmental Dynamism memoderasi hubungan antara Digital Transformation dan Sustainable Organizational Performance.

Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi [2]

Pengaruh Teknologi (X1), Organisasi (X2) dan Lingkungan terhadap Kinerja Organisasi Berkelanjutan dengan Digital Transformation dan Sustainable Innovation Capability sebagai Mediasi [2]

Metode Penelitian

Teknik Pengambilan Sampel

  • Jenis sampel: Non-probability sampling dengan metode snowball sampling.

  • Responden: Pemilik/manajer UMKM yang memahami proses digitalisasi di organisasinya.

  • Alasan penggunaan snowball: memudahkan akses ke responden yang relevan, terutama pemilik/manajer yang memiliki pengalaman langsung terkait DT.

  • Jumlah sampel (versi studi asli): 261 responden (valid response rate 77%).

  • Adaptasi Indonesia: jumlah minimal bisa dihitung dengan rumus PLS-SEM (10 × indikator terbesar). Untuk model ini ±100 responden sudah memadai, tetapi disarankan 200–250 UMKM agar hasil lebih robust.

Teknik Analisis Data

PLS-SEM (Partial Least Squares – Structural Equation Modeling)

  • Menguji validitas & reliabilitas model pengukuran.
  • Menguji hubungan struktural antar variabel (direct, indirect, mediation, moderation).
  • Menyertakan Importance Performance Map Analysis (IPMA) untuk menentukan variabel paling penting bagi peningkatan kinerja berkelanjutan