Judul : Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Teknik Latihan Terbimbing Berdasarkan Ilustrasi Tokoh Idola Siswa Kelas X.4 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara
INTISARI
Kata kunci: Keterampilan menulis cerpen, teknik latihan terbimbing, dan ilustrasi tokoh idola.
Menulis sebagai salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Melalui kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menuangkan idenya baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Sekolah sebagai tempat siswa mengenyam pendidikan diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik menggunakan teknik yang tepat sehingga potensi dan daya kreativitas siswa dapat tersalurkan dengan baik, tidak hanya potensi yang terpendam.
Permasalahan penelitian ini adalah (1) bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola. (2) bagaimana perubahan sikap dan perilaku siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara terhadap pembelajaran menulis cerpen, setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola. (2) mendeskripsikan pendapat siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara terhadap pembelajaran menulis cerpen, setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Data penelitian diambil melalui tes dan nontes. Data tes yaitu berupa penilaian keterampilan menulis cerpen. Sedangkan alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa pedoman observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Simpulan dari penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola terlihat dari hasil tes menulis cerpen siswa pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata siswa pada prasiklus mencapai 53 kemudian setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 73 atau meningkat sebanyak 25,94% dari prasiklus. Setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 78 atau meningkat sebanyak 7,58% dari siklus I dan meningkat sebanyak 49,22% dari prasiklus.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Dengan bahasa orang berpikir. Dengan bahasa orang merasa. Pikiran dan perasaan, diekspresikan dengan bahasa. Pikiran, perasaan, bahasa adalah milik hakikat manusia yang membedakannya dengan binatang. Binatang mengekspresikan seluruh perasaannya melulu dikendalikan oleh naluri instingtif. Sedangkan manusia, seluruh perasaannya dikendalikan oleh pikiran. Dengan perasaan yang dikendalikan oleh pikiran itulah, manusia mengembangkan imajinasi, dan mewujudkannya menjadi berbagai macam penemuan (Ariadinata 2006 : 36).
Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat, yakni menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Seiring dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka keempat keterampilan tersebut memegang peranan penting dan strategis. Dalam berbagai kesempatan acapkali keterampilan berbahasa seseorang diuji melalui empat keterampilan tersebut.
Keterampilan menulis sebagai salah satu cara berkomunikasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyampaikan maksud kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar sehingga apa yang ditulis dan disampaikan sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Keterampilan menulis pada prinsipnya yaitu melihat adanya hubungan antara keterampilan menulis dengan keterampilan membaca melalui penulis dan pembaca. Bila penulis menuliskan sesuatu, maka orang lain atau pembaca sedikit banyak akan telibat di dalamnya (Chusnul Ni’mah 2006:6).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca sangat berpengaruh terhadap keterampilan menulis. Dengan banyak membaca, seseorang akan lebih banyak mengetahui tentang sesuatu hal. Semakin banyak tahu tentang sesuatu hal, maka seseorang akan mudah mendapat ide atau gagasan untuk dituangkan ke dalam tulisan. Maka di mana pun tempatnya, menulis akan senantiasa bergandengan erat dengan membaca. Tidak ada keberhasilan tanpa kegigihan. Mengembangkan diri terus-menerus. Membaca, membaca, membaca, menulis, menulis, menulis (Ariadinata 2006 : 40). Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang sangat produktif perlu mendapat prioritas. Keterampilan menulis yang baik sangat diperlukan oleh masyarakat. Selain itu, keterampilan menulis yang baik sangat menunjang karir seseorang.
Keterampilan menulis yang baik diperoleh dengan latihan berulang-ulang dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Menulis sebagai salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Melalui kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menuangkan idenya baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Oleh karena itu, sekolah tempat siswa mengenyam pendidikan diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik menggunakan teknik yang tepat sehingga potensi dan daya kreativitas siswa dapat tersalurkan dengan baik, tidak hanya potensi yang terpendam.
Materi sastra acapkali diberikan kepada siswa dalam bentuk teori, berupa sejarah sastra, definisi, jenis, dan contoh karya sastra. Siswa jarang diberikan pengalaman mengapresiasi dan mencipta langsung karya sastra, baik dalam bentuk puisi maupun cerpen. Para pengajar (Guru Bahasa Indonesia) mengadopsi sekaligus mengadaptasi berbagai karya yang ada, misalnya dari koran, majalah, atau buku-buku sastra sebagai bahan ajar. Sementara siswa hanya ”membaca” karya sastra tersebut kemudian menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan berkaitan dengan isi karya sastra tersebut. Cerpen atau cerita pendek sebagai bagian dari prosa, dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia juga mendapat perlakuan yang sama. Cerpen hanya dibaca, peserta didik (siswa) diminta untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal.
Jika kita amati sebuah kelas, hampir di semua sekolah yang kami temui adalah peran guru yang amat dominan. Guru menjadi penguasa kelas. Ceramah menjadi pilihan utama untuk mengajarkan materi. Yang terjadi kemudian adalah situasi kelas yang tidak produktif karena guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Guru mengisi botol kosong dengan pengetahuan tak bermakna berupa hafalan fakta-fakta. Pernyataan ini bukan hal baru karena sudah berpuluh tahun telah diungkapkan para ahli pendidikan. Akibatnya, yang diajarkan kurang bermakna bagi kehidupan anak.
Dengan diberlakukannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sekolah kini bebas mengembangkan kurikulum pendidikan. Namun, pengembangan kurikulum tersebut harus tetap mengacu kepada standar isi dan kompetensi nasional. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22/2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi. Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kini tidak ada lagi sebutan kurikulum nasional. Setiap sekolah bebas mengembangkan kurikulum sesuai keinginan sekolah tersebut. Tentunya, ini tergantung kemauan sekolah. Dengan keluarnya dua Peraturan Menteri yang baru diharapkan pendidikan di Indonesia makin beragam dan maju. Oleh karena itu, tidak ada lagi sebutan kurikulum nasional. Yang ada hanya standar minimal mengenai isi kurikulum dan setiap sekolah atau satuan pendidikan mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, sumber daya, serta ciri khasnya. Jadi, dalam hal ini guru bukan lagi sebagai narasumber yang serba tahu. Siswa sebagai objek, hanya bisa menerima saja apa yang diberikan guru. Akan tetapi, sekarang ini guru berperan sebagai motivator sekaligus fasilitator, yang harus mampu mengelola kelas menjadi ”lebih hidup” dan siswa menjadi lebih aktif (berperan sebagai subjek).
Salah satu cara membuat kelas lebih hidup dan siswa lebih aktif, yakni dengan mendorong siswa berlatih untuk menulis kreatif. Ini dilakukan dengan memberikan tema-tema yang bersifat umum agar dapat dikembangkan sendiri oleh para siswa, berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka. Tema yang diberikan dapat diambil dari karya-karya sastra yang pernah dibaca oleh siswa, atau dapat diambil dari berbagai karya sastra yang pernah dikenalnya. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen dalam penelitian karena ada beberapa alasan. Pertama, menulis cerpen tidak memerlukan waktu yang lama disebabkan cerpen lebih pendek dibanding dengan novel. Kedua, bahasa yang digunakan dalam cerpen merupakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana dibandingkan bahasa dalm puisi yang dengan bahasa yang singkat mampu merangkum semua ide cerita dalam satu rangkaian tema. Dunia cerita pendek sebuah alam di dasar laut karang yang dalam. Makin kita menyelam dengan minat yang tajam, makin asyik dan terpukau kita oleh keindahan dan kekayaannya. Dan untuk dapat menikmti semua itu, diperlukan usaha keras dan latihan terus-menerus. Sehingga akan diperoleh karya cerpen yang penuh imajinasi dan fantasi nyata dari kehidupan manusia. Tentunya ini akan menjadi kenangan tersendiri bagi siswa, karena telah menjadi ”cerpenis” sekaligus memberi kontribusi bahan ajar dalam pembelajaran sastra di sekolah. Peran guru sebagai motivator, fasilitator sekaligus inspirator bagi siswa sangat diperlukan dalam hal ini, yakni membimbing siswa menulis kreatif cerita pendek.
Dalam menulis cerpen, siswa sering mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan menuangkan ide dalam bentuk cerpen sehingga mereka kesulitan untuk memulai kegiatan menulis. Dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen ini perlu dilakukan strategi dan cara yang lebih menarik perhatian siswa. Permasalahan yang dialami siswa tersebut dapat dibantu melalui teknik atau metode baru yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola dapat digunakan untuk memudahkan siswa menentukan ide cerita yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Melalui teknik ini siswa diharapkan mampu menentukan ide yang dapat dituangkan dalam bentuk cerpen dengan bimbingan dan arahan dari guru.
tolong kirim skripsi tentang peningkatan kemampuan membaca indah cerpen dengan strategi pemodelan