HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri

Judul : Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X4 SMA N 2 Tegal

INTISARI

Kata Kunci : Kemampuan Menulis Cerpen, Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita, dan Media Audio Visual.

Pada umumnya, dalam situasi resmi siswa SMA masih mengalamikesulitan untuk menuliskan gagasan serta ide-idenya dengan baik dan benar. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa SMA N 2 Tegal. Kesulitan menulis cerpen disebabkan oleh 3 faktor yaitu: faktor guru, faktor siswa, faktor media beserta teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Masalah – masalah yang dialami siswa meliputi sulit mengeluarkan ide-ide, kehabisan bahan, tidak tahu bagaimana memulai menuliskan sebuah cerita, dan sulit menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masalah yang dialami guru yaitu kurang memberi respons terhadap pelajaran menuli cerpen sehingga sering dilewati, tidak memanfaatkan media yang tersedia, kurang kreatif dalam pengembangan potensi diri para siswa.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah 1) apakah penggunaan media audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen, dan 2) adakah pengaruh penggunaan media audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam menulis cerpen terhadap perubahan tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran menulis cerpen. Tujuan penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual, dan 2) mendeskripsikan pengaruh penggunaan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual dalam menulis cerpen.

Berdasarkan rumusan maslah dari hasil penelitian serta pembahasannya, maka disimpulkan bahwa melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerota dengan media audio visual kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N2 Tegal mengalami peningkatan sebesar 11,63 atau 18,30 %. Hasil rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 63,56 dan pada siklus I rataratanya menjadi 70,31 atau meningkat sebesar 10,62 % dari rata-rata pratindakan, kemudian pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 75,19 atau meningkat sebesar 6,94 dari siklus I. Pemerolehan ini menunjukan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokohdalam cerita dengan media audio visual pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal dapat meningkat dan berhasil. Sedangkan perilaku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual mengalami perubahan kearah positif. Perubahan tersebut ditunjukan dengan perilaku siswa yang kelihatan lebih serius dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan menulis cerpen.

Selanjutnya,dari hasil penelitian tersebut, maka penulis menyarankan beberapa hal dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis cerpen sebagai berikut: 1) para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya memandang bahwa pembelajaran menulis cerpen merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga pembelajaran menulis cerpen ini hendaknya mendapat porsi yang cukup dan tidak dilewati begitu saja. 2) para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam memilih teknik dan media pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat mengikuti proses pembelajaran dan tidak merasa jenuh. Salah satu alternatif dalam menggunakan media pembelajaran adalah penggunaan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita film yang diputar melalui media audio visual yang telah terbukti dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen secara aktif dan menyenangkan. Hal ini dimungkinkan karena siswa lebih banyak menggunakan alat inderanya yang mencakup pendengaran dan penglihatan. 3) para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya mengembangkan penggunaan media audio visual secara kreatif dan efektif misalnya dengan cara memperbanyak jenis cerita dan bahan ajar lain yang berhubungan kesusastraan. 4) hendaknya media audio visual juga digunakan pada mata pelajaran yang lain secara bervariasi dengan media-media yang lain.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

Menurut Tarigan (1983:1) keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speacking Skill), Membaca (Reading Skill), dan Menulis (Reading Skill). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan 1982:4) kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya.

Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di dalam kehidupan yang serba modern ini. Komunikasi akan lebih banyak berlangsung secara tertulis. Keterampilan menulis merupakan ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal tersebut, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan mempengaruhi. Di dalam dunia pendidikan menulis mempunyai arti yang sangat penting. Siswa yang sering menulis akan menjadi terampil dan terarah kemampuan berekspresinya sehingga secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan berpikir.

Menulis merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Kata menulis mempunyai dua arti Pertama, menulis berarti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto 2004:3) kesimpulan itu, disampaikan setelah dia mengalami sendiri. Mula-mula dia merasa sulit sekali menulis. Beberapa kali menulis selalu tidak lancar. Bahkan sering pula macet dan gagal total. Beruntunglah pengalaman pahit itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus belajar dan mencoba. Berkat seringnya menulis dia menjadi terkenal. Kemampuan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin berlatih, kemampuan menulis akan meningkat. Untuk itu keterampilan menulis siswa perlu ditumbuh kembangkan. Dalam perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana yang menarik agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis sebuah cerpen, cerpen itu sendiri merupakan salah satu genre sastra berbentuk prosa yang berbeda bentuk dengan bentuk sastra yang lain misalnya novel. Selain itu, cerpen merupakan cerita fiksi berbentuk prosa yang relatif pendek ruang lingkup permasalahannya yang menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.

Tetapi keterampilan menulis cerpen yang diajarkan selama ini masih menggunakan metode konvensional yang kurang menarik dan membosankan. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang baru yang lebih memberdayakan siswa dan memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang dewasa ini. Di sini peneliti mencoba meneliti penggunaan media audio visual sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan pendidikan di Indonesia, untuk itu diperlukan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya untuk mengembangkan pendidikan. Upaya pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan hendaknya terus dilakukan karena media pendidikan mempunyai peranan penting dalam komunikasi. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah merupakan suatu program pengembangan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana dan Rivai 2001:2). Selain itu, media pembelajaran dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar (Pranggawidagda 2002:145). Oleh karena itu, di sini peneliti menggunakan media audio visual, karena audio visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Media ini dapat membantu siswa dalam belajar menulis cerpen karena media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini berupa video compact disc merupakan perpaduan antara media suara (audio) dan media gambar (visual) yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajarannya dan dapat digunakan untuk merangsang daya imajinasi siswa sehingga siswa dapat dengan mudah menuangkan gagasan-gagasan dan ide-idenya ke dalam sebuah rangkaian kata-kata indah hingga menjadi sebuah cerita yang dapat dinikmati.

Dengan adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta suaranya akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Selain itu proses belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan menggunakan media audio (suara), pembelajaran menulis cerpen yang menggunakan media audio (suara) kurang maksimal digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena penggunaan media audio hanya menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan potensi siswa dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan inspirasi dan ide-idenya yang akan digunakan untuk menulis sebuah cerpen.

2 Comments
  1. menulis cerpen dengan media film

  2. minta file lengkapnya dong

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?