HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Pengaruh Kematangan Digital Terhadap Kinerja Inovasi (Innovation Performance) dengan Kemampuan Dinamis sebagai Moderasi

Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini sedang gencar mendorong transformasi digital UMKM melalui berbagai program pemerintah, seperti UMKM Go Digital dan dorongan penggunaan platform e-commerce serta QRIS Bank Indonesia. Namun, meskipun banyak UKM sudah mulai masuk ke ekosistem digital, tingkat kematangan digital mereka masih rendah. Banyak UKM hanya berhenti pada penggunaan media sosial untuk promosi, tanpa benar-benar mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses operasional dan model bisnis.

Jasa Pembuatan Skripsi, Tesis, Disertasi

Jasa Pembuatan Skripsi, Tesis, Disertasi

Kasus konkret dapat dilihat pada UKM sektor manufaktur dan teknologi di kawasan industri. Banyak UKM di sektor ini berusaha mengikuti digitalisasi, misalnya dengan menggunakan perangkat ERP sederhana atau sistem akuntansi digital. Namun, keterbatasan modal dan SDM yang kurang menguasai teknologi canggih membuat implementasi digital seringkali tidak optimal. Akibatnya, target peningkatan produktivitas dan inovasi produk tidak tercapai. Ini mirip dengan fenomena di negara-negara lain, di mana keterbatasan sumber daya menjadi hambatan besar bagi UKM untuk naik kelas.

Selain itu, pandemi COVID-19 menjadi momentum percepatan digitalisasi UKM di Indonesia, tetapi banyak yang masih dalam tahap trial and error. Contohnya, UKM di sektor farmasi dan kesehatan mencoba mengembangkan layanan telehealth atau sistem distribusi obat digital, tetapi terkendala masalah infrastruktur digital, kepercayaan konsumen, serta adaptasi regulasi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa tanpa kemampuan dinamis berupa kecepatan beradaptasi, kemampuan belajar, dan restrukturisasi sumber daya, investasi teknologi digital tidak akan otomatis menghasilkan kinerja inovasi yang berkelanjutan.

Teori Kemampuan Dinamis (Dynamic Capabilities Theory)

Teori Kemampuan Dinamis yang diperkenalkan oleh Teece (2007) menjadi landasan utama (grand theory) dalam penelitian ini. Teori ini menekankan bahwa perusahaan harus memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan, membangun, dan mengonfigurasi ulang sumber daya internal maupun eksternal agar dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang cepat. Dalam konteks era digital, kemampuan dinamis ini sangat relevan karena organisasi dituntut untuk terus berinovasi agar bisa bertahan dalam kondisi pasar yang penuh ketidakpastian dan turbulensi.

Lebih lanjut, teori ini menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan dinamis dapat melakukan tiga fungsi utama: sensing (mendeteksi peluang dan ancaman dari lingkungan), seizing (memanfaatkan peluang melalui inovasi produk, proses, atau model bisnis), dan reconfiguring (merealokasi dan mengatur ulang sumber daya untuk mendukung strategi baru). Ketiga proses ini memungkinkan perusahaan untuk tetap kompetitif meskipun menghadapi tantangan besar, termasuk disrupsi digital dan keterbatasan sumber daya.

Dalam penelitian ini, teori kemampuan dinamis digunakan untuk memahami bagaimana UKM berteknologi tinggi, yang secara umum memiliki keterbatasan modal dan SDM, dapat memanfaatkan kematangan digital sebagai pendorong utama untuk meningkatkan kinerja inovasi. Dengan kata lain, teori ini menjadi pijakan konseptual bahwa kematangan digital saja tidak cukup, melainkan harus dipadukan dengan kemampuan dinamis agar transformasi digital menghasilkan dampak nyata pada inovasi yang berkelanjutan.

Konsep Kematangan Digital (Digital Maturity)

Konsep kematangan digital diposisikan sebagai middle theory dalam penelitian ini. Kematangan digital didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah organisasi mampu mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses bisnis, model bisnis, dan budaya organisasi. Kematangan digital berbeda dengan sekadar adopsi teknologi, karena ia menekankan adanya transformasi menyeluruh yang mencakup pengalaman pelanggan, efisiensi proses operasional, serta inovasi model bisnis.

Teori ini menyoroti bahwa organisasi yang lebih matang secara digital cenderung memiliki ketangkasan organisasi (organizational agility) yang lebih baik, mampu membuat keputusan berbasis data, dan lebih adaptif terhadap dinamika pasar. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kematangan digital, semakin besar potensi perusahaan untuk memperkuat kemampuan dinamis mereka. Hal ini menjelaskan keterkaitan antara digitalisasi dengan kinerja inovasi, bukan hanya sebagai adopsi teknologi, tetapi sebagai strategi integratif.

Dalam konteks penelitian ini, kematangan digital diposisikan sebagai faktor pendorong yang memperkuat peran kemampuan dinamis pada UKM berteknologi tinggi. Artinya, perusahaan yang mampu mencapai tingkat kematangan digital lebih tinggi akan lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan sensing, seizing, dan reconfiguring, sehingga berkontribusi pada peningkatan kinerja inovasi. Dengan demikian, middle theory ini menjembatani konsep abstrak kemampuan dinamis dengan penerapannya pada praktik bisnis UKM yang bergerak di sektor teknologi tinggi.

Kinerja Inovasi (Innovation Performance)

Selain kematangan digital, konsep kinerja inovasi juga dapat dipandang sebagai middle theory dalam penelitian ini. Kinerja inovasi merujuk pada sejauh mana suatu organisasi berhasil menghasilkan inovasi dalam bentuk produk baru, proses produksi yang lebih efisien, maupun model bisnis yang berbeda dibandingkan pesaing. Teori ini mengasumsikan bahwa inovasi adalah sumber utama daya saing berkelanjutan, terutama dalam industri berteknologi tinggi yang sangat dinamis.

Kinerja inovasi diukur melalui beberapa indikator, antara lain keberhasilan dalam menciptakan produk/layanan baru, penerapan metode produksi yang lebih efisien, serta pengembangan model bisnis baru yang dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan. Dengan kata lain, kinerja inovasi merupakan output nyata dari kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kematangan digital serta mengelola kemampuan dinamis yang mereka miliki.

Dalam kerangka penelitian ini, kinerja inovasi dipandang sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh dua faktor utama: kematangan digital dan kemampuan dinamis. Hal ini sejalan dengan literatur manajemen strategis yang menekankan bahwa inovasi bukanlah hasil dari satu faktor tunggal, melainkan hasil sinergi antara kesiapan digital dan kelincahan organisasi. Dengan demikian, middle theory mengenai kinerja inovasi menjadi elemen penting yang menghubungkan variabel konseptual dengan hasil yang dapat diukur secara empiris.

Kerangka Berpikir

Model Pengaruh Kematangan Digital Terhadap Kinerja Inovasi (Innovation Performance) dengan Kemampuan Dinamis sebagai Moderasi

Model Pengaruh Kematangan Digital Terhadap Kinerja Inovasi (Innovation Performance) dengan Kemampuan Dinamis sebagai Moderasi

 

Hipotesis Penelitian

Penelitian ini merumuskan lima hipotesis utama yang menguji hubungan antarvariabel:

  1. Hipotesis 1:
    Kematangan digital (Digital Maturity) berpengaruh positif terhadap kinerja inovasi (Innovation Performance) UKM berteknologi tinggi.

  2. H2:
    Kematangan digital berpengaruh positif terhadap kemampuan dinamis (Dynamic Capabilities) UKM berteknologi tinggi.

  3. H3:
    Kemampuan dinamis berpengaruh positif terhadap kinerja inovasi UKM berteknologi tinggi.

  4. H4:
    Kemampuan dinamis memediasi hubungan antara kematangan digital dan kinerja inovasi.

  5. H5:
    Kematangan digital memoderasi hubungan antara kemampuan dinamis dan kinerja inovasi.

 

Metode Penelitian

Teknik Pengambilan Sampel

  • Populasi penelitian: UKM berteknologi tinggi di berbagai kota di Indonesia (dengan kriteria UMKM sesuai dengan standar dari pemerintah dan memiliki sudah mengaplikasikan teknologi digital).

  • Teknik sampling: Snowball sampling, karena informasi publik tentang UKM terbatas sehingga peneliti mengandalkan jaringan referensi untuk memperluas jumlah responden.

  • Jumlah sampel: 387 UKM valid (dari 657 responden).

Teknik Analisis Data

  • Metode analisis: Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM)

  • Alasan penggunaan PLS-SEM:

    • Cocok untuk ukuran sampel relatif kecil.

    • Tidak mensyaratkan data berdistribusi normal multivariat.

    • Mampu menguji model kompleks dengan variabel laten, termasuk efek mediasi dan moderasi.

  • Software yang digunakan: SmartPLS 

  • Pengujian model: dilakukan dengan uji reliabilitas (Cronbach’s Alpha, Composite Reliability), validitas (AVE, Fornell-Larcker), serta bootstrapping 5000 resample untuk uji signifikansi jalur

 

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Model Pengaruh Kematangan Digital Terhadap Kinerja Inovasi (Innovation Performance) dengan Kemampuan Dinamis sebagai Moderasi

Hasil Penelitian Model Pengaruh Kematangan Digital Terhadap Kinerja Inovasi (Innovation Performance) dengan Kemampuan Dinamis sebagai Moderasi