HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Pengembangan Karir Telemedicine di Kalangan Perawat dengan Menggunakan Pendekatan Task-Technology Fit and Technology Acceptance

Pendahuluan

Ketertarikan tinggi terhadap profesi perawat

Di Indonesia, profesi perawat masih menjadi salah satu pilihan karier populer karena dianggap memiliki stabilitas pekerjaan dan nilai sosial yang tinggi. Namun, banyak perawat lebih memilih bekerja di luar negeri dengan alasan penghasilan yang lebih baik, fasilitas memadai, dan kesempatan karier yang lebih luas. Hal ini membuat jumlah perawat di dalam negeri relatif kurang dibanding kebutuhan nasional.

Masalah kelelahan dan beban kerja berlebih

Perawat di Indonesia kerap menghadapi beban kerja berlebih akibat jumlah tenaga yang tidak sebanding dengan pasien. Rasio perawat dengan pasien di rumah sakit, terutama di daerah, masih jauh dari standar ideal. Kondisi ini menyebabkan kelelahan kerja yang berujung pada tingginya tingkat stres, menurunnya kualitas layanan, bahkan keinginan untuk berhenti dari profesi.

Rendahnya kompensasi dan ketidakpastian kerja

Banyak perawat di Indonesia menerima gaji yang rendah, terutama mereka yang bekerja di rumah sakit daerah, klinik kecil, atau berstatus kontrak. Selain itu, keterlambatan pencairan insentif dan tunjangan kerap dilaporkan. Situasi ini membuat kepuasan profesional perawat menurun dan memicu migrasi ke sektor lain yang dianggap lebih menjanjikan.

Dampak pandemi terhadap kondisi kerja

Pandemi COVID-19 memperparah masalah ketenagaan perawat di Indonesia. Banyak perawat menghadapi risiko kesehatan tinggi, kekurangan alat pelindung diri, serta jam kerja yang panjang. Hal ini menimbulkan trauma, kelelahan fisik dan mental, hingga meningkatnya angka pengunduran diri setelah pandemi mereda.

Munculnya telemedicine sebagai alternatif karier

Perkembangan telemedicine di Indonesia mulai terlihat dengan hadirnya berbagai platform digital kesehatan. Telemedicine memberi peluang bagi perawat untuk berpraktik secara jarak jauh, baik dalam edukasi pasien, monitoring penyakit kronis, maupun konsultasi dasar. Bagi perawat, telemedicine menawarkan fleksibilitas waktu, kesempatan bekerja dari rumah, serta potensi penghasilan tambahan.

Hambatan dalam adopsi telemedicine

Meskipun potensial, telemedicine di Indonesia menghadapi berbagai hambatan. Masalah utama adalah keterbatasan infrastruktur digital di daerah terpencil, literasi teknologi yang rendah di kalangan tenaga kesehatan, dan resistensi budaya baik dari tenaga medis maupun pasien. Selain itu, aturan hukum dan regulasi telemedicine masih berkembang dan belum sepenuhnya mendukung peran perawat secara jelas.

Kesenjangan penelitian tentang adopsi telemedicine oleh perawat

Studi tentang telemedicine di Indonesia sebagian besar masih berfokus pada dokter atau aspek teknologinya, sementara perspektif perawat sebagai tenaga yang dekat dengan pasien masih jarang diteliti. Padahal, pemahaman tentang sikap, kepuasan kerja, dan faktor yang memengaruhi keputusan perawat untuk menekuni karier di telemedicine sangat penting agar transisi ini berjalan sukses.

 

Tinjauan Teori

Grand Teori:

Theory of Planned Behavior

Grand teori yang mendasari penelitian ini adalah Theory of Planned Behavior yang dikembangkan oleh Ajzen. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Dalam konteks telemedicine, teori ini relevan karena sikap perawat terhadap teknologi, dukungan lingkungan kerja, serta rasa mampu dalam menggunakan teknologi akan sangat menentukan niat mereka untuk mengejar karier di bidang telemedicine.

Middle Theori:

Technology Acceptance Model

Teori kedua yang digunakan adalah Technology Acceptance Model yang diperkenalkan oleh Davis. Teori ini menekankan bahwa penerimaan teknologi dipengaruhi oleh dua konstruk utama, yaitu kemanfaatan yang dipersepsikan dan kemudahan penggunaan yang dipersepsikan. Apabila perawat menganggap telemedicine mudah digunakan dan bermanfaat dalam pekerjaannya, maka mereka akan memiliki sikap yang positif yang pada akhirnya mendorong niat untuk menggunakan teknologi tersebut secara berkelanjutan.

Task–Technology Fit

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan Task–Technology Fit yang dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson. Teori ini menjelaskan bahwa suatu teknologi akan lebih mudah diadopsi apabila terdapat kesesuaian antara karakteristik tugas yang harus dilakukan dengan karakteristik teknologi yang digunakan. Dalam konteks penelitian, apabila perawat merasakan bahwa telemedicine sesuai dengan kebutuhan tugas keperawatan mereka, maka hal tersebut dapat meningkatkan kepuasan profesional dan memengaruhi keputusan mereka untuk mengejar karier di bidang telemedicine.

 

Model Penelitian

Pengembangan Karir Telemedicine di Kalangan Perawat dengan Menggunakan Pendekatan Task-Technology Fit and Technology Acceptance

Pengembangan Karir Telemedicine di Kalangan Perawat dengan Menggunakan Pendekatan Task-Technology Fit and Technology Acceptance

 

Hipotesis Penelitian

  1. Kesesuaian Tugas–Teknologi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Profesional perawat dalam telemedicine.
  2. Kesesuaian Tugas–Teknologi berpengaruh signifikan terhadap Niat Perilaku perawat dalam telemedicine.
  3. Kemudahan Penggunaan yang Dipersepsikan berpengaruh signifikan terhadap Sikap perawat terhadap telemedicine.
  4. Kemanfaatan yang Dipersepsikan berpengaruh signifikan terhadap Sikap perawat terhadap telemedicine.
  5. Sikap terhadap telemedicine berpengaruh signifikan terhadap Niat Perilaku perawat dalam telemedicine.
  6. Sikap terhadap telemedicine berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Profesional perawat dalam telemedicine.
  7. Niat Perilaku perawat berpengaruh signifikan terhadap Pengejaran Karier Keperawatan di bidang telemedicine.
  8. Kepuasan Profesional berpengaruh signifikan terhadap Niat Perilaku perawat dalam telemedicine.
  9. Kepuasan Profesional berpengaruh signifikan terhadap Pengejaran Karier Keperawatan di bidang telemedicine.

 

Metode Penelitian

Sampel Penelitian

Detail demografi dan respons partisipan dikumpulkan menggunakan kuesioner komprehensif yang didistribusikan melalui Google Forms. Pengumpulan data menggunakan pendekatan purposive sampling, dengan mengumpulkan data dari 316 responden perawat. Survei ini menggunakan beragam strategi diseminasi, termasuk platform media sosial, berbagi informasi antar-peer, keterlibatan dalam grup perusahaan untuk perawat alih daya pemrosesan bisnis layanan kesehatan (BPO), dan interaksi tatap muka.

Pembagian Demografi Responden

  • Jenis kelamin

  • Usia

  • Status perkawinan

  • Lama pengalaman kerja di bidang alih daya pemrosesan bisnis/telemedicine

  • Lama pengalaman kerja sebelum bidang alih daya pemrosesan bisnis/telemedicine

  • Jenis organisasi sebelum beralih (swasta atau publik)

  • Rata-rata pendapatan bulanan

  • Wilayah tempat tinggal (perkotaan atau perdesaan)

  • Apakah memilih karier keperawatan di telemedicine atas pilihan sendiri atau tidak

 

Instrumen Penelitian

Kuesioner ini dirancang untuk menentukan faktor-faktor kunci yang memengaruhi kecenderungan perawat untuk berkarier di bidang telemedis. Bagian demografi bertujuan untuk mengumpulkan informasi partisipan yang komprehensif, termasuk jenis kelamin, usia, status perkawinan, pengalaman kerja sebelumnya baik di dalam maupun di luar bidang telemedis, riwayat pekerjaan sebelumnya, pendapatan bulanan rata-rata, tempat tinggal, dan apakah mereka awalnya berencana untuk berkarier di bidang telemedis.
Berdasarkan kerangka kerja terpadu yang menggabungkan TTF, Kepuasan Profesional, Niat Perilaku, dan TAM, tujuh variabel dinilai menggunakan item pengukuran yang diadaptasi dari literatur relevan. Partisipan memberikan respons mereka pada skala lima poin, mulai dari sangat tidak setuju (1) hingga sangat setuju (5).

Variabel yang diperiksa dalam kuesioner meliputi:

(1) Task Technologty Fit,

(2) Kepuasan Profesional,

(3) Niat Perilaku,

(4) Sikap terhadap telemedis,

(5) Kemudahan Penggunaan yang Dirasakan,

(6) Kegunaan yang Dirasakan, dan

(7) Pengembangan Karier dalam telemedis. 

Teknik Analisis

Pemodelan persamaan struktural (SEM) menonjol sebagai alat analisis yang kuat yang semakin banyak digunakan dalam penelitian ilmiah untuk memeriksa dan menilai hubungan timbal balik yang kompleks di antara banyak variabel. Tidak seperti teknik pemodelan konvensional, SEM memungkinkan penyelidikan efek langsung dan tidak langsung dalam jalur kausal yang telah ditentukan sebelumnya ( Fan et al., 2016 ).

Sesuai Beran dan Violato (2010) , mengusulkan SEM sebagai pendekatan statistik yang digunakan untuk memeriksa hubungan antara variabel yang diamati dan laten melalui serangkaian metode statistik. Selain itu, sebuah studi TAM oleh Min Ho et al. (2021) yang menggunakan analisis SEM mengungkapkan pentingnya dalam mengungkapkan hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi sikap terhadap telemedicine. Seperti yang dijelaskan dari studi Dash dan Paul (2021) , penggunaan partial least square dan SEM berbasis kovarians memiliki parameter yang berbeda tetapi menghasilkan keluaran yang sama.

Namun, PLS-SEM disorot sebagai alat yang lebih sensitif, ditetapkan lebih tepat saat menguji model yang baru dikembangkan atau terintegrasi, terutama berlaku ketika ada banyak jalur. Penggunaan PLS-SEM telah banyak dipertimbangkan dalam konteks studi perilaku saat ini karena keluarannya yang rumit dan sensitif ( Hair dkk., 2021 ). Dengan model terintegrasi yang dipertimbangkan dalam studi ini, PLS-SEM menggunakan SMART-PLS v4.0 dipertimbangkan untuk analisis studi ini.